Bahwa batas negara Indonesia dan Malaysia di wilayah Kampung Camar
Bulan, Desa Temajok, atau sering juga disebut Tanjung Datu, Kecamatan
Paloh, Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat, hingga kini masih bermasalah.
Dalam peta negara kita, garis batas dengan Malaysia terletak 3.900
meter dari garis pantai. Sementara menurut Malaysia, batas negara mereka
dengan negara kita terletak 900 meter dari garis pantai.
Perbedaan persepsi tentang batas negara itu berpotensi memunculkan
perselisihan wilayah di Kampung Camar Bulan. Dalam kaitan itu,
pemerintah daerah setempat terus mendorong masyarakat untuk beraktivitas
di wilayah tersebut, antara lain dengan cara menanami lahan. karena
jika masyarakat menduduki wilayah ”sengketa” yang luasnya 405 hektar itu
secara masif, peluang Indonesia untuk mendapatkan pengakuan secara
internasional akan lebih besar.
Masyarakat Camar Bulan belakangan ini mulai aktif melakukan penanaman
di kawasan seluas 405 hektar tersebut. Mereka berani menanami lahan
setelah Pemerintah Daerah setempat meyakinkan warga bahwa wilayah
tersebut sah (masuk wilayah Indonesia), sesuai peta negara kita.
Sebelumnya mereka takut beraktivitas di sana karena sering dikejar
tentara Malaysia. Kini masyarakat juga tenang karena TNI telah membuat
pos lintas batas dan menempatkan anggotanya di sana.
Sebetulnya jauh sebelum adanya pemberitaan resmi oleh berbagai media,
warga kita yang tinggal disekitar TKP dan para nelayan yang biasa
mencari ikan diseputaran tersebut telah memberikan laporan resmi kepada
koramil setempat dan petugas di Pos AL Temajuk tentang aktivitas
beberapa kapal tongkang yang dikawal kapal perang negeri Jiran
beraktivitas memuat material bangunan dan aktivitas pemancangan.
Laporan tersebut kemudian ditindaklanjuti dengan mengirim tim kecil
dari TNI AL yang menyamar sebagai nelayan ke lokasi TKP yang kemudian
mendapati kebenaran atas laporan masyarakat tadi tentang aktivitas
negeri Jiran di wilayah sengketa tersebut dan kemudian melaporkannya
kepada pusat yang kemudian ditindak lanjuti dengan mengirimkan Korvet
KRI dengan terlebih dahulu beberapa hari sebelumnya sejumlah Armada
Bawah Air kita sudah diperintahkan menuju ke TKP.
TNI saat itu tidak main-main, berhubung waktunya hampir bersamaan
dengan diadakannya latihan gugus pengamanan di Ambalat, maka sejumlah KS
kita sudah mengunci basis KS mereka di Sepanggar Bay, Sabah. Sementara
di lokasi TKP beberapa kapal tongkang dan sebiji kapal perang
pengawalnya tanpa disadari sudah dikepung oleh 4 unit KS kita di mana 2 unit KS lagi berjaga jauh di dalam wilayah laut Malaysia sebagai antisipasi bilamana mereka memang berani ngajak kita duel beneran.
Jangan ditanya nasib satu-satunya kapal perang patroli mereka yang
mengawal armada tongkang, kapal patroli itu dilock terus-menerus oleh KS
kita, untung saja mereka diselamatkan karena memang perintah
“menembakkan torpedo” dari pusat tidak kunjung datang sampai akhirnya
mereka membubarkan diri lari terbirit-birit ketika satu KRI kita merapat
ke TKP yang kemudian menurunkan beberapa personel Kopaska.
Tindak lanjut dari kejadian ini adalah Mabes TNI mengambil langkah
lebih maju. Mabes TNI memastikan akan membangun pangkalan AL (Lanal) di
Tanjung Datu, untuk menggantikan Pos AL Temajuk. Lanal itu nanti
sekaligus untuk memperkuat pertahanan di kawasan Natuna. TNI kedepannya
juga akan membangun air street pangkalan udara aju dan satuan infanteri
juga akan masuk di kawasan itu alias penempatan pasukan dalam jumlah
besar, karena pangkalan tersebut tidak hanya untuk mempertahankan
Tanjung Datu.
Saat ini TNI AL telah menyiagakan tiga KRI yang berpatroli di sekitar
kawasan tersebut. Kapal-kapal itu adalah Korvet KRI Sutedi Senoputra,
KRI Barakuda, dan KRI Madang. Untuk armada bawah airnya TNI AL masih
menyiagakan sejumlah KS yang berpatroli rutin dengan Induk pengawasan
wilayah tanjung Datu adalah Lanal Pontianak yang membuat pos AL di
kawasan Temajuk