Friday, 30 May 2014

Secuil Kisah Korps Hiu Kencana

Pembangunan Suar oleh Malaysia di Tanjung Datuk, Kalbar
Pembangunan Suar oleh Malaysia di Tanjung Datuk, Kalbar
Kisah ini merupakan kisah yang baru saja terjadi beberapa waktu lalu, seperti ramai diberitakan bahwa Malaysia berusaha membangun mercusuar / rig di titik koordinat 02.05.053 N-109.38.370 E Bujur Timur, atau sekitar 900 meter di depan patok SRTP 1 (patok 01) wilayah Tanjung Datu, Kecamatan Paloh, Kalimantan Barat, yang masih dalam Status Quo karena masih terdapat sengketa lahan yang belum terselesaikan antara Indonesia dengan Malaysia. Selain Camar Bulan di Tanjung Datuk, ada empat titik batas lain yang belum ada kesepakatan, yakni Gunung Raya 1 dan 2, Gunung Jagoi, Batu Aung dan D400 yang pada survei tahun 1987-1988 tidak ditemukan titik jatuh air.

Bahwa batas negara Indonesia dan Malaysia di wilayah Kampung Camar Bulan, Desa Temajok, atau sering juga disebut Tanjung Datu, Kecamatan Paloh, Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat, hingga kini masih bermasalah. Dalam peta negara kita, garis batas dengan Malaysia terletak 3.900 meter dari garis pantai. Sementara menurut Malaysia, batas negara mereka dengan negara kita terletak 900 meter dari garis pantai.

Perbedaan persepsi tentang batas negara itu berpotensi memunculkan perselisihan wilayah di Kampung Camar Bulan. Dalam kaitan itu, pemerintah daerah setempat terus mendorong masyarakat untuk beraktivitas di wilayah tersebut, antara lain dengan cara menanami lahan. karena jika masyarakat menduduki wilayah ”sengketa” yang luasnya 405 hektar itu secara masif, peluang Indonesia untuk mendapatkan pengakuan secara internasional akan lebih besar.

Masyarakat Camar Bulan belakangan ini mulai aktif melakukan penanaman di kawasan seluas 405 hektar tersebut. Mereka berani menanami lahan setelah Pemerintah Daerah setempat meyakinkan warga bahwa wilayah tersebut sah (masuk wilayah Indonesia), sesuai peta negara kita. Sebelumnya mereka takut beraktivitas di sana karena sering dikejar tentara Malaysia. Kini masyarakat juga tenang karena TNI telah membuat pos lintas batas dan menempatkan anggotanya di sana.

Sebetulnya jauh sebelum adanya pemberitaan resmi oleh berbagai media, warga kita yang tinggal disekitar TKP dan para nelayan yang biasa mencari ikan diseputaran tersebut telah memberikan laporan resmi kepada koramil setempat dan petugas di Pos AL Temajuk tentang aktivitas beberapa kapal tongkang yang dikawal kapal perang negeri Jiran beraktivitas memuat material bangunan dan aktivitas pemancangan.

Laporan tersebut kemudian ditindaklanjuti dengan mengirim tim kecil dari TNI AL yang menyamar sebagai nelayan ke lokasi TKP yang kemudian mendapati kebenaran atas laporan masyarakat tadi tentang aktivitas negeri Jiran di wilayah sengketa tersebut dan kemudian melaporkannya kepada pusat yang kemudian ditindak lanjuti dengan mengirimkan Korvet KRI dengan terlebih dahulu beberapa hari sebelumnya sejumlah Armada Bawah Air kita sudah diperintahkan menuju ke TKP.

TNI saat itu tidak main-main, berhubung waktunya hampir bersamaan dengan diadakannya latihan gugus pengamanan di Ambalat, maka sejumlah KS kita sudah mengunci basis KS mereka di Sepanggar Bay, Sabah. Sementara di lokasi TKP beberapa kapal tongkang dan sebiji kapal perang pengawalnya tanpa disadari sudah dikepung oleh 4 unit KS kita di mana 2 unit KS lagi berjaga jauh di dalam wilayah laut Malaysia sebagai antisipasi bilamana mereka memang berani ngajak kita duel beneran.

Jangan ditanya nasib satu-satunya kapal perang patroli mereka yang mengawal armada tongkang, kapal patroli itu dilock terus-menerus oleh KS kita, untung saja mereka diselamatkan karena memang perintah “menembakkan torpedo” dari pusat tidak kunjung datang sampai akhirnya mereka membubarkan diri lari terbirit-birit ketika satu KRI kita merapat ke TKP yang kemudian menurunkan beberapa personel Kopaska.

Tindak lanjut dari kejadian ini adalah Mabes TNI mengambil langkah lebih maju. Mabes TNI memastikan akan membangun pangkalan AL (Lanal) di Tanjung Datu, untuk menggantikan Pos AL Temajuk. Lanal itu nanti sekaligus untuk memperkuat pertahanan di kawasan Natuna. TNI kedepannya juga akan membangun air street pangkalan udara aju dan satuan infanteri juga akan masuk di kawasan itu alias penempatan pasukan dalam jumlah besar, karena pangkalan tersebut tidak hanya untuk mempertahankan Tanjung Datu.


Saat ini TNI AL telah menyiagakan tiga KRI yang berpatroli di sekitar kawasan tersebut. Kapal-kapal itu adalah Korvet KRI Sutedi Senoputra, KRI Barakuda, dan KRI Madang. Untuk armada bawah airnya TNI AL masih menyiagakan sejumlah KS yang berpatroli rutin dengan Induk pengawasan wilayah tanjung Datu adalah Lanal Pontianak yang membuat pos AL di kawasan Temajuk

No comments:

Post a Comment