Dia menyatakan Papua
tidak mungkin merdeka, karena dunia sudah mengakui Papua atau yang dulu
bernama Irian Barat melalui Perserikatan Bangsa Bangsa adalah bagian
yang tak terpisahkan dari Negara Kesatuan Republik Indonesia.
"Masalah Papua sudah selesai sejak 19 November 1969 melalui sidang Dewan Keamanan PBB, yang mensahkan bahwa Irian Barat, sekarang bernama Papua adalah milik Indonesia, sehingga mulai saat itu persoalan Papua sudah tutup buku habis dan tidak perlu dipersoalkan lagi," kata Nick saat dihubungi, Selasa 7 Mei 2013.
Jadi, kata dia, bila saat ini ada yang mempersoalkan masalah Papua dan memimpikan kemerdekaan, itu hanya pekerjaan sia-sia yang tidak akan pernah membawa hasil.
"Masalah Papua sudah selesai sejak 19 November 1969 melalui sidang Dewan Keamanan PBB, yang mensahkan bahwa Irian Barat, sekarang bernama Papua adalah milik Indonesia, sehingga mulai saat itu persoalan Papua sudah tutup buku habis dan tidak perlu dipersoalkan lagi," kata Nick saat dihubungi, Selasa 7 Mei 2013.
Jadi, kata dia, bila saat ini ada yang mempersoalkan masalah Papua dan memimpikan kemerdekaan, itu hanya pekerjaan sia-sia yang tidak akan pernah membawa hasil.
Legalitas bahwa Papua
adalah bagian dari Indonesia, lanjut Nick, sudah ada sejak 4 Agustus
1928, di mana, saat itu Gubernur Jenderal Belanda mengakui Irian Barat
(Papua) termasuk wilayah Indonesia. "Sehingga ketika sumpah pemuda
dikumandangkan, Irian Barat atau Papua sudah termasuk dalam Indonesia,"
ucap Nick yang selama 40 tahun berjuang bagi kemerdekaan Papua di Eropa.
Namun, sambungnya, dalam perjalanan sejarah, Belanda menyangkal hal itu bahkan membohongi orang Papua. "Belanda tipu orang Papua, mereka katakan Papua bukan bagian dari Indonesia, padahal kepada seluruh dunia, Belanda mengakui Papua/Irian Barat adalah wilayah Indonesia," ujarnya.
Namun, sambungnya, dalam perjalanan sejarah, Belanda menyangkal hal itu bahkan membohongi orang Papua. "Belanda tipu orang Papua, mereka katakan Papua bukan bagian dari Indonesia, padahal kepada seluruh dunia, Belanda mengakui Papua/Irian Barat adalah wilayah Indonesia," ujarnya.
Perjuangan Sia-sia
Bahkan setelah Penentuan
Pendapat Rakyat (Pepera) tahun 1962, pendiri Organisasi Papua Merdeka
Nikolas Youwe menanyakan kepada Amerika, kenapa mengakui Papua bagian
dari NKRI.
"Waktu itu Bapak Nikolas
Youwe tanya kepada Presiden Amerika John F Keneddy, kenapa jual tanah
saya tanah Papua, lalu John F Keneddy menyatakan bukan Amerika yang
jual, tapi Belanda yang mengakui Irian Barat/Papua bagian dari
Indonesia," ucapnya.
Sehingga, sejak saat itu
perjuangan Papua Merdeka sia-sia karena dunia sudah mengakui Papua/Irian
Barat bagian dari Indonesia yang tak terpisahkan. "Sejak John F Keneddy
menyatakan, bahwa Belanda yang mengakui Papua bagian dari NKRI, Nikolas
Youwe pendiri OPM dan saya Menlu OPM putus asa, semua perjuangan ini
sia-sia dan tidak mungkin merdeka, Pepera hanya formalitas saja supaya
dunia tahu bahwa kembalinya Papua kepangkuan NKRI sesuai dengan hukum
Internasional," ujarnya.
Mengenai manuver kelompok Benny Wenda yang membuka kantor OPM di Oxford, Nick Messet menyatakan itu hanya gertakan dan sama sekali tidak memiliki kekuatan selama pemerintah Inggris tidak mendukungnya. "Kami juga pernah buka kantor di Senegal dan Swedia, tapi semua sia-sia, dunia hanya mengakui Papua bagian dari Indoensia," singkatnya.
Namun seyogyanya, Nick berharap pemerintah menggunakan para pendiri OPM yang kini sudah bergabung dengan NKRI untuk memberikan penjelasan tentang kondisi Papua sebenarnya.
Mengenai manuver kelompok Benny Wenda yang membuka kantor OPM di Oxford, Nick Messet menyatakan itu hanya gertakan dan sama sekali tidak memiliki kekuatan selama pemerintah Inggris tidak mendukungnya. "Kami juga pernah buka kantor di Senegal dan Swedia, tapi semua sia-sia, dunia hanya mengakui Papua bagian dari Indoensia," singkatnya.
Namun seyogyanya, Nick berharap pemerintah menggunakan para pendiri OPM yang kini sudah bergabung dengan NKRI untuk memberikan penjelasan tentang kondisi Papua sebenarnya.
Pemerintah seharusnya
memakai para pendiri OPM (orang Papua) yang sudah kembali ke NKRI untuk
memberikan penjelasan tentang kondisi Papua sebenarnya. Karena pendiri
OPM mengerti sejarah dan pernah berjuang puluhan tahun, namun sadar
perjuangan itu sia-sia kemudian kembali ke NKRI dan membangun Papua
dalam semangat otonomi khusus. "Tapi ini tidak dipakai pemerintah,"
katanya.
Nick Messet juga mengungkapkan, dirinya pernah memberikan penjelasan kepada aktivis Papua Merdeka di Auckland Selandia Baru, bahwa apa yang diperjuangkan adalah sia-sia.
Nick Messet juga mengungkapkan, dirinya pernah memberikan penjelasan kepada aktivis Papua Merdeka di Auckland Selandia Baru, bahwa apa yang diperjuangkan adalah sia-sia.
"Saat diberi kesempatan
bicara saya bilang saya sudah berjuang 40 tahun di Eropa untuk Papua
Merdeka. Tapi semua sia-sia karena dunia melalui PBB mengakui Papua
adalah bagian dari Indoensia, lebih baik mari membangun Papua dengan
semangat otonomi khusus yang sudah diberikan pemerintah," ucapnya. (umi)
No comments:
Post a Comment