Saturday, 30 November 2013
orang seperti ini . yang di butuhkan papua. bukannya benny wenda
SENTANI–ZONA DAMAI.com: Gubernur Provinsi Papua, Lukas Enembe, S.I.P., M.H., menegaskan, bahwa saat ini Pemerintah Provinsi Papua tidak lagi main-main untuk memberikan kesejahteraan dan meningkatkan perekonomian kepada masyarakat asli Papua.
Hal itu disampaikan Gubernur Papua kepada wartawan usai melakukan pertemuan singkat dengan Duta Besar Australia untuk Indonesia, YM Gregg Mariaty, dan Bupati Jayapura, Mathius Awoitauw, S.E., M.Si., sekaligus makan siang bersama di Restaurant Yougwa, Sentani-Kabupaten Jayapura, Selasa (19/11/2013) kemarin.
Menurut Gubernur, pertemuan itu hanya acara makan siang, tapi diisi dengan penyampaian pengembangan nilai-nilai ekonomi di Papua.
Sebab, selama kepemimpinannya, ia tidak ingin lagi ada masyarakat berbicara politik, akan tetapi bagaimana perkembangan perekonomian agar kesejahteraan masyarakat sesuai dengan visi misi Gubernur dan Wakil Gubernur selama 5 tahun kedepan bisa tercapai.
“Menuju kesejahteraan, kita harus memberdayakan orang Papua diberbagai bidang ekonomi, karena kalau maju dan sejahtera tidak ada lagi orang bicara macam-macam, oleh sebab integritas NKRI kita tetap jaga, kita pertahankan dan kita fokus dalam pembangunan ekonomi dalam rangka kesejahteraan serta meningkatkan kesejahteraan Orang Asli Papua,” tukasnya.
Gubernur mengungkapkan, untuk mengembangkan ekonomi, Duta Besar Australia tetap mendukung NKRI, terutama perkembangan perekonomian di Papua yang sudah mulai berkembang.
“Kita sejak dulu setiap tahun berkunjung disini untuk melihat kemajuan yang dicapai di Papua, dan responnya bahwa ada bantuan-bantuan dari pemerintah Australia yang selama ini ke Provinsi Papua yang sudah lama berjalan,” katanya.
Untuk itu, dalam pengembangan perekonomian di wilayah Provinsi Papua tidak boleh lagi main-main, karena sekarang sudah perencanaan RPJMD untuk prioritas-prioritas yang lebih banyak dalam rangka kesejahteraan.
Kesejahteraan dimaksud adalah, mengenai komuditas unggulan untuk menjadi fokus utama Pemerintah, seperti di Kabupaten Jayapura, melalui penanaman pohon Kakao. “Pohon Kakao inilah yang kita bisa kembangkan, sehingga mendapat hasil dari Papua dan bisa di ekspor langsung ke mana saja,” paparnya.
Dan pada dasarnya, Pemerintah Provinsi Papua tetap mendorong investasi yang masuk ke Papua, mendorong penjaminan kredit, sehingga banyak kegiatan ekonomi yang dibiayai dari Bank Papua lewat kredit, dengan jaminan adalah Pemerintah.
Disisi lain, terkait produk unggulan masyarakat Papua seperti, Buah Merah,” Kita belum tetapkan, tapi sudah mengarah kesana, karena banyak peminat, bahkan sampai dua ribu ton diminta untuk diolah menjadi berbagai macam bahan,” imbuhny
As syaiton . australia bermuka dua, di cerca di jakarta dan bermuka manis di papua. karena papua kaya,marilah kita jaga papua dari as syaiton australia
dasaar austrlia. as syaai ton dari utara
: Terungkapnya isu penyadapan terhadap percakapan telepon orang-rang penting di republik ini, mulai dari Presiden RI SBY, Wapres Boediono, mantan Wapres Jusuf Kalla, dan sejumlah menteri Indonesia Indonesia Soesilo Bambang Yudhoyono, bahkan percakapan telepon Ibu Negara Ani Yudhoyono, menambah deret panjang “dosa” Australia terhadap Indonesia.
Percakapan pejabat tinggi saja diintip, apalagi lalu lintas komunikasi 16 ribu pelajar Indonesia yang numpang sekolah di Australia….? Itulah kira-kira kekhawatiran para orang tua Indonesia yang anak sedang menuntut ilmu di negara Kangguru itu. Kekhawatiran yang sama juga diungkap Mendiknas M. Nuh, “…saya percaya penuh pada sampeyan (Australia). Anakku tak sekolahkan ke sampeyan tapi sampeyan intip-intip, sadap-sadap, itu kan kurang pas,” ujar M Nuh di Istana Negara, Jakarta, Selasa (19/11/2013).
http://news.detik.com/read/2013/11/19/135535/2417173/10/soal-penyadapan-m-nuh-minta-pelajar-indonesia-di-australia-tak-terganggu?nd772204btr
Sikap lebih tegas ditunjukkan Kemlu RI dengan menarik Dubes RI untuk Australia Nadjib Riphat Kesoema dari Canberra. Dengar-dengar, Menlu Australia Julie Bishop akan segera dipanggil ke Indonesia untuk dimintai penjelasan terkait berita penyadapan yang telah beredar luas itu.
Seakan ingin menebus dosa, sebelum panggilan itu dipenuhi, Menlu Australia pada senin 18/11/2013) buru-buru mengirim YM Gregg Moriaty (Dubes Australia untuk Indonesia) ke Papua. Ia membawa sepasukan staf kedubes-nnya antara lain, Brigadir Jhond Longhim Gould Head of Australia Defence Staff (HADS), Mr. Jean B. Carcakasso (Ministre Conselor/Bid Propam), Mrs. Adelle Neary (Second Secretary (Political) and visi division Office, Mrs. Cassandra H. (Second Secretary (Economic), Mr. Perarco Chawan Koretje (Director Of Decentralination, Poverty Reduction and Purel Development (Bid Propam)), Mr. Jhon Theoloft Weohan (Deputy Program Director For Papua and West Papua (AIPD) dan Federal Agust Benjamin Koster (CPP Licism Officer).
Kedatangan mereka diterima Kapolda Papua. Hal-hal yang dibahas dalam pertemuan dengan Tito Karnavian di Mapolda Papua di Jayapura itu, antara lain menggenai kondisi investasi dan perkembangan situasi keamanan di Papua.
Menurut Kabid Humas Polda Papua, dalam pengamatan Australia soal perkembangan pembangunan di Papua dinilai sangat pesat. Itu terjadi karena berbagai instrumen negara mampu bekerja dengan baik. Di bidang penegakan hukum dan kamtibmas, kemajuannya juga dinilai signifikan karena upaya pembinaan yang dilakukan Polri, TNI dan sejumlah stake holder di Papua cukup berhasil yang berimbas pada meningkatnya situasi kondusif yang memungkinkan kegiatan pembangunan di Papua berjalan aman dan lancar.
Untuk semua kemajuan yang telah dicapai, khususnya pada penegakan hukum dan kamtibmas di Papua, Dubes Australia menyampaikan akan meningkatkan dan memperkuat kerjasama keamanan antara Australia dengan Polri.
“Pemerintah Australia akan bekerjasama dan saling membantu dalam berbagai tindakan Kepolisian khususnya menyangkut aspek yang mengganggu keamanan dan ketertiban sesuai dengan perundang-undangan”, tegas Kabid Humas mengutip pernyataan Dubes Australia. http://zonadamai.com/2013/11/19/pemerintah-australia-dukung-penegakan-hukum-di-papua/
Dubes Australia juga mengapresiasi kinerja Kapolda Papua, Tito Karnavian, karena selama kepemimpinannya, situasi di Papua sangat kondusif. Berbagai kejadian konflik horizontal dan vertikal berkurang sangat signifikan. Australia mendukung cara-cara Polda Papua mengatasi aksi para pemberontak (counter insurgency) dengan upaya penegakan hukum. Kondisi ini dinilainya penting untuk memastikan iklim investasi di Papua semakin baik, yang akan berdampak positif penyediaan lapangan kerja bagi orang Papua, peningkatan ekonomi serta kesejahteraan warga di Papua.
Mengkhianati Lombok Treaty
Dukungan dari Pemerintah Australia itu adalah bagian dari implementasi Lombok Treaty yang diteken tahun 2008 dimana pemerintah Australia menghormati kedaulatan NKRI di Papua. Isi penting Perjanjian Lombok itu antara lain:
1. Menekankan saling menghormati dan menghargai kedaulatan negara lain;
2. Menekankan ada saling bekerjasama, di mana kedua negara saling bekerjasama dalam menghadapi situasi masa depan yang makin dinamis;
3. Menekankan di mana kedua negara saling memperkuat kerja sama di bidang politik, ekonomi, budaya dan keamanan sesuai dengan kepentingan bersama dan hubungan baik antar kedua negara.
Tapi, satu tahun setelah Lombok Treaty itu diteken, Australia kembali mengkhianati kita. Pepih Nugroho menuangkan kekesalannya kepada pemerintah Australia yang menurutnya hipokrit, dalam tulisannya di Kompaiana, “Dasar Australia!”
: Terungkapnya isu penyadapan terhadap percakapan telepon orang-rang penting di republik ini, mulai dari Presiden RI SBY, Wapres Boediono, mantan Wapres Jusuf Kalla, dan sejumlah menteri Indonesia Indonesia Soesilo Bambang Yudhoyono, bahkan percakapan telepon Ibu Negara Ani Yudhoyono, menambah deret panjang “dosa” Australia terhadap Indonesia.
Percakapan pejabat tinggi saja diintip, apalagi lalu lintas komunikasi 16 ribu pelajar Indonesia yang numpang sekolah di Australia….? Itulah kira-kira kekhawatiran para orang tua Indonesia yang anak sedang menuntut ilmu di negara Kangguru itu. Kekhawatiran yang sama juga diungkap Mendiknas M. Nuh, “…saya percaya penuh pada sampeyan (Australia). Anakku tak sekolahkan ke sampeyan tapi sampeyan intip-intip, sadap-sadap, itu kan kurang pas,” ujar M Nuh di Istana Negara, Jakarta, Selasa (19/11/2013).
http://news.detik.com/read/2013/11/19/135535/2417173/10/soal-penyadapan-m-nuh-minta-pelajar-indonesia-di-australia-tak-terganggu?nd772204btr
Sikap lebih tegas ditunjukkan Kemlu RI dengan menarik Dubes RI untuk Australia Nadjib Riphat Kesoema dari Canberra. Dengar-dengar, Menlu Australia Julie Bishop akan segera dipanggil ke Indonesia untuk dimintai penjelasan terkait berita penyadapan yang telah beredar luas itu.
Seakan ingin menebus dosa, sebelum panggilan itu dipenuhi, Menlu Australia pada senin 18/11/2013) buru-buru mengirim YM Gregg Moriaty (Dubes Australia untuk Indonesia) ke Papua. Ia membawa sepasukan staf kedubes-nnya antara lain, Brigadir Jhond Longhim Gould Head of Australia Defence Staff (HADS), Mr. Jean B. Carcakasso (Ministre Conselor/Bid Propam), Mrs. Adelle Neary (Second Secretary (Political) and visi division Office, Mrs. Cassandra H. (Second Secretary (Economic), Mr. Perarco Chawan Koretje (Director Of Decentralination, Poverty Reduction and Purel Development (Bid Propam)), Mr. Jhon Theoloft Weohan (Deputy Program Director For Papua and West Papua (AIPD) dan Federal Agust Benjamin Koster (CPP Licism Officer).
Kedatangan mereka diterima Kapolda Papua. Hal-hal yang dibahas dalam pertemuan dengan Tito Karnavian di Mapolda Papua di Jayapura itu, antara lain menggenai kondisi investasi dan perkembangan situasi keamanan di Papua.
Menurut Kabid Humas Polda Papua, dalam pengamatan Australia soal perkembangan pembangunan di Papua dinilai sangat pesat. Itu terjadi karena berbagai instrumen negara mampu bekerja dengan baik. Di bidang penegakan hukum dan kamtibmas, kemajuannya juga dinilai signifikan karena upaya pembinaan yang dilakukan Polri, TNI dan sejumlah stake holder di Papua cukup berhasil yang berimbas pada meningkatnya situasi kondusif yang memungkinkan kegiatan pembangunan di Papua berjalan aman dan lancar.
Untuk semua kemajuan yang telah dicapai, khususnya pada penegakan hukum dan kamtibmas di Papua, Dubes Australia menyampaikan akan meningkatkan dan memperkuat kerjasama keamanan antara Australia dengan Polri.
“Pemerintah Australia akan bekerjasama dan saling membantu dalam berbagai tindakan Kepolisian khususnya menyangkut aspek yang mengganggu keamanan dan ketertiban sesuai dengan perundang-undangan”, tegas Kabid Humas mengutip pernyataan Dubes Australia. http://zonadamai.com/2013/11/19/pemerintah-australia-dukung-penegakan-hukum-di-papua/
Dubes Australia juga mengapresiasi kinerja Kapolda Papua, Tito Karnavian, karena selama kepemimpinannya, situasi di Papua sangat kondusif. Berbagai kejadian konflik horizontal dan vertikal berkurang sangat signifikan. Australia mendukung cara-cara Polda Papua mengatasi aksi para pemberontak (counter insurgency) dengan upaya penegakan hukum. Kondisi ini dinilainya penting untuk memastikan iklim investasi di Papua semakin baik, yang akan berdampak positif penyediaan lapangan kerja bagi orang Papua, peningkatan ekonomi serta kesejahteraan warga di Papua.
Mengkhianati Lombok Treaty
Dukungan dari Pemerintah Australia itu adalah bagian dari implementasi Lombok Treaty yang diteken tahun 2008 dimana pemerintah Australia menghormati kedaulatan NKRI di Papua. Isi penting Perjanjian Lombok itu antara lain:
1. Menekankan saling menghormati dan menghargai kedaulatan negara lain;
2. Menekankan ada saling bekerjasama, di mana kedua negara saling bekerjasama dalam menghadapi situasi masa depan yang makin dinamis;
3. Menekankan di mana kedua negara saling memperkuat kerja sama di bidang politik, ekonomi, budaya dan keamanan sesuai dengan kepentingan bersama dan hubungan baik antar kedua negara.
Tapi, satu tahun setelah Lombok Treaty itu diteken, Australia kembali mengkhianati kita. Pepih Nugroho menuangkan kekesalannya kepada pemerintah Australia yang menurutnya hipokrit, dalam tulisannya di Kompaiana, “Dasar Australia!”
Maafkan pemerintahan , pak harto kami . suadarahku timor leste
Tanpa Paspor, Kunjungi Keluarga Lewat Jalan Tikus
DAMAI di Perbatasan : Canda dan obrolan penuh kekeluargaan terjalin
antara anggota TNI penjaga perbatasan di Desa Napan, Kabupaten Timor
Tengah Utara dengan Polisi Perbatasan Timor Leste. Mereka saling
mengunjungi dan bersilaturahmi setiap pergantian petugas jaga untuk
periode tertentu. Tanpak Pratu Wayan Junaidi dari Yonif 744 Udayana
berbincang dengan Agenti Cheefe (setara Sersan kepala) Abilio Coi
anggota Polisi Timor Leste, di Posko Bukit Oemanu yang masuk wilayah
Timor Leste . Foto : Boy Slamet/ Jawa Pos
Lepasnya Provinsi Timor Timur dari Indonesia pada 1999 membuat warga
di sana terbelah. Ada yang tetap menjadi WNI, ada juga yang memilih
hijrah ke Timor Leste.UMAR WIRAHADI, Timor Leste
NKRI Harga Mati. Tiga kata itu tertulis mencolok di dinding tembok. Sekitar 20 meter di depan bangunan bercat loreng itu terdapat gerbang besar dengan papan bertulisan Republika Demokratika Timor Leste. Itulah gerbang batas Indonesia dengan Timor Leste. Nah, di depan gerbang itu terdapat batas netral antardua negara.
“Biasanya Sabtu di sini ramai. Sebab, banyak warga dua negara yang saling mengunjungi,” kata Komandan Pos (Danpos) Perbatasan Napan Letnan Dua (Letda) Iwan Junaidi kepada koran ini kemarin (12/2).
Perbatasan itu berada di Desa Napan, Kecamatan Bikomi Utara, Kabupaten Timur Tengah Utara (TTU), Nusa Tenggara Timur (NTT). Di pos perbatasan bertugas 17 personel TNI. Iwan mengungkapkan, hubungan antara petugas di pos penjagaan Indonesia dan Timor Leste cukup harmonis. Dua pihak bahkan kerap saling mengunjungi.
Terakhir, pihak Timor Leste diundang pada acara pergantian Danpos Penjagaan Napan pada 8 Januari lalu. “Kami biasa saling bertamu,” tutur Prajurit Satu (Pratu) Nurdiawan.
Untuk bisa sampai di pos pintu lintas batas itu harus menuruni jalan berbukit setinggi 50 meter. Sedangkan untuk menuju pos Oeasilo di wilayah Timor Leste harus terlebih dahulu mendaki bukit.
“Kami harus saling menjaga. Hubungan kami (antara petugas Indonesia dan Timor Leste, Red) berjalan harmonis,” kata Agenty Chefe (AC) Abilio Coi.
Dalam sistem militer di Indonesia, AC setara dengan sersan kepala (serka). Pria 33 tahun itu adalah kepala polisi perbatasan (unidade policia fathrulhamento) di pos itu.
Suasana di pos jaga begitu cair. Apalagi, suasana bukit begitu sejuk. Tanpa dikomando, dua personel TNI yang mengantar Jawa Pos langsung memanjat pohon kesambi yang berada di dekat pos. “Buah ini sering menjadi teman kami ngobrol,” ungkap Pratu Wayan Junaidi.
Meski kini menjadi warga Timor Leste, Abilio Coi tidak bisa melupakan Indonesia. Nenek moyangnya berasal dari NTT. Dia memiliki saudara di Kabupaten Timur Tengah Utara (TTU). Bibi dan kakak kandung Abilio adalah WNI. Yang unik adalah cara mereka bertemu. “Saya kebetulan tidak memiliki paspor. Jadi, ketemunya di bawah pohon rindang itu,” kata Abilio, lantas terkekeh.
Karena rasa kekeluargaan yang erat pula, setiap ada kegiatan adat dua pihak saling memberi tahu. Lebih-lebih jika ada kabar duka. Mereka nekat menerobos batas negara. “Bahkan, ada yang nekat lewat jalan tikus,” tuturnya.
Selain petugas keamanan, warga di sana penuh nuansa kekeluargaan. Kondisi itu tecermin di Desa Napan. “Kami memang masih memiliki satu nenek moyang. Budaya kami juga sama,” kata Kepala Desa Napan Yohanis Anunu, 34.
Dia menjelaskan, di antara 1.036 jiwa warganya, 507 warga adalah eks penduduk Timor Timur yang bergabung dengan WNI. Sebagian besar warga Desa Napan memiliki kerabat di Timor Leste. Yang menarik, sebagian besar di antara mereka tak memiliki paspor.
Nah, untuk menyiasati aturan itu, mereka memilih lewat jalan pintas atau jalan tikus dengan menembus hutan dan perbukitan. “Mau bagaimana lagi. Warga di sini (Desa Napan, Red) rata-rata tak memiliki paspor,” kata Yohanis.
Warga di sana sudah terbiasa memasuki wilayah Timor Leste. Salah satu faktornya adalah hewan ternak. Ternak milik warga Desa Napan kerap “jalan-jalan” hingga masuk wilayah Timor Leste. “Jika sudah sore, baru kami cari. Pasti nyarinya ke Tilos (Timor Leste, Red),” tutur lelaki tiga anak itu.
Yohanis mengaku tidak pernah ada masalah terkait hubungan warga dua negara. Yang menjadi masalah adalah penyelundupan bahan bakar minyak (BBM) dan sembako. Beberapa SPBU di Kabupaten TTU kerap kehabisan BBM. Usut punya usut, hal itu dipicu oleh penyelundupan ke wilayah Timor Leste.
Atas aksi penyelundupan itu, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Timur Tengah Utara (TTU) sudah berupaya menghentikan. Wakil Bupati TTU Aloysius Kobes telah mengeluarkan surat edaran pada Juni 2011. Dalam surat bernomor Ek.541/202/VI/2011 itu ditegaskan bahwa para pembeli BBM dilarang menggunakan alat penampung besar seperti jeriken dan drum.
Sayangnya, imbauan itu tak banyak diindahkan warga. “Buktinya hingga sekarang banyak yang masih beroperasi,” ujar Yohanis.
Menyelundupkan BBM ke Timor Leste menjadi ladang bisnis yang menjanjikan. Satu pembeli di NTT hanya boleh membeli maksimal 20 liter bensin dengan harga Rp 90 ribu. Nah, kalau dijual di Timor Leste, harganya melambung hingga dua kali lipat!
“Itulah yang membuat mereka tergiur. Tapi, itu sangat merugikan negara sendiri. Begitu juga halnya dengan sembako,” tandas Yaohanis.
Pihak desa telah berulang-ulang mengimbau warga sekitar agar tak terlibat aksi penyelundupan. Namun, upaya itu kurang efektif. “Sebelum penyelundupan menjadi lebih besar, pemerintah yang lebih tinggi harus turun tangan,” katanya
“Semua Demi Merah Putih” Persipura & Arema Tampil di Piala AFC 2014
sumber foto : www.supersoccer.co.id
Indonesia
dipastikan mendapatkan dua jatah langsung ke babak utama kompetisi kasta
kedua kejuaraan antar klub Asia, PSSI akhirnya memilih Persipura Jayapura dan Arema Indonesia untuk tampil sebagai wakil Indonesia di Piala AFC 2014.
Sebuah keputusan
yang memang sudah bisa diprediksi sebelumnya, dimana PSSI secara
berulang-ulang mengkampanyekan bahwa klub yang akan mewakili
Indonesiasia di Piala AFC nantinya adalah klub yang berasal dari Liga Terbaik
dinegri ini …., tentunya kita sudah bisa memahami kemana arah keputusan
yang akan diambil dan jelas yang dimaksud adalah Kompetisisi Liga ISL
yang memang terkenal dan terbaik seAsia Tengara katanya ? apa lagi
dinegri sendiri terkenal dengan Liga terbaik, terhebat dan terjegerrrr
…..siapa yang tak kenal dengan kompetisi Liga Ie Es El…ha..ha
Jadi untuk
mengkaji ulang atau membahas kenapa Persipura & Arema yang dipilih,
tentu jawabanya tidak perlu dibahas….bahkan yang membuat kita terpana
terpilihnya kedua Klub tersebut hanya berkat hasil Voting yang
dilakukan dalam rapat Exco dimana hasilnya hanya 1 suara untuk SPFC
klub yang diusulkan dari Liga Resmi PSSI musim 2013 ? seperti yang sudah
ditulis sahabat Aldi Doank dalam artikelnya spfc-tidak-ikut-afc-cup-cuma-kalah-voting-doank-hehe suka atau tidak suka itulah hasilnya…he..he wajib dipahami ini dilakukan “Semua Demi Merah Putih” lho ……?????
sumber foto : nasional.kompas.com
Pertanyaannya apakan Merah Putih menginginkan hal seperti diatas ? tentunya tidak, kalau kita bicara Semua Demi Merah Putih
itu artinya tentu PSSI sebagai ortoritas resmi persepakbolaan di negri
ini akan lebih mngedepankan kata persatuan dan kebersamaan dalam
mewujutkan persepakbolaan indonesia yang lebih baik yang lebih
mengedepankan HAK adalah HAk bukan menghilangkan HAK
demi tercapainya syahwat memberangus salah satu komponen penunjang dalam
persepakbolaan Nasional terlepas dari segala persoalan yang menderanya
baik itu dari pengelola Liganya sendiri maupun dari Kebijakan Otoritas
Sepakbola di Negri Ini yang memang secara sengaja mengkebiri
keberadaanya sebagai Liga Resmi dibawah kepengurusan PSSI masa lalu.
Liga IPL yang memang harus kita akui berjalan tidak sesuai apa yang
seharusnya terjadi dalam sebuah kompetisi liga sepakbola professional
membuat liga ini pada akhirnya harus menuntaskan kompetisinya melalui
jalur play-off setelah pengelolaannya diambil alih oleh PSSI. Dan pada
akhirnya yang tampil menjadi juara pada play-off tersebut adalah Pro Duta FC sementara SPFC memang tidak diikutkan dalam babak Play Off tersebut.
Seperti yang disampaikan Sekjen PSSI, Joko Driyono, yang mengatakan bahwa keputusan itu sudah ditetapkan Exco PSSI melalui diskusi informal yang dilakukan secara sirkuler. “Saya hanya bisa menyampaikan keputusan akhirnya dari Exco saja dan keputusan itu sudah bulat. Nominasinya sebetulnya sudah ada dua minggu lalu. Namun pada 26 November sudah mengerucut dan kemarin secara administratif sudah kami selesaikan,” kata Joko.
Adapun pembenaran berikutnya yang disampaikan PSSI terkait keputusan pemilihan klub yang mewakili Indonesia di ajang piala AFC ini, seperti yang pernah disampaikan sekjen PSSI Djokri beberapa waktu yang lalau, “Parameter penentuannya seperti apa, sebenarnya AFC itu melihat kompetisi terbaik dari tahun ke tahun. Kita punya dua kompetisi pada musim lalu, nanti kita lihat keputusan Exco PSSI seperti apa,” kata Joko.
he..he..biar lebih sejuk ….sumber foto : www.metrosocialite.com
“Kalau toh menyodorkan klub X misalnya, yang dikonfirmasi AFC itu pasti alasannya kami memilih klub tersebut itu apa. Intinya AFC punya perhatian ini hasil dari kompetisi terbaik di negara itu dan dia punya kemampuan untuk berkompetisi di level Asia,” Joko menjelaskan.
Jadi dengan melihat berbagai dalih pembenaran yang dilakukan PSSI itu, yang kalau boleh diartikan semua dilakukan tak lain “Semua Demi MErah Putih” sesuai
dengan Jargon PSSI dalam di Era kepengurusan PSSI paska KLB 17 Maret
lalu, yang mana pada akhirnya meninabobokan para pecinta sepakbola
Indonesia dengan segala kebijakan dan keputusan terkait kepentingan
persepakbolaan Nasional, terutama khususnya bagi kaum atau pasukan anti
kritik yang berdiam di kanal bola ini, atau yang mereka sebut dengan
kanal Ghoib….he…he…banyak setannya kaliiii…???
Dan bagi SPFC
yag merasa HAKnya dirampas tidak perlu merasa dikalahkan atau menuntut
seperti yang dilakukan SFC Palembang dimasa lampau yang mendapat
dukungan dari pihak yang memang pada akhirnya berkuasa saat ini yaitu
KPSI, karena semua itu akan menjadi sia-sia hanya memperumit masalah dan
bisa membuat semua kembali menjadi kisruh, dan kalau boleh saya
mengutip penutup dari sahabat BinballSenior dalam tulisannya jatah-afc-cup-resmi-untuk-persipura-dan-arema …..sudahlah…. Keputusan
sudah dibuat oleh PSSI dan kita hargai itu. Karena meski pada musim
2013 ini FIFA lebih mengakui IPL sebagai liga resmi mereka dibandingkan
ISL, namun secara objective kita juga jarus mengakui bahwa kompetisi IPL
pada musim ini memang tidak berjalan sebagaimana mestinya…….mari kita nikmati saja……selamat menikmati.
Aceh . daerah istimewah indonesia...!!!
marilah saudarah ku actjeh bangun dengan kekuatan dan juga rasa takwa kepada Tuhan Yan Maha esa.
Ketika kediktatoran menjadi kenyataan, maka revolusi menjadi kebenaran”—anonymous. Kalimat-kalimat retorik itu selalu saya ulang beberapa kali saat membuka-buka kembali buku ‘zaman’ Kisah Para Diktator karya Jules Archer. Tapi saya tak pernah mencari celah untuk menghubung-hubungkan dengan kondisi Aceh terkini. Karena bagi saya, orang Aceh itu sudah cukup dewasa, sudah lama hidup dalam konflik, mereka tahu membedakan, mana yang patut dan mana yang tidak. Siapa yang disebut zalim, dan mana yang benar-benar alim. Sebab, orang Aceh selalu mencatat, tak hanya dalam hati tapi juga dalam memori. Siapa yang mendhalimi orang Aceh, dia akan diingat sebagai orang zalim.
Ah, sudahlah, terlalu panjang basa-basi, ntar salah lagi dimengerti. Kita tak hendak bicara makar. Saya sini ingin mengabarkan saja, sosok bersahaja yang kini dirindukan banyak orang sebagai pejuang sejati, karismatik dan rendah hati. Saya yakin semua orang Aceh tak lupa dengan nama ini; Teungku Abdullah Syafie. Mendengar namanya saja, orang Aceh akan ingat pada senyum ramahnya. Tutur katanya lembut, perhatiannya melebihi perhatian seorang tua pada anaknya.
Teungku Lah, demikian dia disapa, tak hanya mengajarkan prajuritnya cara berjuang dan istiqamah dalam perjuangan, melainkan juga bagaimana memperlakukan rakyat sebagai basis massa dan perisai tiada tara. Saya tak tahu apakah Teungku Lah membaca kisah Mao Tse Tung, yang mendidik pengikutnya saat melakukan long march yang hingga kini jadi materi ajar di sekolah-sekolah China?
Dalam suatu kesempatan, saat mengembangkan teknik-teknik perang gerilya, Mao mengajarkan pengikutnya. “Rakyat mirip dengan air,” nasehatnya. “Kita harus berenang di dalamnya seperti ikan. Pertama kali kita harus belajar dari massa dan kemudian mengajari mereka,” titahnya.
Dalam buku Kisah Para Diktator, saya sempat membaca, Mao menyandarkan perjuangannya pada petani sebagai pendukung, baik tempat persembunyian, suplai makanan maupun sebagai cadangan tentara. Soal ini, Mao berujar, “Peralatan bukan faktor penting di dalam perang. Yang penting adalah manusianya,” katanya.
Dari sejarah lisan yang beredar, termasuk pengalaman sendiri bertemu beberapa jam dengan Teungku Abdullah Syafie di sebuah tempat persembunyian, pertengahan 1999, saya jadi tahu betapa Teungku Lah sangat mencintai rakyat yang diperjuangkannya.
Meski tak gila hormat, semua rakyat sangat hormat padanya. Teungku Lah tak pernah merasa rendah jika harus duluan memberi salam kepada warga yang kebetulan berkumpul di Bale Jaga. Rakyat yang datang menemui, diterima dengan ramah. Mereka berbicara panjang lebar dan tertawa lepas bersama-sama. Jika kita tak mengenal Teungku Lah, kita sama sekali tak tahu bahwa orang yang cukup akrab dengan rakyat itu adalah Teungku Abdullah Syafie, Panglima Angkatan Gerakan Aceh Merdeka (AGAM) sebelum kemudian berganti nama menjadi Teuntara Negara Aceh (TNA).
Teungku Lah tak hanya pandai bersiasat perang, melainkan juga sangat paham siasat politik. Boleh disebut, Teungku Lah adalah panglima GAM yang cukup ideal. Dicintai rakyat dan pasukannya. Dalam amanatnya berbahasa Aceh ketika meninjau markas GAM tersebut, Teungku Lah, menyatakan, “Masa telah berubah. Strategi perang secara militer sudah ketinggalan zaman. Sekarang, bangsa Aceh harus pintar mengurus masalah-masalah diplomasi di dunia internasional. Sekarang, perang yang paling berat adalah perang politik dan diplomasi.” [baca Mengenang Teungku Abdullah Syafie, Panglima Perang AGAM]
Teungku Lah seperti bisa memprediksi, bahwa suatu saat Aceh akan masuk dalam Perang Politik. Saat itu, pasti akan tuha adoe ngon aduen. Pengalaman Pilkada 2006 dan Pemilu Legislatif 2009, hanya beberapa contoh saja. Jika Teungku Lah masih hidup, tentu saja dia akan menangis, karena Aceh yang diperjuangkannya tak lebih baik. Pasukannya juga seperti lupa pada nasehat-nasehatnya.
“Jangan sampai saya dengar ada Tentara Aceh Merdeka yang lebih kejam daripada tentara penjajah itu,” ujarnya seperti paham bahwa perilaku Tentara Negara Aceh belum sesuai dengan harapan Wali yang meminta agar berbaik-baik dengan rakyat.
Abdullah Syafie tak henti-henti mengajari pasukannya, agar bisa berterima kasih kepada rakyat yang telah mendukung perjuangan. “Pulang jasa keu bangsa Aceh. Bek gata krang ceukang. Dengon bangsa droe teuh, bah that tatheun talo bacut gata hana hina. Yang bek ta tem talo ngon musoh teuh bangsa penjajah,” ujarnya dalam Bahasa Aceh yang fasih.
“Kalau ada di antara tentara Aceh Merdeka yang mengancam Bangsa Aceh, akan kami kenakan sanksi militer,” tegasnya bernada mengancam. Bekas pasukannya saya yakin masih mengingat kata-kata tersebut.
Tapi, sama seperti manusia lainnya, Teungku Abdullah tak bisa menolak takdir dan janji Tuhan. Bahwa, kematian adalah hal yang pasti. Namun, di ujung hidupnya, Teungku Lah, seperti bisa merasa bahwa kematiannya kian dekat. Teungku Lah yang tak pernah gila hormat itu, sepertinya tak ingin hidup lebih lama lagi. Teungku Lah seperti tak siap jika melihat pasukannya menyandarkan perjuangan pada materi semata, saat menang nantinya.
Teungku Lah seperti bisa membaca tanda-tanda. Saya tak tahu apakah beliau membaca karya-karya Naguib Mahfouz yang sebagian kata-kata indahnya terhimpun dalam buku Life’s Wisdom (2009), bahwa beban perang sebagian besar jatuh ke prajurit biasa…para pimpinan menempati posisi yang lebih aman, merencanakan dan memikirkan jalan keluar. Bahkan, tegas Naguib menyimpulkan, tangan yang dapat menghasilkan uang selama perang akan menghasilkan dua kali lipat pada saat damai.
Karena itu, Teungku mengingatkan Rakyat Aceh:
“Jika pada suatu hari nanti Anda mendengar berita bahwa saya telah syahid, janganlah saudara merasa sedih dan patah semangat. Sebab saya selalu bermunajat kepada Allah SWT agar mensyahidkan saya apabila kemerdekaan Aceh telah sangat dekat. Saya tak ingin memperoleh kedudukan apapun apabila negeri ini (Aceh) merdeka”. [baca Pesan Terakhir Teungku Abdullah Syafie]
Itulah wasiat terakhir Panglima Gerakan Aceh Merdeka Abdullah Syafei yang tewas dalam kontak senjata di kawasan perbukitan Jimjiem, Kecamatan Bandarbaru, Kabupaten Pidie, Selasa (22/01/2001). Wasiat yang dibuat sebulan sebelum wafat, seolah firasat Syafei bahwa kematiannya memang telah dekat.[]
Panglima AGAM Dikasih Bedil, Aceh Jadi Debu
Hari Ahad, 6 Agustus 2000, Panglima Perang AGAM, Teungku Abdullah Syafiie, mengunjungi salah satu salah satu Markas GAM di pedalaman Kabupaten Pidie. Di markas yang berjarak beberapa kilometer dari perkampungan penduduk tersebut berkumpul sekitar 500 prajurit AGAM. “Sejak perjanjian Jeda Kemanusiaan diteken di Swiss 12 Mei lalu, semua Pasukan AGAM kawasan barat Pidie berkumpul di Markas ini,” kata seorang tokoh GAM di sana.
Tokoh AGAM yang menolak disebutkan identitasnya itu mengaku selama ini mereka menjalani latihan fisik dan pendalaman ajaran Islam, pengkajian ilmu politik, serta sejarah perjuangan bangsa-bangsa dunia melawan penjajahan.
Panglima Komando Pusat AGAM, Teungku Abdullah Syafiie, dalam amanatnya berbahasa Aceh ketika meninjau Markas GAM tersebut, antara lain, menyatakan, “Masa telah berubah. Strategi perang secara militer sudah ketinggalan zaman. Sekarang, Bangsa Aceh harus pintar mengurus masalah-masalah diplomasi di dunia internasional. Sekarang, perang yang paling berat adalah perang politik dan diplomasi.”
Sesama Bangsa Aceh, wejang Abdullah Syafiie kepada prajuritnya, kita harus benar-benar saling setia. Tentara Aceh Merdeka harus bersikap seperti tentara Islam. Jangan meniru sifat kaum penjajah. Jangan ambil contoh pada kaum imperialis dan kolonialis. “Jangan sampai saya dengar ada tentara Aceh Merdeka yang lebih kejam daripada tentara penjajah itu,” ujarnya mewanti-wanti.
Hari ini, kata Abdullah Syafiie, tentara AGAM mendapat dukungan penuh dari Rakyat Aceh. Baju yang mereka pakai milik Rakyat Aceh. Makanan pun diberikan oleh Rakyat Aceh. “Pulang jasa keu bangsa Aceh. Bek gata krang ceukang. Dengon bangsa droe teuh, bah that tatheun talo bacut gata hana hina. Yang bek ta tem talo ngon musoh teuh bangsa penjajah,” ujarnya dalam bahasa Aceh yang fasih.
Tentara AGAM, menurut Abdullah Syafiie, adalah anak-anak Rakyat Aceh. Oleh karena itu, ia minta jangan sampai jadi pengkhianat terhadap Rakyat Aceh. Jangan sampai ada tentara AGAM yang memarah-marahi masyarakat. “Kalau ada di antara tentara Aceh Merdeka yang mengancam Bangsa Aceh, akan kami kenakan sanksi militer,” tegasnya bernada mengancam.
Setiap tindakan pasukan AGAM, diingatkan juga harus mematuhi aturan-aturan perang, jangan sampai bertentangan dengan aturan perang (Hukum Humaniter Internasional) dan hak-hak asasi manusia. Hukum-hukum tersebut agar terus dipelajari, jangan sampai ada tentara AGAM yang melanggarnya. “Dengan tidak ada pelanggaran-pelanggaran terhadap hukum tersebut, Insya Allah, Aceh akan segera Nerdeka,” katanya.
Sekarang, lanjut Abdullah Syafiie, bukan zamannya lagi kita berperang dengan senjata. Kita harus mampu memerdekakan Aceh melalui Perang Politik dan Diplomasi. “Dengan penandatangan JoU di Swiss, kemerdekaan sudah kita raih 50 persen,” simpulnya.
Pesan Terakhir Teungku Abdullah Syafie
Abdullah Syafiie mengatakan untuk sementara ini kepada pasukan AGAM tidak diberikan senjata. “Senjata akan diberikan kembali nanti setelah Aceh sudah merdeka, tujuannya untuk mempertahankan kemerdekaan. Kalau hari ini kami kasih senjata, nanti Negeri Aceh akan menjadi debu,” katanya.
Sekarang, kata Abdullah Syafiie melanjutkan, perjuangan untuk memerdekaan Aceh, 80 persen harus dilakukan melalui Politik dan Diplomasi. Hanya 20 persen boleh dengan kekuatan militer. “Itu pun jika dipandang perlu,” katanya.
Abdullah Syafiie mengharapkan seluruh tentara Aceh Merdeka agar sungguh-sungguh mempelajari hukum-hukum internasional. Tidak akan menang sebuah perang dengan hanya mengandalkan kekuatan militer. “Sebuah perang akan menang dengan kekuatan-kekuatan hukum, kekuatan politik, dan kekuatan diplomasi,” wejangnya. Walaupun demikian, ujar Abdullah Syafiie, jika perang secara militer terpaksa dilakukan, maka diingatkan tidak ada seorang pun tentara AGAM yang mundur dari medan pertempuran. “Akan tetapi, kalau memang dipandang perlu, bukan hanya kepada tentara laki-laki, kepada yang perempuan pun akan diberikan bedil,” katanya. Oleh karena itu, Abdullah Syafiie meminta kepada tentara AGAM agar tidak takut kalau sesewaktu dipanggil untuk berperang. “Sudah berapa banyak Bangsa Aceh ditangkap, dianiaya, dibunuh, dan diperkosa. Daripada berputih mata, lebih baik berputih tulang berkalang tanah,” ujarnya bersemangat.
Abdullah Syafiie sangat optimis bahwa Bangsa Aceh akan kembali merebut kemerdekaan. “Bangsa Aceh sanggup mengusir penjajah Belanda, kenapa yang lain tak sanggup?” tanya dia. “Coba lihat, bagaimana bangsa Vietnam sanggup mengalahkan Amerika. Begitu juga semangat jihad bangsa Afghanistan, sanggup mengalahkan negara raksasa Uni Soviet,” katanya menunjuk contoh.
Abdullah Syafiie mengakui bahwa dalam hukum internasional, Negara Aceh memang belum berdiri. Akan tetapi, dunia internasional, katanya, sudah memberikan perhatian terhadap perjuangan kemerdekaan Aceh. “Hari ini, ada bangsa Aceh sedang bersidang di Swiss membahas penentuan kemerdekaan bangsa Aceh,” katanya.
Kepada tentara AGAM yang selama ini mendapat pembinaan di markas-markas, Abdullah Syafiie mengingatkan supaya memiliki darah Islam yang pemberani. Menjadi penyuluh masyarakat. Menjadi tongkat dan cermin bagi masyarakat. “Pekerjaan yang baik tidak boleh berasal dari permulaan yang jelek,” ujarnya berfalsafah.
Pekerjaan Bangsa Aceh menegakkan kemerdekaan, menurut Syafiie, dilindungi oleh Hukum Internasional dan PBB. Ketentuan PBB yang dikeluarkan tahun 1946, mengharamkan penjajahan di atas muka bumi.
Tapi, sampai sekarang masih ada yang menjajah bangsa Aceh. “Penjajahan melanggar keamanan dunia,” tukasnya. “Setiap bangsa berhak atas kemerdekaan. Demikian disebutkan dalam Universal Declaration of Human Rights. Berdasarkan itu, kita nyatakan kepada masyarakat dunia internasional bahwa kita hendak berhukum dengan sistem hukum sendiri. Masyarakat internasional wajib menerima perjuangan kita karena keinginan kita ini sah,” papar Abdullah Syafiie.
“
Anak-anakku semua, jika kalian dengar saudara-saudara kalian sudah mati syahid, segera sambung perjuangannya sampai Aceh merdeka. Begitu juga kalau kalian dengar saya sudah mati syahid, lanjutkan perjuangan ini, pinta Abdullah Syafiie mengakhiri amanatnya.
“Jika pada suatu hari nanti Anda mendengar berita bahwa saya telah syahid, janganlah saudara merasa sedih dan patah semangat. Sebab saya selalu bermunajat kepada Allah SWT agar mensyahidkan saya apabila kemerdekaan Aceh telah sangat dekat. Saya tak ingin memperoleh kedudukan apapun apabila negeri ini (Aceh) merdeka”.
Itulah wasiat terakhir Panglima Gerakan Aceh Merdeka Abdullah Syafei yang tewas dalam kontak senjata di kawasan perbukitan Jimjiem, Kecamatan Bandarbaru, Kabupaten Pidie, Selasa (22/01/2001). Wasiat yang dibuat sebulan silam, seolah firasat Syafei bahwa kematiannya memang telah dekat.
Namun, jauh sebelum Tengku Lah—begitu ia biasa disapa—tewas, ia telah menulis pesan agar kematiannya tidak ditangisi, apalagi diratapi. Sebab, perjuangan kemerdekaan negeri Aceh Sumatra belum tuntas dan kematian dirinya adalah syahid.
Tengku Lah adalah pemimpin sayap militer GAM yang sangat berpengaruh. Lebih dari 20 tahun ia memimpin gerilya GAM dari kawasan Bireun, yang dikenal sebagai markas GAM. Tengku Lah dikenal sebagai pribadi yang tegas dan sopan. Ia juga dikenal sangat santun dan bersahaja. Di mata aktivis GAM, Syafei adalah sosok yang humanis dan antikekerasan. Itulah sebabnya, berulang kali Syafie menegaskan bahwa perjuangan bersenjata tak lebih dari upaya mempertahankan diri dari serangan Tentara Nasional Indonesia.
Tengku Lah memang tak pernah dibesarkan dalam dunia kekerasan. Ia juga tak pernah mendapat pendidikan tempur di Libya, seperti yang diperoleh Muzakir Manaf, sosok yang diusung GAM menggantikan Syafei. Tengku Lah hanya seorang berkepribadian sederhana yang dilahirkan di Desa Matanggeulumpang Dua, 45 kilometer sebelah barat Lhokseumawe, Aceh Utara. Pendidikan terakhirnya hanya di Madrasah Aliyah Negeri Peusangan. Itu pun hanya sampai kelas tiga. Setelah itu, ia belajar ilmu agama di sejumlah pesantren.
Uniknya, masa muda Syafei ternyata lebih banyak dihabiskan dalam dunia teater bersama Grup Jeumpa. Ia kerap berperan sebagai wanita dalam setiap pementasan. Itulah sebabnya, sejak muda rambut Syafei selalu tergerai. Perkenalan Tengku Lah dengan dunia militer terjadi pada awal 1980-an. Ia bergabung bergabung dengan GAM kelompok Hasan Tiro. Meski begitu, keramahan dan kesantunan Syafei tak pudar. Ia terus menjalin komunikasi rakyat Aceh, yang memang sangat dekat dengan dirinya.
Sikap ramah, santun, dan hangat ini diperlihatkan ketika Syafei dengan begitu akrab bertemu dengan sejumlah komponen masyarakat dan wartawan. Sekretaris Kabinet di era Presiden Abdurrahman Wahid, Bondan Gunawan, dan artis Cut Keke adalah dua di antara tokoh yang pernah Syafei temui. Bahkan, ketika TNI mengklaim telah menembaknya hingga sekarat, Maret 2000, Syafei dengan santai malah mengundang reporter SCTV Jufri Alkatiri dan Yahdi Jamhur untuk sebuah wawancara di tengah Hutan Pasee. Dalam kesempatan itu, Tengku Lah juga mengundang wartawan Kompas Maruli Tobing untuk melihat kondisi terakhir Syafei yang saat itu ternyata dalam kondisi sehat walafiat.
Setiap gerak Syafei memang layak “disantap” pers. Ia dianggap tokoh penting untuk menyelesaikan konflik Aceh yang telah berlarut-larut dan berdarah-darah. Namun, sebelum Serambi Mekah aman dan kemerdekaan Aceh masih menjadi mimpi bagi sebagian anggota GAM, Tengku Lah keburu tewas. Ia meninggal begitu dramatis; bersama Fatimah, istrinya yang tengah mengandung enam bulan, dalam keyakinan menjadi syahid
Ketika kediktatoran menjadi kenyataan, maka revolusi menjadi kebenaran”—anonymous. Kalimat-kalimat retorik itu selalu saya ulang beberapa kali saat membuka-buka kembali buku ‘zaman’ Kisah Para Diktator karya Jules Archer. Tapi saya tak pernah mencari celah untuk menghubung-hubungkan dengan kondisi Aceh terkini. Karena bagi saya, orang Aceh itu sudah cukup dewasa, sudah lama hidup dalam konflik, mereka tahu membedakan, mana yang patut dan mana yang tidak. Siapa yang disebut zalim, dan mana yang benar-benar alim. Sebab, orang Aceh selalu mencatat, tak hanya dalam hati tapi juga dalam memori. Siapa yang mendhalimi orang Aceh, dia akan diingat sebagai orang zalim.
Ah, sudahlah, terlalu panjang basa-basi, ntar salah lagi dimengerti. Kita tak hendak bicara makar. Saya sini ingin mengabarkan saja, sosok bersahaja yang kini dirindukan banyak orang sebagai pejuang sejati, karismatik dan rendah hati. Saya yakin semua orang Aceh tak lupa dengan nama ini; Teungku Abdullah Syafie. Mendengar namanya saja, orang Aceh akan ingat pada senyum ramahnya. Tutur katanya lembut, perhatiannya melebihi perhatian seorang tua pada anaknya.
Teungku Lah, demikian dia disapa, tak hanya mengajarkan prajuritnya cara berjuang dan istiqamah dalam perjuangan, melainkan juga bagaimana memperlakukan rakyat sebagai basis massa dan perisai tiada tara. Saya tak tahu apakah Teungku Lah membaca kisah Mao Tse Tung, yang mendidik pengikutnya saat melakukan long march yang hingga kini jadi materi ajar di sekolah-sekolah China?
Dalam suatu kesempatan, saat mengembangkan teknik-teknik perang gerilya, Mao mengajarkan pengikutnya. “Rakyat mirip dengan air,” nasehatnya. “Kita harus berenang di dalamnya seperti ikan. Pertama kali kita harus belajar dari massa dan kemudian mengajari mereka,” titahnya.
Dalam buku Kisah Para Diktator, saya sempat membaca, Mao menyandarkan perjuangannya pada petani sebagai pendukung, baik tempat persembunyian, suplai makanan maupun sebagai cadangan tentara. Soal ini, Mao berujar, “Peralatan bukan faktor penting di dalam perang. Yang penting adalah manusianya,” katanya.
Dari sejarah lisan yang beredar, termasuk pengalaman sendiri bertemu beberapa jam dengan Teungku Abdullah Syafie di sebuah tempat persembunyian, pertengahan 1999, saya jadi tahu betapa Teungku Lah sangat mencintai rakyat yang diperjuangkannya.
Meski tak gila hormat, semua rakyat sangat hormat padanya. Teungku Lah tak pernah merasa rendah jika harus duluan memberi salam kepada warga yang kebetulan berkumpul di Bale Jaga. Rakyat yang datang menemui, diterima dengan ramah. Mereka berbicara panjang lebar dan tertawa lepas bersama-sama. Jika kita tak mengenal Teungku Lah, kita sama sekali tak tahu bahwa orang yang cukup akrab dengan rakyat itu adalah Teungku Abdullah Syafie, Panglima Angkatan Gerakan Aceh Merdeka (AGAM) sebelum kemudian berganti nama menjadi Teuntara Negara Aceh (TNA).
Teungku Lah tak hanya pandai bersiasat perang, melainkan juga sangat paham siasat politik. Boleh disebut, Teungku Lah adalah panglima GAM yang cukup ideal. Dicintai rakyat dan pasukannya. Dalam amanatnya berbahasa Aceh ketika meninjau markas GAM tersebut, Teungku Lah, menyatakan, “Masa telah berubah. Strategi perang secara militer sudah ketinggalan zaman. Sekarang, bangsa Aceh harus pintar mengurus masalah-masalah diplomasi di dunia internasional. Sekarang, perang yang paling berat adalah perang politik dan diplomasi.” [baca Mengenang Teungku Abdullah Syafie, Panglima Perang AGAM]
Teungku Lah seperti bisa memprediksi, bahwa suatu saat Aceh akan masuk dalam Perang Politik. Saat itu, pasti akan tuha adoe ngon aduen. Pengalaman Pilkada 2006 dan Pemilu Legislatif 2009, hanya beberapa contoh saja. Jika Teungku Lah masih hidup, tentu saja dia akan menangis, karena Aceh yang diperjuangkannya tak lebih baik. Pasukannya juga seperti lupa pada nasehat-nasehatnya.
“Jangan sampai saya dengar ada Tentara Aceh Merdeka yang lebih kejam daripada tentara penjajah itu,” ujarnya seperti paham bahwa perilaku Tentara Negara Aceh belum sesuai dengan harapan Wali yang meminta agar berbaik-baik dengan rakyat.
Abdullah Syafie tak henti-henti mengajari pasukannya, agar bisa berterima kasih kepada rakyat yang telah mendukung perjuangan. “Pulang jasa keu bangsa Aceh. Bek gata krang ceukang. Dengon bangsa droe teuh, bah that tatheun talo bacut gata hana hina. Yang bek ta tem talo ngon musoh teuh bangsa penjajah,” ujarnya dalam Bahasa Aceh yang fasih.
“Kalau ada di antara tentara Aceh Merdeka yang mengancam Bangsa Aceh, akan kami kenakan sanksi militer,” tegasnya bernada mengancam. Bekas pasukannya saya yakin masih mengingat kata-kata tersebut.
Tapi, sama seperti manusia lainnya, Teungku Abdullah tak bisa menolak takdir dan janji Tuhan. Bahwa, kematian adalah hal yang pasti. Namun, di ujung hidupnya, Teungku Lah, seperti bisa merasa bahwa kematiannya kian dekat. Teungku Lah yang tak pernah gila hormat itu, sepertinya tak ingin hidup lebih lama lagi. Teungku Lah seperti tak siap jika melihat pasukannya menyandarkan perjuangan pada materi semata, saat menang nantinya.
Teungku Lah seperti bisa membaca tanda-tanda. Saya tak tahu apakah beliau membaca karya-karya Naguib Mahfouz yang sebagian kata-kata indahnya terhimpun dalam buku Life’s Wisdom (2009), bahwa beban perang sebagian besar jatuh ke prajurit biasa…para pimpinan menempati posisi yang lebih aman, merencanakan dan memikirkan jalan keluar. Bahkan, tegas Naguib menyimpulkan, tangan yang dapat menghasilkan uang selama perang akan menghasilkan dua kali lipat pada saat damai.
Karena itu, Teungku mengingatkan Rakyat Aceh:
“Jika pada suatu hari nanti Anda mendengar berita bahwa saya telah syahid, janganlah saudara merasa sedih dan patah semangat. Sebab saya selalu bermunajat kepada Allah SWT agar mensyahidkan saya apabila kemerdekaan Aceh telah sangat dekat. Saya tak ingin memperoleh kedudukan apapun apabila negeri ini (Aceh) merdeka”. [baca Pesan Terakhir Teungku Abdullah Syafie]
Itulah wasiat terakhir Panglima Gerakan Aceh Merdeka Abdullah Syafei yang tewas dalam kontak senjata di kawasan perbukitan Jimjiem, Kecamatan Bandarbaru, Kabupaten Pidie, Selasa (22/01/2001). Wasiat yang dibuat sebulan sebelum wafat, seolah firasat Syafei bahwa kematiannya memang telah dekat.[]
Panglima AGAM Dikasih Bedil, Aceh Jadi Debu
Hari Ahad, 6 Agustus 2000, Panglima Perang AGAM, Teungku Abdullah Syafiie, mengunjungi salah satu salah satu Markas GAM di pedalaman Kabupaten Pidie. Di markas yang berjarak beberapa kilometer dari perkampungan penduduk tersebut berkumpul sekitar 500 prajurit AGAM. “Sejak perjanjian Jeda Kemanusiaan diteken di Swiss 12 Mei lalu, semua Pasukan AGAM kawasan barat Pidie berkumpul di Markas ini,” kata seorang tokoh GAM di sana.
Tokoh AGAM yang menolak disebutkan identitasnya itu mengaku selama ini mereka menjalani latihan fisik dan pendalaman ajaran Islam, pengkajian ilmu politik, serta sejarah perjuangan bangsa-bangsa dunia melawan penjajahan.
Panglima Komando Pusat AGAM, Teungku Abdullah Syafiie, dalam amanatnya berbahasa Aceh ketika meninjau Markas GAM tersebut, antara lain, menyatakan, “Masa telah berubah. Strategi perang secara militer sudah ketinggalan zaman. Sekarang, Bangsa Aceh harus pintar mengurus masalah-masalah diplomasi di dunia internasional. Sekarang, perang yang paling berat adalah perang politik dan diplomasi.”
Sesama Bangsa Aceh, wejang Abdullah Syafiie kepada prajuritnya, kita harus benar-benar saling setia. Tentara Aceh Merdeka harus bersikap seperti tentara Islam. Jangan meniru sifat kaum penjajah. Jangan ambil contoh pada kaum imperialis dan kolonialis. “Jangan sampai saya dengar ada tentara Aceh Merdeka yang lebih kejam daripada tentara penjajah itu,” ujarnya mewanti-wanti.
Hari ini, kata Abdullah Syafiie, tentara AGAM mendapat dukungan penuh dari Rakyat Aceh. Baju yang mereka pakai milik Rakyat Aceh. Makanan pun diberikan oleh Rakyat Aceh. “Pulang jasa keu bangsa Aceh. Bek gata krang ceukang. Dengon bangsa droe teuh, bah that tatheun talo bacut gata hana hina. Yang bek ta tem talo ngon musoh teuh bangsa penjajah,” ujarnya dalam bahasa Aceh yang fasih.
Tentara AGAM, menurut Abdullah Syafiie, adalah anak-anak Rakyat Aceh. Oleh karena itu, ia minta jangan sampai jadi pengkhianat terhadap Rakyat Aceh. Jangan sampai ada tentara AGAM yang memarah-marahi masyarakat. “Kalau ada di antara tentara Aceh Merdeka yang mengancam Bangsa Aceh, akan kami kenakan sanksi militer,” tegasnya bernada mengancam.
Setiap tindakan pasukan AGAM, diingatkan juga harus mematuhi aturan-aturan perang, jangan sampai bertentangan dengan aturan perang (Hukum Humaniter Internasional) dan hak-hak asasi manusia. Hukum-hukum tersebut agar terus dipelajari, jangan sampai ada tentara AGAM yang melanggarnya. “Dengan tidak ada pelanggaran-pelanggaran terhadap hukum tersebut, Insya Allah, Aceh akan segera Nerdeka,” katanya.
Sekarang, lanjut Abdullah Syafiie, bukan zamannya lagi kita berperang dengan senjata. Kita harus mampu memerdekakan Aceh melalui Perang Politik dan Diplomasi. “Dengan penandatangan JoU di Swiss, kemerdekaan sudah kita raih 50 persen,” simpulnya.
Pesan Terakhir Teungku Abdullah Syafie
Abdullah Syafiie mengatakan untuk sementara ini kepada pasukan AGAM tidak diberikan senjata. “Senjata akan diberikan kembali nanti setelah Aceh sudah merdeka, tujuannya untuk mempertahankan kemerdekaan. Kalau hari ini kami kasih senjata, nanti Negeri Aceh akan menjadi debu,” katanya.
Sekarang, kata Abdullah Syafiie melanjutkan, perjuangan untuk memerdekaan Aceh, 80 persen harus dilakukan melalui Politik dan Diplomasi. Hanya 20 persen boleh dengan kekuatan militer. “Itu pun jika dipandang perlu,” katanya.
Abdullah Syafiie mengharapkan seluruh tentara Aceh Merdeka agar sungguh-sungguh mempelajari hukum-hukum internasional. Tidak akan menang sebuah perang dengan hanya mengandalkan kekuatan militer. “Sebuah perang akan menang dengan kekuatan-kekuatan hukum, kekuatan politik, dan kekuatan diplomasi,” wejangnya. Walaupun demikian, ujar Abdullah Syafiie, jika perang secara militer terpaksa dilakukan, maka diingatkan tidak ada seorang pun tentara AGAM yang mundur dari medan pertempuran. “Akan tetapi, kalau memang dipandang perlu, bukan hanya kepada tentara laki-laki, kepada yang perempuan pun akan diberikan bedil,” katanya. Oleh karena itu, Abdullah Syafiie meminta kepada tentara AGAM agar tidak takut kalau sesewaktu dipanggil untuk berperang. “Sudah berapa banyak Bangsa Aceh ditangkap, dianiaya, dibunuh, dan diperkosa. Daripada berputih mata, lebih baik berputih tulang berkalang tanah,” ujarnya bersemangat.
Abdullah Syafiie sangat optimis bahwa Bangsa Aceh akan kembali merebut kemerdekaan. “Bangsa Aceh sanggup mengusir penjajah Belanda, kenapa yang lain tak sanggup?” tanya dia. “Coba lihat, bagaimana bangsa Vietnam sanggup mengalahkan Amerika. Begitu juga semangat jihad bangsa Afghanistan, sanggup mengalahkan negara raksasa Uni Soviet,” katanya menunjuk contoh.
Abdullah Syafiie mengakui bahwa dalam hukum internasional, Negara Aceh memang belum berdiri. Akan tetapi, dunia internasional, katanya, sudah memberikan perhatian terhadap perjuangan kemerdekaan Aceh. “Hari ini, ada bangsa Aceh sedang bersidang di Swiss membahas penentuan kemerdekaan bangsa Aceh,” katanya.
Kepada tentara AGAM yang selama ini mendapat pembinaan di markas-markas, Abdullah Syafiie mengingatkan supaya memiliki darah Islam yang pemberani. Menjadi penyuluh masyarakat. Menjadi tongkat dan cermin bagi masyarakat. “Pekerjaan yang baik tidak boleh berasal dari permulaan yang jelek,” ujarnya berfalsafah.
Pekerjaan Bangsa Aceh menegakkan kemerdekaan, menurut Syafiie, dilindungi oleh Hukum Internasional dan PBB. Ketentuan PBB yang dikeluarkan tahun 1946, mengharamkan penjajahan di atas muka bumi.
Tapi, sampai sekarang masih ada yang menjajah bangsa Aceh. “Penjajahan melanggar keamanan dunia,” tukasnya. “Setiap bangsa berhak atas kemerdekaan. Demikian disebutkan dalam Universal Declaration of Human Rights. Berdasarkan itu, kita nyatakan kepada masyarakat dunia internasional bahwa kita hendak berhukum dengan sistem hukum sendiri. Masyarakat internasional wajib menerima perjuangan kita karena keinginan kita ini sah,” papar Abdullah Syafiie.
“
Anak-anakku semua, jika kalian dengar saudara-saudara kalian sudah mati syahid, segera sambung perjuangannya sampai Aceh merdeka. Begitu juga kalau kalian dengar saya sudah mati syahid, lanjutkan perjuangan ini, pinta Abdullah Syafiie mengakhiri amanatnya.
“Jika pada suatu hari nanti Anda mendengar berita bahwa saya telah syahid, janganlah saudara merasa sedih dan patah semangat. Sebab saya selalu bermunajat kepada Allah SWT agar mensyahidkan saya apabila kemerdekaan Aceh telah sangat dekat. Saya tak ingin memperoleh kedudukan apapun apabila negeri ini (Aceh) merdeka”.
Itulah wasiat terakhir Panglima Gerakan Aceh Merdeka Abdullah Syafei yang tewas dalam kontak senjata di kawasan perbukitan Jimjiem, Kecamatan Bandarbaru, Kabupaten Pidie, Selasa (22/01/2001). Wasiat yang dibuat sebulan silam, seolah firasat Syafei bahwa kematiannya memang telah dekat.
Namun, jauh sebelum Tengku Lah—begitu ia biasa disapa—tewas, ia telah menulis pesan agar kematiannya tidak ditangisi, apalagi diratapi. Sebab, perjuangan kemerdekaan negeri Aceh Sumatra belum tuntas dan kematian dirinya adalah syahid.
Tengku Lah adalah pemimpin sayap militer GAM yang sangat berpengaruh. Lebih dari 20 tahun ia memimpin gerilya GAM dari kawasan Bireun, yang dikenal sebagai markas GAM. Tengku Lah dikenal sebagai pribadi yang tegas dan sopan. Ia juga dikenal sangat santun dan bersahaja. Di mata aktivis GAM, Syafei adalah sosok yang humanis dan antikekerasan. Itulah sebabnya, berulang kali Syafie menegaskan bahwa perjuangan bersenjata tak lebih dari upaya mempertahankan diri dari serangan Tentara Nasional Indonesia.
Tengku Lah memang tak pernah dibesarkan dalam dunia kekerasan. Ia juga tak pernah mendapat pendidikan tempur di Libya, seperti yang diperoleh Muzakir Manaf, sosok yang diusung GAM menggantikan Syafei. Tengku Lah hanya seorang berkepribadian sederhana yang dilahirkan di Desa Matanggeulumpang Dua, 45 kilometer sebelah barat Lhokseumawe, Aceh Utara. Pendidikan terakhirnya hanya di Madrasah Aliyah Negeri Peusangan. Itu pun hanya sampai kelas tiga. Setelah itu, ia belajar ilmu agama di sejumlah pesantren.
Uniknya, masa muda Syafei ternyata lebih banyak dihabiskan dalam dunia teater bersama Grup Jeumpa. Ia kerap berperan sebagai wanita dalam setiap pementasan. Itulah sebabnya, sejak muda rambut Syafei selalu tergerai. Perkenalan Tengku Lah dengan dunia militer terjadi pada awal 1980-an. Ia bergabung bergabung dengan GAM kelompok Hasan Tiro. Meski begitu, keramahan dan kesantunan Syafei tak pudar. Ia terus menjalin komunikasi rakyat Aceh, yang memang sangat dekat dengan dirinya.
Sikap ramah, santun, dan hangat ini diperlihatkan ketika Syafei dengan begitu akrab bertemu dengan sejumlah komponen masyarakat dan wartawan. Sekretaris Kabinet di era Presiden Abdurrahman Wahid, Bondan Gunawan, dan artis Cut Keke adalah dua di antara tokoh yang pernah Syafei temui. Bahkan, ketika TNI mengklaim telah menembaknya hingga sekarat, Maret 2000, Syafei dengan santai malah mengundang reporter SCTV Jufri Alkatiri dan Yahdi Jamhur untuk sebuah wawancara di tengah Hutan Pasee. Dalam kesempatan itu, Tengku Lah juga mengundang wartawan Kompas Maruli Tobing untuk melihat kondisi terakhir Syafei yang saat itu ternyata dalam kondisi sehat walafiat.
Setiap gerak Syafei memang layak “disantap” pers. Ia dianggap tokoh penting untuk menyelesaikan konflik Aceh yang telah berlarut-larut dan berdarah-darah. Namun, sebelum Serambi Mekah aman dan kemerdekaan Aceh masih menjadi mimpi bagi sebagian anggota GAM, Tengku Lah keburu tewas. Ia meninggal begitu dramatis; bersama Fatimah, istrinya yang tengah mengandung enam bulan, dalam keyakinan menjadi syahid
Wednesday, 20 November 2013
masihkah kita menghormati australia, penyadapan australia. tantangan bagi icter indonesia
sadap australia , usir duta besarnya. dari indonesia. , tuntutan ini yang sering kita dengar dan juga kita baca dari beberapa media. provokasi yang di lakukan oleh australia harusnya menjadi pelajaran bagi kita. bahwa kita secara teknologi masih kalah.
terutama dalam bidang teknologi komunikasi, karena banyak anak-anak muda yang pintar dan berbakat tidak di opene oleh negara . sehingga hal ini menimbulkan sikap apatis terhadap pemerintah
Terbongkarnya skandal penyadapan terhadap Presiden, Ibu Negara, dan sejumlah menteri membuat hubungan Indonesia-Australia kembali mengalami ketegangan. Sebuah situasi yang sebenarnya sangat disayangkan ketika dua negara ini sedang berada dalam hangatnya persahabatan sebagai tetangga.
Ketika Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dilantik menjadi presiden, Canberra menunjukkan iktikad baiknya dengan kehadiran Perdana Menteri John Howard di acara pelantikan, suatu tradisi baru yang positif. Presiden SBY pun diundang untuk berbicara di Parlemen Australia, sebuah undangan yang sangat terhormat dari sedikit kepala negara terpilih yang pernah diundang pada era pertama pemerintahan Kevin Rudd.
Ketika PM Julia Gillard terpilih, ia pun memilih Indonesia sebagai negara yang pertama ia kunjungi sebagai kepala pemerintahan. Dan, tradisi inipun dilanjutkan oleh penerusnya yakni perdana menteri yang baru, Tony Abbot, baru-baru ini. Dapat dikatakan bahwa pemerintahan SBY saat ini adalah pemerintah yang paling dekat hubungannya dengan Australia sejak era Paul Ketting dan Pak Harto.
Namun, hubungan tersebut akhir-akhir ini berada di titik terendah lagi setelah pemerintah Koalisi Liberal pimpinan Perdana Menteri Tony Abbot diam seribu bahasa terhadap isu penyadapan yang dilakukan atas perintah sekutu mereka, Amerika Serikat. Publik negara Australia pun terpecah. Ada yang mengecam terutama dari pihak oposisi, yang melihat seharusnya Indonesia didekati sebagai mitra strategis, tetangga terdekat dari utara, pemimpin ASEAN, dan negara yang memiliki kekuatan ekonomi terbesar di Asia selain Cina dan India. Pendapat pertama ini datang dari akademisi kritis dan pendukung partai oposisi yakni Partai Buruh.
Ada yang menganggap penyadapan adalah hal yang biasa dan wajar, sewajar seperti hidup bertetangga yang dimaklumi jika tetangga ingin tahu apa yang dilakukan tetangga sebelah. Pendapat terakhir ini adalah kira-kira suara pendukung partai koalisi yang sedang berkuasa. Sikap kedua inilah yang dipilih Pemerintah Australia saat ini.
Sikap Pemerintah Australia ini menunjukkan bukti bahwa Australia bukanlah partner yang setara dalam diplomasi, bukan pula tetangga yang baik, tetapi Australia adalah wakilnya polisi dunia Amerika Serikat di kawasan Asia Pasifik. Tanggapan PM Tony Abott yang cenderung menganggap peristiwa ini sebagai kewajaran adalah juga bukti bahwa Australia bukanlah Asian looking country, tetapi orang Barat yang tinggal di kawasan selatan.
Ini juga bukti bahwa masih ada kecurigaan yang besar terhadap Indonesia yang dianggap mengancam Australia di benak pengambil kebijakan di negeri kangguru itu. Tetapi, tentulah mereka tidak tahu bahwa sikap itu justru merugikan mereka.
Kepentingan Australia akan terhambat jika Pemerintah Indonesia berani keras dalam isu manusia perahu, misalnya. PM Abbot dalam kampanye selama pemilu yang lalu selalu menjanjikan menyelesaikan masalah imigran gelap yang menggunakan perahu ini sebagai kebijakan yang harus dituntaskannya. Nah, untuk itulah mengapa Indonesia penting bagi Australia.
Dengan adanya kasus ini tentu saja Australia akan kesulitan bernegosiasi dengan Indonesia untuk mencegah para imigran gelap memasuki wilayah mereka. Mau tidak mau, Pemerintah Australia harus melibatkan Indonesia dalam masalah ini.
Kepentingan yang lain adalah kepentingan dagang. Indonesia adalah pasar utama peternak sapi Australia. Ketika Kementerian Pertanian membatasi kuota impor daging sapi, peternak Australia mengalami kerugian yang besar.
Kepentingan Indonesia yang paling besar dengan Australia adalah masalah stabilitas dan dukungan politik dalam menyelesaikan masalah konflik di Papua. Isu Papua adalah isu yang mudah bagi Pemerintah Australia untuk dijadikan kartu truf penting yang bisa dimainkan dalam perundingan-perundingan penting dengan Indonesia. Bisa dikatakan isu Papua inilah yang menjadi ganjalan utama bagi Indonesia dalam perundingan-perundingan internasional.
Sikap Pemerintah Indonesia yang menggalang kekuatan bersama negara lain seperti Jerman yang juga dirugikan dalam kasus penyadapan ini patut diapresiasi. Kasus ini harus dikapitalisasi agar menjadi concern bersama dunia internasional untuk mendesak Pemerintah Amerika dan sekutunya tidak hanya berkata halus di meja diplomasi namun menelikung di luar.
Presiden harus turun tangan untuk mendesak Pemerintah Australia meminta maaf dan jika tidak, Indonesia berhak mengusir dubes Australia di Jakarta sebagai reaksi keras akan masalah ini. Penarikan Dubes RI di Canberra patut kita apresiasi.
Reaksi akan penyadapan ini harus pada level presiden bukan pada level menlu apalagi juru bicara. Presiden jangan sampai dikritik hanya berani pada isu pribadi seperti isu Bunda Putri ketimbang isu publik yang menyangkut kedaulatan negara.
Contohlah Angela Markel, wanita kanselir dari Jerman. Dia dengan tegas meminta klarifikasi Inggris dan Amerika akan isu penyadapan ini. SBY sebenarnya punya modal yang kuat untuk berani mendesak Australia dan menyadarkan publik Australia bahwa Indonesia bisa marah jika tetangganya berlaku bak asisten sherif di Asia. Tentu saja bahasa konfrontasi seribu persen penting untuk bahasa diplomasi bukan saja untuk masalah pribadi
terutama dalam bidang teknologi komunikasi, karena banyak anak-anak muda yang pintar dan berbakat tidak di opene oleh negara . sehingga hal ini menimbulkan sikap apatis terhadap pemerintah
Terbongkarnya skandal penyadapan terhadap Presiden, Ibu Negara, dan sejumlah menteri membuat hubungan Indonesia-Australia kembali mengalami ketegangan. Sebuah situasi yang sebenarnya sangat disayangkan ketika dua negara ini sedang berada dalam hangatnya persahabatan sebagai tetangga.
Ketika Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dilantik menjadi presiden, Canberra menunjukkan iktikad baiknya dengan kehadiran Perdana Menteri John Howard di acara pelantikan, suatu tradisi baru yang positif. Presiden SBY pun diundang untuk berbicara di Parlemen Australia, sebuah undangan yang sangat terhormat dari sedikit kepala negara terpilih yang pernah diundang pada era pertama pemerintahan Kevin Rudd.
Ketika PM Julia Gillard terpilih, ia pun memilih Indonesia sebagai negara yang pertama ia kunjungi sebagai kepala pemerintahan. Dan, tradisi inipun dilanjutkan oleh penerusnya yakni perdana menteri yang baru, Tony Abbot, baru-baru ini. Dapat dikatakan bahwa pemerintahan SBY saat ini adalah pemerintah yang paling dekat hubungannya dengan Australia sejak era Paul Ketting dan Pak Harto.
Namun, hubungan tersebut akhir-akhir ini berada di titik terendah lagi setelah pemerintah Koalisi Liberal pimpinan Perdana Menteri Tony Abbot diam seribu bahasa terhadap isu penyadapan yang dilakukan atas perintah sekutu mereka, Amerika Serikat. Publik negara Australia pun terpecah. Ada yang mengecam terutama dari pihak oposisi, yang melihat seharusnya Indonesia didekati sebagai mitra strategis, tetangga terdekat dari utara, pemimpin ASEAN, dan negara yang memiliki kekuatan ekonomi terbesar di Asia selain Cina dan India. Pendapat pertama ini datang dari akademisi kritis dan pendukung partai oposisi yakni Partai Buruh.
Ada yang menganggap penyadapan adalah hal yang biasa dan wajar, sewajar seperti hidup bertetangga yang dimaklumi jika tetangga ingin tahu apa yang dilakukan tetangga sebelah. Pendapat terakhir ini adalah kira-kira suara pendukung partai koalisi yang sedang berkuasa. Sikap kedua inilah yang dipilih Pemerintah Australia saat ini.
Sikap Pemerintah Australia ini menunjukkan bukti bahwa Australia bukanlah partner yang setara dalam diplomasi, bukan pula tetangga yang baik, tetapi Australia adalah wakilnya polisi dunia Amerika Serikat di kawasan Asia Pasifik. Tanggapan PM Tony Abott yang cenderung menganggap peristiwa ini sebagai kewajaran adalah juga bukti bahwa Australia bukanlah Asian looking country, tetapi orang Barat yang tinggal di kawasan selatan.
Ini juga bukti bahwa masih ada kecurigaan yang besar terhadap Indonesia yang dianggap mengancam Australia di benak pengambil kebijakan di negeri kangguru itu. Tetapi, tentulah mereka tidak tahu bahwa sikap itu justru merugikan mereka.
Kepentingan Australia akan terhambat jika Pemerintah Indonesia berani keras dalam isu manusia perahu, misalnya. PM Abbot dalam kampanye selama pemilu yang lalu selalu menjanjikan menyelesaikan masalah imigran gelap yang menggunakan perahu ini sebagai kebijakan yang harus dituntaskannya. Nah, untuk itulah mengapa Indonesia penting bagi Australia.
Dengan adanya kasus ini tentu saja Australia akan kesulitan bernegosiasi dengan Indonesia untuk mencegah para imigran gelap memasuki wilayah mereka. Mau tidak mau, Pemerintah Australia harus melibatkan Indonesia dalam masalah ini.
Kepentingan yang lain adalah kepentingan dagang. Indonesia adalah pasar utama peternak sapi Australia. Ketika Kementerian Pertanian membatasi kuota impor daging sapi, peternak Australia mengalami kerugian yang besar.
Kepentingan Indonesia yang paling besar dengan Australia adalah masalah stabilitas dan dukungan politik dalam menyelesaikan masalah konflik di Papua. Isu Papua adalah isu yang mudah bagi Pemerintah Australia untuk dijadikan kartu truf penting yang bisa dimainkan dalam perundingan-perundingan penting dengan Indonesia. Bisa dikatakan isu Papua inilah yang menjadi ganjalan utama bagi Indonesia dalam perundingan-perundingan internasional.
Sikap Pemerintah Indonesia yang menggalang kekuatan bersama negara lain seperti Jerman yang juga dirugikan dalam kasus penyadapan ini patut diapresiasi. Kasus ini harus dikapitalisasi agar menjadi concern bersama dunia internasional untuk mendesak Pemerintah Amerika dan sekutunya tidak hanya berkata halus di meja diplomasi namun menelikung di luar.
Presiden harus turun tangan untuk mendesak Pemerintah Australia meminta maaf dan jika tidak, Indonesia berhak mengusir dubes Australia di Jakarta sebagai reaksi keras akan masalah ini. Penarikan Dubes RI di Canberra patut kita apresiasi.
Reaksi akan penyadapan ini harus pada level presiden bukan pada level menlu apalagi juru bicara. Presiden jangan sampai dikritik hanya berani pada isu pribadi seperti isu Bunda Putri ketimbang isu publik yang menyangkut kedaulatan negara.
Contohlah Angela Markel, wanita kanselir dari Jerman. Dia dengan tegas meminta klarifikasi Inggris dan Amerika akan isu penyadapan ini. SBY sebenarnya punya modal yang kuat untuk berani mendesak Australia dan menyadarkan publik Australia bahwa Indonesia bisa marah jika tetangganya berlaku bak asisten sherif di Asia. Tentu saja bahasa konfrontasi seribu persen penting untuk bahasa diplomasi bukan saja untuk masalah pribadi
layala stan mataliti, pengurus yang banyak bicara dan bisanya menjelek-jelekkan pemerintah.., itu kata pak riedle
dalam satu acara oleh raga , yang di siarkan oleh antivu, layala stan mataliti, mengunjungi pemusatan latihan di batu untuk mamer muka kepada sang garuda jaya. seperti biasanya dengan gayanya yang provokatif dan juga menjelek-jelekkan pemerintah dia berbicara di hadapan para pemain timnas saat itu.
seharusnya bola di jadikan lahan untuk bisnis dan tidak bola memakai uang rakyat dalam pengembangannya. layala mengemis kepada pemerintah agar pemerintah mau memberi uang kepada tc jangka panjang ini. yang seperti kita ketahui bahwa dia berasal dari satu partai yang sukanya mengompori dan juga bikin kasus di balik kepemimpinanya , mana prestasi yang dia raih. tidak ada dan enol besar , dan dia juga tidak punya program yang jelas untuk pengembangan pemain usia muda.
Mantan pelatih tim nasional Indonesia Alfred Riedl menyatakan, PSSI harus mengurangi bicara, dan lebih sering bertindak untuk membangun persepakbolaan nasional yang sedang terpuruk.
Sepakbola Indonesia mengalami keterpurukan sejak dua tahun terakhir akibat adanya dualisme di banyak sektor. Riedl menilai Indonesia memiliki potensi besar di sepakbola, namun pengelolaan yang instan membuat perkembangannya tidak berjalan dengan lancar.
“Masyarakat Indonesia sangat gila sepakbola,” ujar Riedl dalam wawancaranya dengan Al Jazeera.
“Tim nasional bermain secara reguler di hadapan 90 ribu fans. Bahkan di pertandingan siang hari di hari kerja, stadion selalu dipenuhi penonton.”
“Para pemain di Indonesia bertalenta, dan merupakan sosok yang sangat menyenangkan.”
“Tapi permasalahannya, federasi [PSSI] tidak punya kesabaran. Mereka harus mulai membuat rencana lima hingga sepuluh tahun ke depan. Harus ada pelatihan yang bagus untuk para pelatih dan wasit. Seperti halnya di tempat lain, mereka harus meningkatkan sepakbola usia muda.”
“Semua itu harus dilakukan, bukan dengan hanya bicara, tapi bertindak.”
seharusnya bola di jadikan lahan untuk bisnis dan tidak bola memakai uang rakyat dalam pengembangannya. layala mengemis kepada pemerintah agar pemerintah mau memberi uang kepada tc jangka panjang ini. yang seperti kita ketahui bahwa dia berasal dari satu partai yang sukanya mengompori dan juga bikin kasus di balik kepemimpinanya , mana prestasi yang dia raih. tidak ada dan enol besar , dan dia juga tidak punya program yang jelas untuk pengembangan pemain usia muda.
Mantan pelatih tim nasional Indonesia Alfred Riedl menyatakan, PSSI harus mengurangi bicara, dan lebih sering bertindak untuk membangun persepakbolaan nasional yang sedang terpuruk.
Sepakbola Indonesia mengalami keterpurukan sejak dua tahun terakhir akibat adanya dualisme di banyak sektor. Riedl menilai Indonesia memiliki potensi besar di sepakbola, namun pengelolaan yang instan membuat perkembangannya tidak berjalan dengan lancar.
“Masyarakat Indonesia sangat gila sepakbola,” ujar Riedl dalam wawancaranya dengan Al Jazeera.
“Tim nasional bermain secara reguler di hadapan 90 ribu fans. Bahkan di pertandingan siang hari di hari kerja, stadion selalu dipenuhi penonton.”
“Para pemain di Indonesia bertalenta, dan merupakan sosok yang sangat menyenangkan.”
“Tapi permasalahannya, federasi [PSSI] tidak punya kesabaran. Mereka harus mulai membuat rencana lima hingga sepuluh tahun ke depan. Harus ada pelatihan yang bagus untuk para pelatih dan wasit. Seperti halnya di tempat lain, mereka harus meningkatkan sepakbola usia muda.”
“Semua itu harus dilakukan, bukan dengan hanya bicara, tapi bertindak.”
Saturday, 16 November 2013
bangunlah garuda indonesia, harimau malaysia,the lion, dan gajah putih
HASIL PRA PIALA ASIA 2015: Indonesia, Vietnam, Malaysia, Thailand, Singapura Tersingkir
Pupus sudah harapan sepak bola Asia Tenggara (ASEAN) di pentas kejuaraan Piala Asia 2015. Pada kualifikasi Piala Asia 15 November malam tadi, tim sepak bola Indonesia, Vietnam, Malaysia, Thailand, dan Singapura terlibas.
Laga Pra Piala Asia 2015 menandai buruknya sepak bola di Asia Tenggara (ASEAN). Timnas sepak bola ASEAN yang maju ke kualifikasi Piala Asia (AFC) 15 malam tadi berguguran.Timnas Indonesia bermain di kandang China, harus puas dengan kekalahan 1-0. China pun berada di peringkat atas grup dan berhak maju ke putaran final Piala Asia (AFC) 2015.
Hasil Timnas Indonesia di bawah asuhan Jacksen Tiago itu dianggap sudah memberikan penampilan yang maksimal. Indonesia mampu menahan China, salah satu tim kuat di Asia. Indonesia menerima kekalahan secara terhormat.
Hasil kualifikasi Piala Asia lain yang kurang menggembirakan dialami oleh tim negara Asia Tenggara lainnya, seperti Vietnam, Malaysia, Singapura, dan Thailand.
Hasil pertandingan Pra Piala Asia Bahrain versus Malaysia berakhir dengan hasil 1-0. Malaysia mampu mengimbangi kekuatan tim Bahrain, dengan kalah tipis 1-0, seperti hasil Indonesia melawan China.
Di Grup D timnas Singapura amat menderita di bawah tekanan berat Syria, dengan hasil akhir, skor 4-0. Hasil ini pun menempatkan Singapura di dasar klasemen Grup A dan tereliminasi untuk meraih tiket final Piala Asia (AFC) 2015.
Tim tangguh Vietnam di Asia Tenggara juga kandas, sesudah dikalahkan oleh Uzbekistan dengan skor 0-3. Vietnam menerima kekalahan di kandanganya sendiri.
Timnas Thailand juga mendapatkan hasil yang buruk. Di kandang Thailand, Iran menekuk kekuatan Thailand dengan skor telak 0-3.
Hasil buruk pada kualifikasi Piala Asia 2015 ini menyebabkan putaran final Piala Asia (AFC) 2015 di Australia tanpa penampilan tim sepak bola ASEAN. (Kabar24.com)
Friday, 15 November 2013
korea saja bisa kita kalahkan !!,sejarah juga mencatat Amerika, Negara Adidaya itu dibikin malu Indonesia...!!!
Amerika, Negara Adidaya itu dibikin malu Indonesia...!!!
inilah moment bersejarah ketika Indonesia yang miskin untuk pertama kalinya punya posisi tawar tinggi di hadapan “juragan kaya”, Amerika. Negara Adidaya itu dibikin malu Indonesia ketika pilotnya, Allen Pope ditembak jatuh di pulau Morotai. Lebih malu lagi, karena dengan tertangkapnya pilot itu, kedok AS dan CIA akhirnya terbuka.
Kedok yang membuktikan AS
melalui CIA sudah main api dengan petualangannya di balik pemberontakan
separatisme di Indonesia. Termasuk juga infiltrasi AS yang
mempersenjatai para pemberontak itu. Ini yang bikin Bung Karno geram,
dan mulai memainkan kartu trufnya.
Bung Karno geram. Ike mencoba
merayunya, “Tolong bebaskan pilotku”. Tapi Bung Karno tetap saja geram.
Mungkin juga karena yang merayu Soekarno adalah Ike, seorang pria tua.
Ike itu adalah nama panggilan D. Dwight Eisenhower, presiden AS di masa
itu. Kali ini Amerika memang kena batunya.
Bung Karno yang tadinya dikerjai
Amerika, sekarang balas mengerjai Amerika. Bung Karno sadar,
tertangkapnya Allen Pope mendongkrak posisi tawar Indonesia di hadapan
Amerika. Cerita selanjutnya adalah bagaimana Ike dan John F. Kennedy
jadi repot dibuatnya.
Bung Karno tidak cuma menuntut
Amerika mesti minta maaf. Tapi masih ada sederet permintaan lain yang
bikin Amerika “maju kena mundur kena”. Eisenhower minta Indonesia
melepaskan pilot Allen Pope. Tapi Bung Karno tidak mau melepas begitu
saja dengan gratis. Pilot itu adalah kartu truf-nya.
marilah kita tumbuhkan jiwa kepahlawan dalam diri kita
Kami cuma tulang-tulang berserakan
Tapi adalah kepunyaanmu
Kaulah lagi yang tentukan nilai tulang-tulang berserakan
Ataukah jiwa kami melayang untuk kemerdekaan, kemenangan dan harapan
~ Chairil Anwar
VIVAnews - 10 November 1945, Kota Surabaya bergelimpangan mayat-mayat. Ribuan pejuang Indonesia dari total 20.000 tentara aktif dan 100.000 masyarakat sipil gugur dibombardir oleh sejumlah tank, pesawat tempur dan dan kapal perang Inggris dan Belanda yang tergabung dalam pasukan sekutu AFNEI (Allied Forces Netherlands East Indies) dan NICA.
Peristiwa itu terjadi karena rakyat Surabaya menolak ultimatum Panglima AFNEI, Mayjen Eric Carden Robert Mansergh untuk menyerahkan senjata dan menghentikan perlawanan pada AFNEI dan NICA dengan membawa bendera putih sebagai tanda menyerah pada sekutu sebagai akibat tewasnya Brigjen Mallaby, Panglima AFNEI sebelum Mansergh.
Penolakan rakyat Surabaya dibalas oleh AFNEI dengan melancarkan serangan besaran-besaran ke berbagai bagian kota Surabaya. AFNEI dengan 30.000 serdadu dan 50 pesawat tempur, disamping tank, meriam kapal perang, dan tentara Belanda NICA yang membonceng AFNEI menembaki secara membabi-buta rakyat Indonesia dan menghujani Surabaya dengan bom-bom dari laut, udara dan darat. Belasan ribu penduduk tewas. Sekutu mengira, Surabaya akan jatuh dalam tempo 3 hari saja. Namun, para pejuang di Surabaya tidak gentar dan terus mengobarkan perlawanan dengan dukungan aktif dari masyarakat sipil Surabaya.
Para tokoh-tokoh masyarakat turut mengobarkan perlawanan terhadap AFNEI dan NICA. KH. Hasyim Asy'ari, KH. Wahab Hasbullah dan kyai-kyai pondok pesantren lainnya mengerahkan santri-santri mereka dan masyarakat umum. Saat itu masyarakat lebih patuh kepada para kyai daripada pemerintah. Selain itu, muncul para pelopor muda seperti Bung Tomo yang mengelorakan "Maju terus pantang mundur, berjuang hingga tetes darah penghabisan”. Dukungan dari seluruh lapisan masyarakat itulah yang membuat perlawanan Surabaya bisa bertahan lama.
Perlawanan rakyat yang pada mulanya digerakkan secara spontan, sporadis, tak terkoordinasi, makin hari makin teratur. Pertempuran hebat di Surabaya berlangsung selama sebulan sebelum seluruh kota jatuh di tangan AFNEI. 6.000-16.000 rakyat Indonesia gugur dengan gagah berani dan 200.000 rakyat sipil mengungsi dari Surabaya. Sedangkan di pihak Sekutu, 600-2.000 serdadu Inggris, India dan Belanda tewas. Meski Surabaya jatuh ke Sekutu, namun peristiwa 10 November 1945 tersebut memberi semangat luar biasa kepada rakyat Indonesia untuk mempertahankan kedaulatan dan kembali memperjuangkan terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Perjuangan rakyat Indonesia membuahkan hasil. Pada tanggal 15 Agustus 1950 di hadapan sidang DPRS dan senat RIS di Jakarta, Presiden Soekarno mengumumkan terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan pada tanggal 17 Agustus 1950 Bung Karno berangkat ke Yogyakarta dan membubarkan Negara Republik Serikat.
Mempertahankan kedaulatan dan membangun NKRI tentu membutuhkan biaya. Maka pada tahun 1950 itu juga, terbitlah Undang-Undang Darurat Nomor 12 Tahun 1950 tentang Mengadakan Pajak Peredaran yang setahun kemudian diganti dengan Undang-Undang Pajak Penjualan (PPn) Tahun 1951. Pajak-pajak itu adalah tulang punggung untuk mempertahankan kedaulatan dan membangun NKRI.
Dengan semakin berkembangnya ekonomi dan masyarakat Indonesia, tentunya peraturan perundang-undangan perpajakan terus berkembang dan disempurnakan terus. Namun peran vital pajak sebagai alat bela dan membangun negara tetap yang utama. Oleh karena itu, jika kita benar-benar mencintai, menghargai dan ingin meneruskan perjuangan para Founding Fathers kita, maka mari taatlah bayar Pajak kita demi Bangsa dan Negara, Indonesia Jaya
Hasil Tes FisikTimnas U-19, Evan Dimas Tetap Nomor Satu. jangan main di isl . kapten garuda jaya
Evan Dimas kembali mendapat nilai tertinggi dari hasil tes fisik yang diadakan tim pelatih Timnas Indonesia U-19 dan Universitas Negeri Malang. Hal ini diungkapkan Asisten Pelatih Skuat Garuda Jaya -julukan Timnas U-19- Nursaelan Santoso.
"Seperti biasa, Evan mendapat poin tertinggi. Untuk VO2Max, dia berada di kisaran 60," ujar Nursaelan, pada Bola.net.
"Selain itu, Evan juga memiliki endurance yang paling baik di antara rekan-rekannya," sambungnya.
Lebih lanjut, Nursaelan juga memuji Evan. Menurutnya, penggawa Persebaya 1927 ini memiliki kecerdasan dalam bermain. Hal ini yang membuatnya bisa secara efisien memanfaatkan tenaga dalam pertandingan, namun tetap efektif.
"Itulah cerdasnya Evan. Gaya bermainnya efisien. Hal tersebut -ditambah kemampuan fisik yang bagus- semakin membuatnya menonjol dalam setiap pertandingan," sambungnya.
Sebelumnya, bekerjasama dengan Universitas Negeri Malang, Timnas U-19 menjalani tes fisik. Tak hanya VO2 Max, tes ini juga mengukur seluruh aspek fisik dari penggawa Skuat Garuda, termasuk kecepatan dan kelincahan.
Saat ini, Timnas U-19 sendiri menjalani pemusatan pelatihan tahap pertama di kompleks Kusuma Agrowisata Batu, Jawa Timur. Dalam TC tahap pertama, yang akan berakhir Januari 2014 ini, tim pelatih fokus meningkatkan kondisi fisik para penggawa Skuat Garuda Jaya. Di tahap berikutnya, baru tim pelatih akan menyentuh aspek teknik dan taktik.
Monday, 11 November 2013
kapal induk saja, semoga bisa indonesia
karena tidak lagi terbebani dengan masalah timor leste
indonesia akhirnya bisa membuat kapal induk sendiri. walaupun masih dalam wacana
dalam beberapa tahu ini, indonesia yang sudah melupakan masa lalunya dengan tmorleste
terus berjuang untuk menantap masa depan.
karena timor leste secara sejarah bukan merupakan bagian dari indonesia. karena mereka
adalah jajahan protugal, maka dunia internasional tidak mengakuinya menjadi bagian dari indonesia.
marilah kita k pandang ke depan. bagaimana kita mengelolah negara yang besar ini
agar jadi negara adidaya. makanya menurut hikmat saya sektor pendidikand dan kesehatan harus
di gratiskan dan juga nasionalisme harus di pupuk sejak dini.
untuk menjaga pertahananan dan keamanan .Pemerintah mengalokasikan dana Rp70 miliar bagi pengadaan kapal induk kecil selama 2009 untuk memperkuat armada Badan Koordinator Keamanan Laut (Bakorkamla) dalam melakukan penjagaan dan pengawasan wilayah serta kedaulatan wilayah NKRI.
"Kapal-kapal tersebut akan diproduksi di galangan kapal dalam negeri dengan local content yang relatif tinggi," kata Kepala Pelaksana Harian (Kalakhar) Bakorkamla, Laksamana Madya TNI Budhi Hardjo, seusai membuka seminar bertema Pengelolaan dan Pemahaman Perjanjian Perbatasan Wilayah Laut Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) di Jakarta kemarin.
Menurut dia, kendati telah mengalokasikan dana Rp70 miliar tersebut, pemerintah tidak menutup peluang bagi negara lain untuk memberikan bantuan atau kerja sama. Hingga saat ini ada sekitar empat negara yang telah menawarkan bantuan untuk pengadaan kapal-kapal tersebut!
indonesia akhirnya bisa membuat kapal induk sendiri. walaupun masih dalam wacana
dalam beberapa tahu ini, indonesia yang sudah melupakan masa lalunya dengan tmorleste
terus berjuang untuk menantap masa depan.
karena timor leste secara sejarah bukan merupakan bagian dari indonesia. karena mereka
adalah jajahan protugal, maka dunia internasional tidak mengakuinya menjadi bagian dari indonesia.
marilah kita k pandang ke depan. bagaimana kita mengelolah negara yang besar ini
agar jadi negara adidaya. makanya menurut hikmat saya sektor pendidikand dan kesehatan harus
di gratiskan dan juga nasionalisme harus di pupuk sejak dini.
untuk menjaga pertahananan dan keamanan .Pemerintah mengalokasikan dana Rp70 miliar bagi pengadaan kapal induk kecil selama 2009 untuk memperkuat armada Badan Koordinator Keamanan Laut (Bakorkamla) dalam melakukan penjagaan dan pengawasan wilayah serta kedaulatan wilayah NKRI.
"Kapal-kapal tersebut akan diproduksi di galangan kapal dalam negeri dengan local content yang relatif tinggi," kata Kepala Pelaksana Harian (Kalakhar) Bakorkamla, Laksamana Madya TNI Budhi Hardjo, seusai membuka seminar bertema Pengelolaan dan Pemahaman Perjanjian Perbatasan Wilayah Laut Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) di Jakarta kemarin.
Menurut dia, kendati telah mengalokasikan dana Rp70 miliar tersebut, pemerintah tidak menutup peluang bagi negara lain untuk memberikan bantuan atau kerja sama. Hingga saat ini ada sekitar empat negara yang telah menawarkan bantuan untuk pengadaan kapal-kapal tersebut!
Indonesia bisa jadi negara maju., pasti kita yang akan memajukannya
jangan pandang indonesia dari media masa,karena media masa sering kali
menggambarkan indonesia tidak dari sisi positif. indonesia di tangan
kita anak muda , pasti bisa maju.
Chairman McKinsey Global Institute Raoul Oberman mengatakan, Indonesia berpotensi menjadi negara maju pada 2030. Apa saja faktanya?
Pertama, tingkat ekonomi Indonesia dinilai paling stabil di dunia. Bahkan, Bank Indonesia sudah menjelaskan bahwa perekonomian Indonesia paling stabil dalam 4-5 tahun terakhir.
Kedua, sekitar 90 persen pertumbuhan ekonomi nasional berasal dari wilayah di luar Jawa. Jadi, pertumbuhan ekonomi ini bukan hanya terjadi di Jawa atau Jakarta.
Ketiga, sekitar 11 persen ekspor komoditas berasal dari sektor nonmigas. Ini membantah mitos bahwa model pertumbuhan dalam negeri didominasi ekspor.
Keempat, pemakaian sumber daya sudah berkurang, bahkan sudah berkurang hingga 7 persen. Ini juga membantah bahwa sumber daya adalah penopang utama perekonomian.
Kelima, sekitar 60 persen pertumbuhan ekonomi ditopang oleh peningkatan produktivitas. Ini juga membantah bahwa pertumbuhan ekonomi hanya dari pertumbuhan angkatan kerja.
"Ini saatnya Indonesia untuk tidak hanya menjadi jago kandang saja, tetapi juga harus jadi juara di dunia," kata Raoul di acara KEN "Penyatuan Visi Bersama Menuju Indonesia Maju 2030" di Hotel Ritz Carlton, Sudirman, Jakarta, Selasa (13/11/2012).
Menurut Raoul, Indonesia memang memiliki waktu yang panjang untuk bisa menjadi negara maju. Jika diproyeksikan menjadi negara maju pada 2030, Indonesia perlu waktu 85 tahun untuk bisa menjadi negara maju.
Bayangkan dengan negara Inggris yang perlu 250 tahun untuk bisa menggandakan produk domestik brutonya. Namun, China hanya perlu 12 tahun untuk melipatgandakan PDB-nya. "Inilah kebangkitan Asia, salah satunya Indonesia," tuturnya.
menggambarkan indonesia tidak dari sisi positif. indonesia di tangan
kita anak muda , pasti bisa maju.
Chairman McKinsey Global Institute Raoul Oberman mengatakan, Indonesia berpotensi menjadi negara maju pada 2030. Apa saja faktanya?
Pertama, tingkat ekonomi Indonesia dinilai paling stabil di dunia. Bahkan, Bank Indonesia sudah menjelaskan bahwa perekonomian Indonesia paling stabil dalam 4-5 tahun terakhir.
Kedua, sekitar 90 persen pertumbuhan ekonomi nasional berasal dari wilayah di luar Jawa. Jadi, pertumbuhan ekonomi ini bukan hanya terjadi di Jawa atau Jakarta.
Ketiga, sekitar 11 persen ekspor komoditas berasal dari sektor nonmigas. Ini membantah mitos bahwa model pertumbuhan dalam negeri didominasi ekspor.
Keempat, pemakaian sumber daya sudah berkurang, bahkan sudah berkurang hingga 7 persen. Ini juga membantah bahwa sumber daya adalah penopang utama perekonomian.
Kelima, sekitar 60 persen pertumbuhan ekonomi ditopang oleh peningkatan produktivitas. Ini juga membantah bahwa pertumbuhan ekonomi hanya dari pertumbuhan angkatan kerja.
"Ini saatnya Indonesia untuk tidak hanya menjadi jago kandang saja, tetapi juga harus jadi juara di dunia," kata Raoul di acara KEN "Penyatuan Visi Bersama Menuju Indonesia Maju 2030" di Hotel Ritz Carlton, Sudirman, Jakarta, Selasa (13/11/2012).
Menurut Raoul, Indonesia memang memiliki waktu yang panjang untuk bisa menjadi negara maju. Jika diproyeksikan menjadi negara maju pada 2030, Indonesia perlu waktu 85 tahun untuk bisa menjadi negara maju.
Bayangkan dengan negara Inggris yang perlu 250 tahun untuk bisa menggandakan produk domestik brutonya. Namun, China hanya perlu 12 tahun untuk melipatgandakan PDB-nya. "Inilah kebangkitan Asia, salah satunya Indonesia," tuturnya.
Sunday, 10 November 2013
selamat datang kembali saudarah papua ku ke nkri, majukanlah papua dalam nkri
RATUSAN ANGGOTA OPM NYATAKAN IKRAR KEMBALI KE PANGKUAN IBU PERTIWI
212 anggota OPM yang dipimpin Daniel Kogoya menyatakan keinginan untuk
kembali ke pangkuan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pernyataan
ratusan mantan OPM tersebut tertuang dalam penyampaian ikrar kesetiaan
yang diucapkan di hadapan Pangdam XVII/Cenderawasih Mayjen TNI Christian
Zebua, Wakapolda Papua Brigjen Pol Paulus Waterpauw, dan Sekda Papua
Elly Loupatty di Skouw, perbatasan RI-Papua Nugini (PNG), Jumat (25/1).
Selain mengucapkan ikrar setia terhadap NKRI, Daniel Kogoya yang
menyatakan diri sebagai salah satu "panglima OPM" itu juga menyerahkan
tiga pucuk senjata yang selama ini digunakannya yaitu jenis engkeloop,
FN 45 dan air softgun yang seluruhnya dalam kondisi baik.
Sementara itu, Pangdam XVII Cenderawasih Mayjen TNI Christian Zebua,
mengharapkan, lebih banyak lagi anggota OPM yang selama ini berkeliaran
di hutan di perbatasan RI-PNG akan turun untuk bersama-sama membangun
Papua. "Mari bersama-sama membangun Papua dan selaku Pangdam
Cenderawasih akan selalu menerima dengan tangan terbuka setiap warga
yang ingin kembali ke pangkuan ibu pertiwi," tegas Mayjen TNI Zebua.
(KF-NAH/Vey/Antara)
Dandim 1702/Jayawijaya Letkol Inf Yusuf Sampetoding menerima senjata Revolver dari 5 (lima) anggota sipil bersenjata yang mengaku anggota Organisasi Papua Merdeka (OPM) di Tiom, Selasa (6/8).
Sebanyak
5 (lima) orang sipil bersenjata yang mengaku sebagai anggota Organisasi Papua
Merdeka (OPM) secara resmi menyerahkan diri dan menyatakan kembali ke pangkuan
Ibu Pertiwi. Kelima anggota ini sekaligus menyerahkan satu pucuk senjata laras
pendek jenis Revolver beserta 4
(empat) amunisi kepada Dandim 1702/Jayawijaya Letkol Inf Yusuf Sampetoding di
Tiom.
Kelima
angota OPM yang diduga merupakan kaki tangan pimpinan tertinggi OPM, Goliat
Tabuni ini diantaranya, Engga Kiwo alias Tola (26), Endokwi Kiwo (18), Abupak
Kiwo (26) dan Petinus Kiwo (28).
Pada
5 Agustus 2013, 5 (lima) orang yang dipimpin langsung oleh Engga Kiwo keluar
dari hutan dan bergabung ke NKRI. Ada informasi dari keluarga mereka yang
mengatakan bahwa saudara Engga Kiwo memegang senjata, yang saat itu dia berada
di distrik Malaganeri, Kabupaten Lani Jaya.
Dengan
adanya informasi tersebut, Dandim 1702/Jayawijaya Letkol Inf Yusuf Sampetoding
memerintahkan Danramil untuk segera melakukan pendekatan-pendekatan,
melaksanakan koordinasi dengan kepolisian, Pemda dan kepala suku dan pendeta,
supaya yang bersangkutan bisa menyerahkan pistol kepada pihak aparat.
Mereka
kembali kepangkuan NKRI dan itu terjadi Selasa (6/8), mereka datang dan
dijemput, kemudian dibawa ke Koramil dan difasilitasi kebutuhan mereka seperti
makan dan keperluan lain yang mereka butuhkan.
Mereka
sudah turun dan perintah Pangdam XVII/Cenderawasih bahwa apabila ada saudara
kita dari hutan yang ingin serahkan diri, kita siap terima dan siap membantu
menolong mereka. Kita akan terima dengan tangan
terbuka, tetapi apabila mereka membangkang, kita akan tumpas.
Puji Tuhan, Saudara kita sudah sadar dan kembali ke NKRI.
Hal ini dilakukan oleh TNI Polri dan Pemda setempat, sehingga kini kelima eks
kelompok sipil bersenjata ini sudah bisa berada ditengah-tengah masyarakat.
Tidak lagi berselisih dengan aparat penegak Hukum.
Kembalinya kelima orang tersebut ke NKRI disimbulkan
dengan dikembalikannya 1 pucuk senjata milik mereka dan juga TNI-Polri
menyerahkan bendera Merah Putih dan Alkitab. Dalam bahasa Lanny Jaya
menyatakan, bahwa kelompok ini sudah resmi kembali ke NKRI.
Sudah tidak jamannya lagi kita melakukan perlawanan,
marilah saudara kita yang berbeda pandangan dengan kita, kembali ke NKRI
bersama-sama membangun Papua ini dengan penuh suka cita.
Hadir dalam kegiatan tersebut, Kapolres Lanny Jaya AKBP
Jafar Sadik, Danyon 756/WMS Mayor Inf Tamimi Kusuma, Danramil Tiom Kapten Inf
Yohanes T, Kadistrik Malageneri Lupas Wenda, Ketua II Wilayah Gereja Babtis Kab.
Lanny Jaya Habel Yigibalom dan masyarakat setempat.
alahkah bijaknya , lukas enembe
Gubernur Papua, Lukas Enembe mengatakan,
masalah Organisasi Papua Merdeka (OPM) merupakan salah satu hal yang
ditekankan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) kepada gubernur
di Papua dan Papua Barat, untuk ditangani.
Jakarta -
Gubernur Papua, Lukas Enembe mengatakan, masalah Organisasi Papua
Merdeka (OPM) merupakan salah satu hal yang ditekankan oleh Presiden
Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) kepada gubernur di Papua dan Papua Barat,
untuk ditangani.
Enembe membenarkan bahwa hingga saat ini OPM memang masih ada. Namun menurut dia, bukan berarti mereka tak bisa diajak berkomunikasi untuk menyamakan kembali tujuan berbangsa dan bernegara.
"Memang ada, saudara-saudara kita yang berseberangan. Tapi sejauh kita bisa mengkomunikasikan, mereka juga manusia," kata Enembe di Kantor Presiden, Jakarta, Senin (29/4).
Tugas tersebut, kata Enembe pula, bukanlah hal yang mudah. Namun, jumlah OPM sendiri diperkirakannya tidak terlalu banyak, dan sebagian besar berada di daerah perkotaan Papua.
"Mereka bisa mendengarkan, dengan pendekatan yang tepat," kata Enembe.
Hal tersebut disampaikan Enembe setelah bertemu Presiden SBY di Kantor Presiden, demi membicarakan antara lain soal otonomi khusus yang diperluas untuk Papua yang disebut Otonomi Plus. Konsep Otonomi Plus ini sendiri masih digodok, dan komponennya dirumuskan oleh Kementerian Dalam Negeri (Kemdagri) dan Pemerintah Provinsi Papua.
Enembe membenarkan bahwa hingga saat ini OPM memang masih ada. Namun menurut dia, bukan berarti mereka tak bisa diajak berkomunikasi untuk menyamakan kembali tujuan berbangsa dan bernegara.
"Memang ada, saudara-saudara kita yang berseberangan. Tapi sejauh kita bisa mengkomunikasikan, mereka juga manusia," kata Enembe di Kantor Presiden, Jakarta, Senin (29/4).
Tugas tersebut, kata Enembe pula, bukanlah hal yang mudah. Namun, jumlah OPM sendiri diperkirakannya tidak terlalu banyak, dan sebagian besar berada di daerah perkotaan Papua.
"Mereka bisa mendengarkan, dengan pendekatan yang tepat," kata Enembe.
Hal tersebut disampaikan Enembe setelah bertemu Presiden SBY di Kantor Presiden, demi membicarakan antara lain soal otonomi khusus yang diperluas untuk Papua yang disebut Otonomi Plus. Konsep Otonomi Plus ini sendiri masih digodok, dan komponennya dirumuskan oleh Kementerian Dalam Negeri (Kemdagri) dan Pemerintah Provinsi Papua.
Papua Layak Maju, OPM Tak Akan Mempan. mari kita terus majukan papua
masyarakat papua yang makin maju |
Tidak dapat dipungkiri ketika kelompok separatis yang sering disebut OPM ini hanya membutuhkan pengakuan sejarah kemerdekaan Papua. Sedang Pemerintah Indonesia berpandangan kalau melepaskan Papua sama dengan membiarkan masyarakat Papua untuk dijajah oleh negara lain. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya bantuan yang diberi asing kepada kelompok-kelompok anti-Indonesia tersebut untuk terus mengkritisi program-program pembangunan yang dilaksanakan pemerintah di bumi cendrawasih. Bantuan berupa dana, advokasi, akses, bahkan senjata. Masyarakat tidak menyadari bantuan tersebut merupakan alat suap untuk menghambat dan menggagalkan rangkaian program pembangunan.
Kenyataannya Papua tetap terus maju. Pembangunan infrastruktur berlangsung. Mobilitas dari dan ke Papua semakin sering. Warga Papua mampu bersekolah hingga ke luar negeri. Khusus untuk Freeport, Pemerintah sudah meminta perusahaan tersebut untuk menempatkan warga lokal sebagai bagian middle management, tidak terus sebagai pekerja bawahan.
Perkembangan perekonomian ini tidak diikuti oleh keamanan wilayah. Separatis tidak mampu menghambat perekonomian Papua yang makin berkembang, mereka menggunakan bantuan terakhir dari asing, yakni senjata. Dengan anggapan bahwa mengganggu keamanan wilayah sendiri maka pemerintah Indonesia akan takut untuk membangun Papua. Ternyata tidak. Pengamanan justru akan semakin diperkuat untuk mendukung jalannya roda perekonomian. Sebagaimana tertulis sebuah pepatah mati satu tumbuh seribu.
papua manokwari semakin maju!!!
Pangdam XVII Cenderawasih Mayjen TNI Christian Zebua menilai bahwa
saat ini 1 Mei 2013 dimana 50 tahun Papua di Indonsia, maka Papua terus
berkembang dan mensejahterakan masyarakatnya.
Papua telah 50 tahun kembali ke pangkuan pertiwi dan Papua semakin
maju, dan mari kita sama-sama bergandengan tangan untuk terus maju lagi.
Hal itu dikatakannya saat ditemui di Bandara Rendani pekan ini. Dengan kondisi tersebut masyarakat jangan mudah terprovokasi dengan isu-isu yang kontra produktif, sebab Papua semakin maju dalam NKRI.
Upacara bendera HUT Manokwari ke 115 yang berlangsung Jumat 8 November 2013 ini berlangsung khidmat di lapangan Borarsi Manokwari Papua Barat.
Bertindak sebagai pembina upacara adalah wakil bupati Manokwari DR Robert K.R Hammar, dan dihadiri oleh Muspida Kab Manokwari serta Provinsi Papua Barat.
Setelah upacara para undangan melakukan ziarah ke tempat pemakaman mantan Bupati Manokwari Esau Sesa serta beberapa mantan pejabat lainnya. Dan diteruskan dengan acara resepsi ulang tahun kota Manokwari yang bertempat di Pantai Pasir Putih.
Hal itu dikatakannya saat ditemui di Bandara Rendani pekan ini. Dengan kondisi tersebut masyarakat jangan mudah terprovokasi dengan isu-isu yang kontra produktif, sebab Papua semakin maju dalam NKRI.
Upacara bendera HUT Manokwari ke 115 yang berlangsung Jumat 8 November 2013 ini berlangsung khidmat di lapangan Borarsi Manokwari Papua Barat.
Bertindak sebagai pembina upacara adalah wakil bupati Manokwari DR Robert K.R Hammar, dan dihadiri oleh Muspida Kab Manokwari serta Provinsi Papua Barat.
Setelah upacara para undangan melakukan ziarah ke tempat pemakaman mantan Bupati Manokwari Esau Sesa serta beberapa mantan pejabat lainnya. Dan diteruskan dengan acara resepsi ulang tahun kota Manokwari yang bertempat di Pantai Pasir Putih.
Saturday, 9 November 2013
andai semangat pahlawa 10 november. di adopsi oleh garuda
10 November 1945 harus dimaknai sebagai bentuk penghormatan kepada
seluruh rakyat Indonesia dalam mempertahankan kemerdekaan yang
diproklamasikan pada 17 Agustus 1945. Kepada merekalah, gelar pahlawan
layak disematkan.
Tidak banyak yang mengingat siapa-siapa saja yang terlibat dalam pertempuran heroik itu. Namun, dalam catatannya 10 November, Sutomo salah satu tokoh pemuda saat itu sempat menuliskan beberapa nama pemuda, dan peran mereka yang sangat penting dalam peristiwa yang kemudian hari dikenang sebagai Hari Pahlawan itu.
Pemuda pertama yang sangat terkenal dalam peristiwa itu adalah Sutomo. Dia merupakan Pucuk Pimpinan Barisan Pemberontak Rakyat Indonesia (BPRI). Perannya yang terbesar adalah memimpin rakyat dalam menegakkan kedaulatan bangsa, dengan merebut semua kekuasaan dari tangan Jepang, dan mengusir Belanda dari Jawa Timur.
Pemuda selanjutnya adalah Soemarsono. Tokoh ini kemudian hari dituding memberontak terhadap republik, pada tahun 1948. Dia merupakan seorang komunis yang disebut-sebut memproklamirkan Negara Madiun, bersama Musso dan Amir Syarifuddin.
Perannya dalam pertempuran Surabaya yang terbesar adalah mengorganisir rakyat mengangkat senjata, melawan pasukan Belanda, Jepang, dan Inggris, dalam pertempuran Surabaya. Dalam peristiwa itu, dia menjabat sebagai Ketua Pemuda Republik Indonesia yang menghimpun organisasi-organisasi pemuda.
Pemuda lain yang layak dikenang adalah Abdul Wahab. Dia adalah wartawan foto Kantor Berita Antara yang pertama kali dipukul oleh pemuda Belanda, tidak lama setelah Indonesia merdeka.
Pemukulan Wahab, dipicu oleh aksinya dalam mengabadikan gambar pasukan penerjun payung di depan Hotel Yamato (Oranje Hotel) yang kini bernama Hotel Majapahit, berada di Jalan Tunjungan No.65, Surabaya, Jawa Timur.
Kemudian ada pemuda Asmanu mantan pengurus Gerindo, yang memberi komando penyerbuan Hotel Yamato dan merobek-robek bendera Belanda. Dia bersama pemuda Usman dan Hernowo, memiliki peran besar dalam menelanjangi politik kolonial dan membakar semangat rakyat di kampung-kampung.
Pemuda selanjutnya ada Sumarno. Dia merupakan pemuda pemberani yang secara terang-terangan melawan Jepang, karena tindakan-tindakannya yang sewenang-wenang terhadap pegawai onderneming.
Perannya yang terbesar adalah bersama pemuda lainnya, mengorganisir pegawai perkebunan dan pabrik bekas milik kaum penjajah. Dan melakukan bumi hangus di perkebunan dan pabrik itu.
Lalu, ada pemuda Abdullah. Pria pemberani ini adalah pemberontak di Kapal Zeven Provincien. Perannya yang terbesar bersama pemuda lainnya adalah, merebut pelabuhan-pelabuhan di Jawa Timur dari tangan Jepang. Terutama pangkalan Angkatan Laut di Surabaya.
Kemudian ada Sujarwo, bekas anggota Gerindo yang telah bertempur dan menandatangani penyerahan Jepang yang hendak mengacaukan keamaan di Pandaan. Perannya yang terpenting bersama pemuda lainnya adalah mengorganisir pedagang dalam memboikot makanan bagi pasukan NICA.
Dalam bidang komunikasi, pemuda yang dianggap sangat berjasa saat itu adalah Hasan Basri. Dia bersama kawan-kawannya berhasil mengangkut pemancar radio milik Angkatan Laut Nippon.
Dengan menggunakan alat sederhana miliknya dan sebagian milik Kantor Berita Antara, dia menyulap radio rusak tersebut menjadi pemancar Radio Pemberontakan pertama di Indonesia yang memiliki kekuatan berlipat ganda.
Pemuda lainnya yang berjasa besar dalam komunikasi pertempuran Surabaya adalah Arie Rachman. Dia pemuda pemberani yang mengambil pemancar di tengah desingan peluru, di daerah kekuasaan tentara Inggris.
Selain itu, ada juga Ali Urip dan istri, Sumadi dan istri, keluarga Hasan Basri yang terdiri dari ibu, paman, bibi, dan adik-adiknya. Jasa mereka yang terbesar adalah menyiarkan pidato para tokoh pemberontakan rakyat melalui Radio Pemberontakan.
Tidak hanya pemuda, juga ada pemudi. Diantara pemudi pemberani itu adalah Sutarti, Sri Lestari, Sri Haruni, dan Sri Mantuni. Mereka adalah bekas anggota Barisan Pelopor Puteri di bawah pimpinan pemudi Lukitaningsih. Peran mereka yang terbesar adalah membagikan makanan bagi para pejuang di garis depan pertempuran.
Bahkan, dari kalangan atlet olahraga pun ada yang terlibat. Diantaranya adalah Sugiarto. Dia adalah back Persebaya. Dalam pertempuran itu, dia menggantung sepatu bolanya, dan menggantinya dengan senjata. Hingga tewas dalam pertempuran.
Begitupun dengan para pelajar Sekolah Teknik Negeri dan Sekolah Guru. Jasa mereka sangat besar dalam pertempuran itu. Khususnya dengan membentuk pasukan snel-koeriers atau utusan cepat yang bertugas menyampaikan berita dan berkoordinasi dengan luar daerah Surabaya.
Mereka yang tergabung dalam pasukan ini diantaranya adalah Suyoto, Mashur, SW Kuncahyo, Sukanto, Samsul, Suwono, dan Sajogja. Mereka berada di bawah komando Sucipto.
Selain pelajar sekolah teknik, pelajar SMA Surabaya juga sangat berperan dalam pertempuran di garis depan. Keberanian mereka dalam menggempur lawan sanggup menggetarkan nyali tentara asing. Dengan taktik yang cemerlang, mereka bisa menghancurkan tank lawan.
Pemuda lainnya yang juga sangat berjasa di medan pertempuran adalah Yachman. Dia adalah bekas pemegang kanon di Angkatan Perang Nippon. Dia tewas dengan bersama kanon yang dipegangnya.
Kemudian, ada pemuda Gumbreg. Dia adalah seorang bekas pelayan kantor dagang yang kemudian terkenal sebagai penembak pesawat udara yang terkemuka di Surabaya. Dalam pertempuran itu, dia berhasil menembak jatuh 10 pesawat musuh dengan meriamnya.
Para pemuda-pemudi tersebut, merupakan bagian kecil dari sejumlah besar rakyat yang berjuang dalam pertempuran itu. Masih banyak nama yang terlupakan dan hilang dalam catatan sejarah. Untuk itulah, nama-nama yang tidak dikenal ini dituliskan.
Tidak banyak yang mengingat siapa-siapa saja yang terlibat dalam pertempuran heroik itu. Namun, dalam catatannya 10 November, Sutomo salah satu tokoh pemuda saat itu sempat menuliskan beberapa nama pemuda, dan peran mereka yang sangat penting dalam peristiwa yang kemudian hari dikenang sebagai Hari Pahlawan itu.
Pemuda pertama yang sangat terkenal dalam peristiwa itu adalah Sutomo. Dia merupakan Pucuk Pimpinan Barisan Pemberontak Rakyat Indonesia (BPRI). Perannya yang terbesar adalah memimpin rakyat dalam menegakkan kedaulatan bangsa, dengan merebut semua kekuasaan dari tangan Jepang, dan mengusir Belanda dari Jawa Timur.
Pemuda selanjutnya adalah Soemarsono. Tokoh ini kemudian hari dituding memberontak terhadap republik, pada tahun 1948. Dia merupakan seorang komunis yang disebut-sebut memproklamirkan Negara Madiun, bersama Musso dan Amir Syarifuddin.
Perannya dalam pertempuran Surabaya yang terbesar adalah mengorganisir rakyat mengangkat senjata, melawan pasukan Belanda, Jepang, dan Inggris, dalam pertempuran Surabaya. Dalam peristiwa itu, dia menjabat sebagai Ketua Pemuda Republik Indonesia yang menghimpun organisasi-organisasi pemuda.
Pemuda lain yang layak dikenang adalah Abdul Wahab. Dia adalah wartawan foto Kantor Berita Antara yang pertama kali dipukul oleh pemuda Belanda, tidak lama setelah Indonesia merdeka.
Pemukulan Wahab, dipicu oleh aksinya dalam mengabadikan gambar pasukan penerjun payung di depan Hotel Yamato (Oranje Hotel) yang kini bernama Hotel Majapahit, berada di Jalan Tunjungan No.65, Surabaya, Jawa Timur.
Kemudian ada pemuda Asmanu mantan pengurus Gerindo, yang memberi komando penyerbuan Hotel Yamato dan merobek-robek bendera Belanda. Dia bersama pemuda Usman dan Hernowo, memiliki peran besar dalam menelanjangi politik kolonial dan membakar semangat rakyat di kampung-kampung.
Pemuda selanjutnya ada Sumarno. Dia merupakan pemuda pemberani yang secara terang-terangan melawan Jepang, karena tindakan-tindakannya yang sewenang-wenang terhadap pegawai onderneming.
Perannya yang terbesar adalah bersama pemuda lainnya, mengorganisir pegawai perkebunan dan pabrik bekas milik kaum penjajah. Dan melakukan bumi hangus di perkebunan dan pabrik itu.
Lalu, ada pemuda Abdullah. Pria pemberani ini adalah pemberontak di Kapal Zeven Provincien. Perannya yang terbesar bersama pemuda lainnya adalah, merebut pelabuhan-pelabuhan di Jawa Timur dari tangan Jepang. Terutama pangkalan Angkatan Laut di Surabaya.
Kemudian ada Sujarwo, bekas anggota Gerindo yang telah bertempur dan menandatangani penyerahan Jepang yang hendak mengacaukan keamaan di Pandaan. Perannya yang terpenting bersama pemuda lainnya adalah mengorganisir pedagang dalam memboikot makanan bagi pasukan NICA.
Dalam bidang komunikasi, pemuda yang dianggap sangat berjasa saat itu adalah Hasan Basri. Dia bersama kawan-kawannya berhasil mengangkut pemancar radio milik Angkatan Laut Nippon.
Dengan menggunakan alat sederhana miliknya dan sebagian milik Kantor Berita Antara, dia menyulap radio rusak tersebut menjadi pemancar Radio Pemberontakan pertama di Indonesia yang memiliki kekuatan berlipat ganda.
Pemuda lainnya yang berjasa besar dalam komunikasi pertempuran Surabaya adalah Arie Rachman. Dia pemuda pemberani yang mengambil pemancar di tengah desingan peluru, di daerah kekuasaan tentara Inggris.
Selain itu, ada juga Ali Urip dan istri, Sumadi dan istri, keluarga Hasan Basri yang terdiri dari ibu, paman, bibi, dan adik-adiknya. Jasa mereka yang terbesar adalah menyiarkan pidato para tokoh pemberontakan rakyat melalui Radio Pemberontakan.
Tidak hanya pemuda, juga ada pemudi. Diantara pemudi pemberani itu adalah Sutarti, Sri Lestari, Sri Haruni, dan Sri Mantuni. Mereka adalah bekas anggota Barisan Pelopor Puteri di bawah pimpinan pemudi Lukitaningsih. Peran mereka yang terbesar adalah membagikan makanan bagi para pejuang di garis depan pertempuran.
Bahkan, dari kalangan atlet olahraga pun ada yang terlibat. Diantaranya adalah Sugiarto. Dia adalah back Persebaya. Dalam pertempuran itu, dia menggantung sepatu bolanya, dan menggantinya dengan senjata. Hingga tewas dalam pertempuran.
Begitupun dengan para pelajar Sekolah Teknik Negeri dan Sekolah Guru. Jasa mereka sangat besar dalam pertempuran itu. Khususnya dengan membentuk pasukan snel-koeriers atau utusan cepat yang bertugas menyampaikan berita dan berkoordinasi dengan luar daerah Surabaya.
Mereka yang tergabung dalam pasukan ini diantaranya adalah Suyoto, Mashur, SW Kuncahyo, Sukanto, Samsul, Suwono, dan Sajogja. Mereka berada di bawah komando Sucipto.
Selain pelajar sekolah teknik, pelajar SMA Surabaya juga sangat berperan dalam pertempuran di garis depan. Keberanian mereka dalam menggempur lawan sanggup menggetarkan nyali tentara asing. Dengan taktik yang cemerlang, mereka bisa menghancurkan tank lawan.
Pemuda lainnya yang juga sangat berjasa di medan pertempuran adalah Yachman. Dia adalah bekas pemegang kanon di Angkatan Perang Nippon. Dia tewas dengan bersama kanon yang dipegangnya.
Kemudian, ada pemuda Gumbreg. Dia adalah seorang bekas pelayan kantor dagang yang kemudian terkenal sebagai penembak pesawat udara yang terkemuka di Surabaya. Dalam pertempuran itu, dia berhasil menembak jatuh 10 pesawat musuh dengan meriamnya.
Para pemuda-pemudi tersebut, merupakan bagian kecil dari sejumlah besar rakyat yang berjuang dalam pertempuran itu. Masih banyak nama yang terlupakan dan hilang dalam catatan sejarah. Untuk itulah, nama-nama yang tidak dikenal ini dituliskan.
Friday, 8 November 2013
amerika memang raja sadap,ayoo berjuang para it indonesia untuk menyadap amerika
AS Sadap 35 Kepala Negara, Indonesia?
REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Mata-mata Amerika Serikat menyadap
pembicaraan telepon 35 pemimpin dunia setelah Gedung Putih, Pentagon
dan para Pejabat Departemen menyerahkan nomor-nomor telepon itu kepada
badan itu, menurut laporan The Guardian, Kamis.
Sebuah dokumen rahasia yang dirilis oleh buronan pembocor data intelijen Edward Snowden menyebutkan, Badan Keamanan Nasional (NSA) bekerja sama dengan "pelanggannya" yaitu sejumlah departemen pemerintah Amerika Serikat untuk mencari nomor telepon politisi asing terkemuka.
Seorang pejabat Amerika Serikat yang tidak disebutkan namanya menyerahkan 200 nomor, termasuk nomor telepon para pemimpin dunia yang segera "digarap" untuk diawasi oleh NSA, menurut dokumen itu.
Pengungkapan terbaru itu muncul di tengah kehebohan atas tuduhan bahwa Amerika Serikat telah menyadap telepon genggam Kanselir Jerman Angela Merkel dan setelah laporan jika NSA telah memantau komunikasi pemimpin Brasil dan Meksiko. Gedung Putih telah menolak untuk menyebutkan apakah pihaknya menyadap Merkel di masa lalu menyusul meluasnya kecaman di Jerman.
Memo NSA yang dikutip oleh The Guardian menunjukkan jika pengawasan tidak terisolasi dan badan itu secara rutin melacak nomor telepon dari para pemimpin dunia .
Sebuah memo pada 2006 beredar di kalangan staf di Direktorat Sinyal Intelijen berdasarkan judul "Para Pelanggan Dapat Membantu Memperoleh SID Nomor Telepon Target", yang menggarisbawahi jika agen bisa memperoleh informasi kontak yang dikumpulkan oleh para pejabat di cabang lain dari pemerintah. "Dalam satu kasus baru-baru ini," memo itu mencatat , "seorang pejabat Amerika Serikat memberi NSA 200 nomor telepon 35 pemimpin dunia.
"Terlepas dari fakta bahwa mayoritas mungkin diperoleh dari sistem Open Source, PCs sebelumnya mencatat 43 nomor telepon tidak dikenal. Nomor telepon itu ditambah beberapa yang lain telah digarap." Memo itu namun mengakui, jika, penyadapan itu telah menghasilkan "sedikit laporan intelijen".
Sebuah dokumen rahasia yang dirilis oleh buronan pembocor data intelijen Edward Snowden menyebutkan, Badan Keamanan Nasional (NSA) bekerja sama dengan "pelanggannya" yaitu sejumlah departemen pemerintah Amerika Serikat untuk mencari nomor telepon politisi asing terkemuka.
Seorang pejabat Amerika Serikat yang tidak disebutkan namanya menyerahkan 200 nomor, termasuk nomor telepon para pemimpin dunia yang segera "digarap" untuk diawasi oleh NSA, menurut dokumen itu.
Pengungkapan terbaru itu muncul di tengah kehebohan atas tuduhan bahwa Amerika Serikat telah menyadap telepon genggam Kanselir Jerman Angela Merkel dan setelah laporan jika NSA telah memantau komunikasi pemimpin Brasil dan Meksiko. Gedung Putih telah menolak untuk menyebutkan apakah pihaknya menyadap Merkel di masa lalu menyusul meluasnya kecaman di Jerman.
Memo NSA yang dikutip oleh The Guardian menunjukkan jika pengawasan tidak terisolasi dan badan itu secara rutin melacak nomor telepon dari para pemimpin dunia .
Sebuah memo pada 2006 beredar di kalangan staf di Direktorat Sinyal Intelijen berdasarkan judul "Para Pelanggan Dapat Membantu Memperoleh SID Nomor Telepon Target", yang menggarisbawahi jika agen bisa memperoleh informasi kontak yang dikumpulkan oleh para pejabat di cabang lain dari pemerintah. "Dalam satu kasus baru-baru ini," memo itu mencatat , "seorang pejabat Amerika Serikat memberi NSA 200 nomor telepon 35 pemimpin dunia.
"Terlepas dari fakta bahwa mayoritas mungkin diperoleh dari sistem Open Source, PCs sebelumnya mencatat 43 nomor telepon tidak dikenal. Nomor telepon itu ditambah beberapa yang lain telah digarap." Memo itu namun mengakui, jika, penyadapan itu telah menghasilkan "sedikit laporan intelijen".
Thursday, 7 November 2013
jembatan selat sunda , semoga
Megaproyek Spektakuler Jembatan Selat Sunda (JSS) akan gagal total. Secara spiritual nama Menko Perekonomian Hatta Rajasa dan pengusaha Tommy Winata sangat tidak cocok sebagai pemrakarsa JSS.
Analisis supranatural itu disampaikan praktisi metafisika Ki Gendeng Pamungkas, "Secara spiritual Selat Sunda sangat lekat dengan Tatar Pajajaran. Sehingga, nama Hatta dan Tommy sangat tidak cocok sebagai pemrakarsa JSS. Apalagi niat Hatta Rajasa untuk pencitraan nyapres di 2014," tegas Ki Gendeng.
Menurut Ki Gendeng, dari sisi metafisika, Jembatan Selat Sunda bukan merupakan solusi untuk membuat perekonomian angkutan darat berjalan baik. Justru seharusnya, pemerintah melakukan perbaikan total Pelabuhan Penyeberangan Merak-Bakauheni secara profesional, terencana dan tanpa korupsi.
"Ke depan, jika penyeberangan Merak-Bakauheni dibenahi secara nasionalis ,maka penghubung laut Selat Sunda akan lebih hebat dari pelabuhan penghubung manapun di dunia," tutur Ki Gendeng.
Ki Gendeng juga mengungkapkan, bahwa proyek JSS telah memakan korban, yakni dicopotnya Agus Martowardojo dari kursi Menteri Keuangan. "Tommy Winata jadi pemenang, dan bahkan mendapatkan bonus pengelolaan kawasan di Banten dan Lampung. SBY tega mengorbankan Agus Marto, yang dicopot dan dilempar ke Bank Indonesia. Agus Marto maunya JSS dibangun sendiri dan tidak perlu diserahkan ke asing lewat Tommy Winata," ungkap Ki Gendeng.
"Kemenangan Tommy Winata-SBY itu telah dirayakan di Bali dengan mengundang Cristiano Ronaldo. Dalam perayaan itu, secara simbolis, CR7 menanam mangrove di Bali," pungkas Ki Gendeng.
Diberitakan sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Hatta Rajasa, menegaskan bahwa Jembatan Selat Sunda (JSS) layak dibangun. Bahkan Hatta menyatakan, meskipun Anak Gunung Krakatau meletus dan menghasilkantsunami, JSS tetap aman.
"Tim sekretariat telah melakukan serangkaian studi kelayakan untuk menilai layak atau tidaknya pelaksanaan pembangunan jembatan itu. Ternyata, hasil studi menyatakan secara teknis Jembatan Selat Sunda layak dibangun," kata Hatta.
Hatta mengatakan, JSS akan dibangun untuk menjadi ikon Indonesia, di mana tenaga ahli dan insinyur dari Indonesia akan berperan dominan membangunnya. JSS dibangun dalam satu kawasan terpadu yang meliputi dua provinsi, yaitu Banten dan Lampung.
Sumber : http://munsypedia.blogspot.com/2013/10/misteri-kutukan-megaproyek-jembatan.html#ixzz2k0X3AfGH
inilah senjata indonesia yang dapat menembus tank !!
SPR 2 (SENJATA PENEMBAK JITU PRODUKSI DALAM NEGERI)
SOSOK senapan penembak jitu antimaterial, menjadi salah satu keperluan utama pada pertempuran era modern, terutama untuk menghajar pasukan musuh yang berlindung di balik material. Menyadari perkembangan ini, PT Pindad pun tak mau ketinggalan, mereka sudah memproduksi dengan nama Senapan PenembakRunduk-2 (SPR-2).
SPR-2 diharapkan mampu menjadi salah satu produk senjata unggulan dalam negeri, yang kehadirannya dapat menjadi varian produk impor sejenis asal Yugoslavia, Black Arrow M93. Kedua senapan antimaterial ini sama-sama menggunakan peluru kaliber 12,7 mm x 99 (umum pula disebut kaliber .50) dengan isian magasen lima peluru.
SPR-2 diharapkan mampu menjadi salah satu produk senjata unggulan dalam negeri, yang kehadirannya dapat menjadi varian produk impor sejenis asal Yugoslavia, Black Arrow M93. Kedua senapan antimaterial ini sama-sama menggunakan peluru kaliber 12,7 mm x 99 (umum pula disebut kaliber .50) dengan isian magasen lima peluru.
Kehadiran SPR-2, membuat produk serupa yang sudah muncul dan dipergunakan berbagai angkatan bersenjata di dunia, menjadi sedikitnya 25 jenis. Sebelumnya, sudah ada produk sejenis, misalnya Gepard M1/M2 (Hongaria, kaliber .50), Barret M82, M90 dan M95, M99, serta M-107 (Amerika, kal .50), SVN-98 (Rusia, kaliber 12,7 mm x 108), Steyr IWS-2000 (Austria, kal .50 dan 12,7 mm x 108), PGR UM-Hecate (Prancis, kal .50), AI AS (Inggris, kal .50), NTW-20 (Afrika Selatan, kal 20 mm), dll.
Menurut Desain Ghrapic Divisi Senjata PT Pindad, Dede Tasiri, senada engineer Nana Mulyana, diharapkan dapat memberikan efisiensi bagi TNI jika dibandingkan produk impor. Dari hitungan, produksi SPR-2 harga lebih murah dan fungsi sama hebatnya, apalagi jika dibandingkan Black Arrow M93 yang harganya di atas Rp 1 miliar per pucuk dan diketahui banyak yang sudah rusak.
Menurut Desain Ghrapic Divisi Senjata PT Pindad, Dede Tasiri, senada engineer Nana Mulyana, diharapkan dapat memberikan efisiensi bagi TNI jika dibandingkan produk impor. Dari hitungan, produksi SPR-2 harga lebih murah dan fungsi sama hebatnya, apalagi jika dibandingkan Black Arrow M93 yang harganya di atas Rp 1 miliar per pucuk dan diketahui banyak yang sudah rusak.
Senjata sniper buatan pindad ini dibuat dalam 3 versi yaitu SPR1, SPR2, dan SPR3.
SPR 1 ini mempunyai peluru kaliber 7,62mm dengan jarak akurasi 900 meter , Kendati terilhami produk-produk senapan antimaterial yang sudah ada, namun menurut Dede, kehadiran SPR-2 cenderung desain sendiri dari PT Pindad. Walaupun pada sebagian sosok, masih mengambil desain dari Black Arrow M93 dan NTW-20 (Afrika Selatan).
"SPR-2 pada jarak tembak efektif mampu menembus lapisan baja dengan ketebalan sampai 2 cm pada jarak 500 meter. Pengoperasian dengan sistem bolt action bukan berarti SPR-2 kalah modern, namun diharapkan memiliki kelebihan karena akurasi biasanya lebih jitu," sedangkan SPR3 mampu menembus baja setebal 3 cm dengan jarak 700 meter.
Penggunaan senapan penembak jitu antimaterial, sudah digunakan sejak Perang Dunia II (1939-1945) oleh pasukan Nazi Jerman (Mauser Tank-Gewehr Model 1918, kaliber .51), Jepang (Tipe 97, kaliber 20 mm), dan Inggris (Boys Antitank Rifle, kaliber .55). Ketiga pasukan tersebut menggunakannya untuk menghantam masing-masing musuhnya, yang berlindung di balik tembok atau berada dalam kendaraan lapis baja.
"SPR-2 pada jarak tembak efektif mampu menembus lapisan baja dengan ketebalan sampai 2 cm pada jarak 500 meter. Pengoperasian dengan sistem bolt action bukan berarti SPR-2 kalah modern, namun diharapkan memiliki kelebihan karena akurasi biasanya lebih jitu," sedangkan SPR3 mampu menembus baja setebal 3 cm dengan jarak 700 meter.
Penggunaan senapan penembak jitu antimaterial, sudah digunakan sejak Perang Dunia II (1939-1945) oleh pasukan Nazi Jerman (Mauser Tank-Gewehr Model 1918, kaliber .51), Jepang (Tipe 97, kaliber 20 mm), dan Inggris (Boys Antitank Rifle, kaliber .55). Ketiga pasukan tersebut menggunakannya untuk menghantam masing-masing musuhnya, yang berlindung di balik tembok atau berada dalam kendaraan lapis baja.
Usai perang, berbagai negara terutama Amerika, Inggris, Prancis, dan negara-negara Eropa Timur kemudian mengembangkan dengan menggunakan peluru kaliber .50 (disebut pula 12,7 mm x 99) dan kaliber 12,7 mm x 108, yang menjadi standar senapan mesin berat mereka. Dari berbagai negara yang ikut memproduksi senapan antimaterial, Jerman, Amerika, dan Rusia, yang paling banyak membuat aneka produknya sejenis.
Senapan penembak jitu antimaterial, di pasaran harganya rata-rata sangat mahal, sehingga negara-negara pembeli dan dari nonprodusen yang keuangannya cekak, biasanya terbatas memiliki.
Senapan penembak jitu antimaterial, di pasaran harganya rata-rata sangat mahal, sehingga negara-negara pembeli dan dari nonprodusen yang keuangannya cekak, biasanya terbatas memiliki.
Sumber : http://munsypedia.blogspot.com/2012/10/senjata-buatan-indonesia-yang-dapat.html#ixzz2k0UEVIHh
Subscribe to:
Posts (Atom)