bukti amerika di balik kerusuhan papua |
Kelompok yang menamakan dirinya Organisasi Papua Merdeka (OPM) mengklaim 1 Desember sebagai hari kemerdekaan bangsa Papua. Klaim sepihak ini tidak pernah diakui negara manapun di dunia. Bahkan di Papua pun, masyarakat umum menolaknya. Akibat penolakan itu, tak jarang mereka menjadi korban teror, baik melalui aksi-aksi penembakan maupun aksi unjuk rasa anarkis.
Dalam pengamatan saya, selama sebulan terakhir (November 2013) tercatat empat orang tewas dan belasan luka-luka serta beberapa orang kritis akibat aksi brutal kelompok pro-M itu. Senin, 4 November 2013, terjadi Aksi bakutembak antara aparat TNI dengan kelompok OPM. Insiden ini terjadi di Kota Lama, Mulia, ibukota Kabupaten Puncak Jaya. Satu orang tewas dalam peristiwa itu yakni Kiwo Talenggen. Menurut Kabid Humas Polda Papua, AKBP Sulistyo Pudjo Hartono, korban dikenal sebagai pentolan OPM dari kelompok Yambi dibawah pimpinan Tengahmati Enumbe. http://regional.kompasiana.com/2013/11/06/pentolan-opm-puncak-jaya-tewas-dalam-kontak-senjata-dengan-tni-608353.html
Korban kedua adalah Serka Wendy, anggota Koramil Ilu, Kabupaten Puncak Jaya. Korban ditembak oleh kelompok TPN/OPM wilayah Tingginambut Rabu (27/11/2013) sekitar jam 10.00 WIT. Korban tewas dengan luka tembak bagian pipi sebelah kiri tembus di bawah mata kiri.
Korban ketiga adalan seorang sopir angkot bernam David saat tengah melakukan perjalanan dari Ilu menuju ibu kota Mulia pada Kamis (28/11/2013) pukul 15.30 WIT. David dihadang saat melintas di Kampung Kambigame. Ia ditembaki saat turun dari kendaraannya. Tak sampai di situ, ia pun dibakar bersama mobilnya. Kedua kendaraan yang melintas kemudian setelah David juga dihadang kelompok TPN-OPM. Namun selah seorang pengemudi, Riko memilih memutar mobilnya dan melarikan diri. Dia pun melaporkan peristiwa nahas tersebut melalui pos TNI di Ilu.
Korban lainnya adalah sejumlah warga sipil di Abepura yang terkena lemparan batu dan senjata tajam dalam aksi unjuk rasa kelompok KNPB (Komite Nasional Papua Barat) pada Selasa (26/11/2013). Aksi itu dikhabarkan berakhir dengan bentrok antar pengunjuk rasa dengan petugas polisi. Banyak warga yang kebetulan sedang melintas di Jalan Abepura-Sentani turut menjadi korban terkena lemparan batu dan ada juga yang dianiaya oleh pengunjuk rasa. Polisi mencatat sebanyak 11 orang terluka, 2 di antaranya kritis. Sementara sejumlah mobil dan motor dirusak pengunjuk rasa. http://hukum.kompasiana.com/2013/11/30/antisipasi-gerakan-1-desember-pemerintah-dapat-gunakan-pasal-terorisme-615437.html
Salah satu korban kritis akhirnya meninggal dunia pada 3/11/2013 atas nama Syamsul Muarif. Korban berusia 61 tahun adalah seorang tukang ojek yang menjadi korban keberingasan para pengunjuk rasa. Korban meninggal dengan luka robek pada kepala bagian belakang akibat dilempar batu, luka tusuk pada dada bagian kiri dan paha kiri akibat tusukan senjata tajam massa demo.
Sebagai bangsa kita berharap, setiap 1 Desember di Papua dapat dilewati dengan damai. Tak ada lagi insiden apapun yang mengganggu aktivitas warga. Apalagi harus mengorbankan nyawa orang-orang yang tidak bersalah. Mari kita hindari suasana permusuhan, serta menguruk aksi-aksi anarkhis dari kelompok manapun dan atas nama apapun.***
No comments:
Post a Comment