Saturday, 25 January 2014

kita ,adalah saudarah . saudarah papuaku . pemrintah papua memberikan dana kepada eks opm yang turun gunung , buka di gantung tetapi mereka di rangkul


 Pasukan OPMPemerintah Provinsi Papua akan menggelontorkan dana hingga Rp 380 miliar untuk rekonsiliasi aktivis Organisasi Papua Merdeka (OPM) yang telah turun gunung dan kembali bergabung dengan masyarakat di Puncak Jaya. 


"Menyambut baik kembalinya kelompok yang selama ini berseberangan. Ini wujud nyata dari langkah-langkah yang diambil selama ini," ujar Gubernur Provinsi Papua, Lukas Enembe, Jumat, 20 Desember 2013. 

Karena itu, guna memberdayakan serta melibatkan mereka dalam proses pembangunan yang sedang berlangsung, Pemerintah Provinsi akan menyiapkan anggaran untuk membangun rekonsiliasi.

"Dana senilai Rp380 milliar sudah disiapkan guna menyambut mereka yang telah turun gunung," katanya.

Menurut Lukas Enembe, dana yang disiapkan akan diwujudkan dalam berbagai program antara lain membangun perumahan yang layak dan memberikan pelatihan dalam berbagai keahlian. Dana itu tidak dikhususkan untuk ratusan eks OPM yang ada di Puncak Jaya, tapi untuk daerah konflik lainnya. 

"Kalau ada daerah lain yang berhasil merangkul kelompok yang berseberangan, Pemprov juga akan mengulurkan dana ke daerah itu," katanya. 

Menurut gubernur, kembalinya anggota OPM kepada masyarakat hasil dari membangun komunikasi yang selama ini dilakukan pemerintah daerah. Namun yang lebih penting adalah kesadaran dari mereka sendiri. 

"Semua karena kesadaran mereka, bahwa perjuangan yang dilakukan selama ini sia-sia dan tak membuahkan hasil," katanya. 

Gubernur berharap, semua pihak tanpa terkecuali, menerima mereka kembali sebagai warga Indonesia dan melibatkannya dalam proses pembangunan. Sejumlah eks OPM yang turun gunung meminta untuk sekolah dan menjadi PNS. Sebagian dari mereka bahkan sudah ada yang jadi personel Satuan Polisi Pamong Praja di lingkungan Pemerintah Kabupaten. 

"Mereka ingin diberdayakan, agar merasa sebagai bagian dari negeri ini," katanya.

Thursday, 2 January 2014

semoga isl. semakin gitu Lhoo!!

Hari ini tepat di hari kedua “kita” menjejakkan kaki di tahun 2014. Ya masbro, tidak ada yang istimewa di hari ini, hanya saja hari ini sangat luar biasa bagi gw. Sebab, sebulan dari hari ini, kompetisi terbaik di negeri ini akan kembali menghiasi sore yang “memang” sedikit membosankan pasca berakhirnya ISL 2013.
Sedikit flash back ke ISL 2013, sempat pada saat itu tayangan ISL di Anteve dan TVone tidak dapat disaksikan melalui tv pra bayar, sebab pihak VIVA selaku pemegang hak siar ISL menjalin kerjasama dengan Matrix Garuda, dan akhirnya mengalihkan tayangan ISL (dan mungkin Piala Dunia 2014) ke reciver pasca bayar terbaru tersebut. Dengan alasan tersebut, “jujur” gw yang “memang” sangat menggandrungi ISL sejaky duduk dibangku SMP akhirnya menyudahi petualangan gw menggunakan tv berbayar keluaran MNC grup tersebut dan beralih menggunakan reciver Matrix Garuda untuk sekedar menyaksikan ISL.
Nah, kenapa gw sangat menantikan ISL?? Selain tidak lagi “diskriminatif”, ISL musim depan juga menurut penerawangan gw akan jauh lebih kompetitif walaupun menggunakan format 2 wilayah. Sebab, hanya 4 tim yang akan lolos ke babak berikutnya dari banyak tim kuat di masing-masing grup. Selain daripada itu, tim-tim yang nanti hanya bisa bersaing dipapan bawah juga tidak kalah hebatnya. Sebab tim mana yang nantinya akan terdegradasi, akan sulit kembali ke kasta tertinggi mengingat persaingan di kasta kedua juga akan tidak kalah hebohnya.
Sebagai perbandingan, hal ini bisa kita lihat saat ISL masih berstatus sebagai kompetisi ILEGAL beberapa musim kebelakang. Dengan segala kekurangannya, ternyata ISL masih sangat diminati oleh banyak kalangan. Bukan hanya dari dalam negeri, bahkan ketertarikan tersebut juga datang dari luar negeri tercinta, seperti kasus Newscorp yang menginginkan PSSI saat itu merangkul ISL.
Nah, dari kasus tersebut diatas, nampaknya tidak berlebihan kalau gw menaruh harapan penuh pada ISL musim ini. Karena selain penggodokannya di kawal penuh oleh pecinta sepakbola nasional, PSSI saat ini “juga” sangat transparan bahkan cenderung telanjang.
Intinya, kalau bukan GW selaku bangsa Indonesia, siapa lagi. Menurut gw, kita (bangsa Indonesia) terlalu bangga akan keburukan kita, sampai-sampai kebaikan sebesar apapun ditubuh kita tertutupi oleh keburukan sekecil upil yang kita lakukan, sama halnya dengan PSSI saat ini.

OTSUS PAPUA GAGAL TOTAL, KATA SIAPA?, kata orang yang g mau lihat papua maju. terutama syaton amrika dan australia




136601032738560324Adanya penilaian bahwa Papua masih ketinggalan, belum maju, belum berubah ternyata tidak lagi lagi sesuai dengan fakta-fakta kemajuan yang ada di Papua saat ini.
Eduard Fonataba, Wakil Kepala Unit Percepatan Pembangunan Papua dan Papua Barat (UP4B) membantah abis penilaian itu. Sebaliknya Fonataba membeberkan fakta dan data tentang kemajuan Papua dalam 10-12 tahun terakhir atau sejak Otonmi Khusus (Otsus) diberlakukan di Papua. Memang tidak secara rinci ia menampilkan pencapaian itu dalam bentuk angka-angka, namun  rasanya cukup beralasan untuk mempercayai apa yang ditulis Fonataba dalam situswww.bintangpapua.com  beberapa hari lalu.
Eduard Fonataba adalah tokoh Papua yang lahir besar di Tanah Papua. Ia mengalami sendiri bagaimana Papua 10 tahun silam, dan Papua saat ini. Selama dua tahun terakhir, Fonataba terlibat aktif dalam urusan percepatan pembangunan Papua dan Papua Barat dalam kedudukannya sebagai Wakil Kepala UP4B, sebuah unit kerja yang dibentuk oleh Presiden untuk urusan kemajuan Papua.
Sebelum mempublikasikan tulisannya, Fonataba (UP4B) telah melakukan pemantauan dan evaluasi di semua kabupaten/kota di Papua dan Papua Barat dengan melibatkan tenaga profesional maupun individu sebagai pemangku kepentingan di kabupaten/kota yang bertugas setiap hari memantau dan menginformasikan (kepada UP4B) tentang keadaan sosial ekonomi, sosial politik dan budaya, infrastruktur, dan tata ruang wilayah, untuk dikaji lebih lanjut guna memperoleh saran tindak dan rekomendasi yang ditujukan kepada Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah.
Wilayah yang dipantau adalah Kabupaten Pegunungan Bintang, Yahukimo, Lanny Jaya, Yalimo, Tolikara, Puncak Jaya, Puncak, Mamberamo Tengah, Nduga, Paniai, Deiyai, Dogiyai, Intan Jaya, Mamberamo Raya, Mappi, Boven, Digoel, Asmat, Keerom, Sarmi, Sorong Selatan, Tambraw, Maybrat, Kaimana, Teluk Bintuni,Teluk Wondama, Waropen,  Supiori, Raja Ampat dan Mimika. Juga kabupaten lama Jayawijaya, Nabire, Fakfak, Sorong, Merauke, Jayapura, Manokwari,  Biak Numfor, Kepulauan Yapen, Kota Jayapura danKota Sorong.
Perubahan dan Kemajuan yang Terjadi
Hasil pemantauan yang dilakukan UP4B di daerah-daerah tersebut menghasilkan fakta dan data yang gampang diukur, seperti bangunan fisik. Tetapi tidak lupa pula hasil non fisik yang bisa langsung dirasakan seperti meningkatnya peran penguaha asli daerah untuk terlibat dalam pengadaan barang dan jasa (Perpres Nomor 84Tahun 2012). Juga tingkat pelayanan kesehatan dan peningkatan kualitas pendidikan yang terus membaik.
a. Infrastruktur Pemerintah :
Telah berdiri sejumlah bangunan pemerintahan yang kokoh di  lembah dan gunung yang tinggi yang masih diselimuti kabut, sungai, dataran, kepulauan dan pesisir pantai, dan wilayah perbatasan menjadi bukti sejarah yang abadi yaitu kantor Bupati, kantor DPRD, kantor-kantor dinas dan badan, perumahan pegawai, lapangan upacara, rumah tamu, dengan konstruksi yang permanen.
13660941522094747829Kantor Bupati Intan Jaya, dibangun dengan Dana Otsus (sumber : up4b.go.id)
b. Infrastruktur transportasi : seperti lapangan terbang, pelabuhan kapal, dan jalan, jembatan menuju ibukota kabupaten maupun ke distrik dan kampung kampung secara bertahap dan berlanjut telah terus dilaksanakan dilaksanakan.
Pembangunan jalan itu merupakan pelayanan terhadap masyarakat, atau bukti hadirnya pemerintah di daerah tersebut. Setelah jalan dibangun, pemerintah daerah membangun perumahan rakyat dan kebun di satu kawasan di sepanjang jalan sehingga jalan tetap berfungsi untuk arus barang, jasa dan manusia dan perputaran gerak ekonomi rakyat dan pelayanan pemerintahan.
c. Infrastruktur Kesehatan rakyat :
Kesehatan rakyat menjadi perhatian dengan membangun Puskesmas, rumah sakit, pengadaan obat, peralatan, dan tenaga medis dan dokter, disediakan secara bertahap dan berlanjut.
d. Infrastruktur Pendidikan :
Telah dibangun sejumlah gedung SD, SMP, SMA dan SMK. Pengadaan tenaga pengajar, menyiapkan dana operasional sekolah, alat-alat, perpustakaan dan laboratorium sekolah.
e. Infrastruktur Ekonomi :
Ekonomi rakyat sedang dibangun diawali dengan perumahan rakyat dibangun di sepanjang jalan utama di atas tanah adat masing-masing keluarga di setiap kampung. Pembangunan pasar dan tempat berjualan bagi mama-mama Papua.
13660107271005583433
Di kabupaten yang berada di perairan pantai dan pulau diupayakan pembangunan kelautan dan perikanan, seperti pengadaan perahu motor, dan rumpon untuk penangkapan ikan dan pengadaan kerambah untuk memelihara ikan.
Di kabupaten yang lahannya cocok untuk pertanian dibangun irigasi/pengairan, lahan bagi rakyat untuk berkebun, pencetakan sawah, pembinaan para petani dan peternak. Semua ini di bangun secara bertahap dan berlanjut menuju perbaikan hidup yang lebih baik bagi orang Papua.
Alat ukur IPM
Sebaliknya, Eduard Fonataba justru menantang balik pihak-pihak yang telah mem-vonis bahwa Otsus Papua telah gagal total. Dirinya balik bertanya, alat ukur apa yang dipakai untuk selalu mengatakan Papua tertinggal dengan provinsi lain di indonesia, padalah Otsus di Papua sudah berjalan 12 tahun ?
Jika alat ukurnya adalah IPM (Indeks Pembangunan Manusia), demikian tulis Fonataba, IPM tersebut hanya terbatas pada menghitung tingkat kemajuan ekonomi rakyat, pendidikan dan kesehatan sehingga bukan satu-satunya ukuran penilaian kemajuan suatu daerah. Kita harus bangga bahwa Papua telah maju dan ini menjadi pendorong semangat untuk percaya diri terus membangun Papua.
Pendapat Wakil Kepala UP4B itu tentu sangat beralasan mengingat alat ukur IPM atau HDI (Human Development Index) yang juga digunakan di dunia internasional untuk mengukur tingkat kesejahtaraan penduduk di suatu Negara itu disinyalir ujung-ujungnya berkaitan dengan kepentingan ekonomi dan politik negara pendonor (negara maju) di negara-negara berkembang. (donasi dengan kompensasi mencekik leher negara penerima donor).
Lagi pula, dari sisi IPM itu sendiri, Papua juga sudah menunjukkan kemajuan signifikan. IPM Papua tahun 2002 saat Otsus baru bergulir tercatat 60,1. Tahun 2011 meningkat menjadi menjadi 65,00 sementara rata-rata tingkat nasional adalah 70,00.
Mungkin IPM Papua itu masuk urutan buntut untuk provinsi-privinsi di Indonesia. Tetapi lagi-lagi Fonataba punya argumen rasional. Tidak ada satu provinsi di Indonesia yang dapat disandingkan dengan Papua, tulis Fonataba. Perubahan untuk menerima kemajuan dari dunia luar, dari Sumatera sampai Maluku sudah 250 tahun lalu dengan masuknya VOC tahun1600. Sedangkan Papua baru terjadi pada tahun 1855 dengan masuknya dua orang asing berkebangsaan Jerman Ottow dan Geisler sebagai Pekabar Injil masuk di pulau Mansinam Manokwari. Ini adalah awal peradaban orang Papua, makanya pulau Mansinam ditetapkan sebagai salah satu situs peradaban dunia  khususnya di Indonesia.
Alasan lainnya, secara topografi wilayah, Papua tergolong sulit. Ada penduduk yang bermukim di lereng-lereng gunung yang terjal dengan kampung-kampung yang tersebar dan terpencar, di lembah, di pinggiran sungai, di rawa-rawa, di pesisir pantai dan pulau-pulau yang terpencil, dan di wilayah perbatasan dengan Papua Nugini (PNG).
Mengoptimalkan Peran Pemerintah
Kendati demikian, petinggi UP4B ini tidak menutup diri untuk mengintrospeksi terkait sejumlah kelemahan yang masih terjadi dalam rangka memacu percepatan pembangunan Papua.
Dirinya menghimbau agar kita sebagai warga negara yang baik, harus jujur mengakui bahwa Papua mengalami kemajuan dan perubahan karena negara sudah banyak berbuat sehingga ada perubahan hidup bagi masyarakat Papua.
Tentu belum seluruh masyarakat menikmati dan merasakan sentuhan pembangunan ini. Tetapi yang pasti pembangunan ini secara bertahap dan berlanjut dilaksanakan oleh pemerintah sehingga semua masyarakat, dapat memperoleh sentuhan pembangunan nantinya.
https://encrypted-tbn2.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcTk9ASuPJe-_Z8wmiGtbgNTxvvhp8hs2pl52QggUB0s_b3bW3osIni telah menjadi tekad  Bupati, Walikota, dan Gubernur sebagai pemimpin pemerintahan penentu kebijakan pembangunan, yang juga diberikan kewenangan oleh negara untuk mengatur, menata, dan mengelola keuangan  negara di daerahnya dan akan mempertanggungjawabkan kepada masyarakat, negara dan Tuhan yang memberi kepercayaan ini kepadanya. Mereka perlu ditingkatkan kemampuan dan wawasannya dan lebih banyak waktu untuk berada bersama masyarakatnya sehingga bila ada permasalahan akan cepat dan tepat mengatasinya.
Di samping itu, ada beberapa hal yang perlu segera dibenahi, seperti ada beberapa kementerian dan lembaga yang masih mengukur suatu program dan kegiatan yang dilaksanakan dan berlokasi di kabupaten/kota di Papua masih berdasarkan perhitungan untung dan rugi secara ekonomis. Contoh , bila membangun jalan “apa manfaat ekonominya?” Bukan itu yang menjadi persoalan atau kebutuhan sesungguhnya di Papua.
Semoga kerja keras Pemerintah Pusat melalui UP4B sebagai perpanjangan tangannya di Papua, serta tekad kuat dari para pemangku kepentingan di wilayah Papua dan Papua Barat di bawah kepemimpinan Gubernur Lukas Enembe dan Octavianus Atururi semakin maju, mandiri dan sejahtera. ***