Berbisnis dengan mengerjakan sesuatu
yang disenangi? Tentu menyenangkan. Karena yang dilakukan merupakan
hobi, ‘bisnis’ tidak terasa sebagai pekerjaan. Bisnis bisa dilakukan
sambil bersenang-senang.
Salah satu potensi bisnis yang berangkat
dari hobi adalah menulis. Selain relatif mudah (karena bagi mereka yang
senang nulis, menulis itu memang amat sangat mudah), risiko bisnis juga
kecil. Dan potensi keuntungan bisa berlipat ganda.
Dengan makin majunya teknologi, ada
beragam tipe bisnis yang bisa ditekuni, yang semuanya berawal dari
kesenangan menulis. Apa saja itu?
Berbisnis di blog
Dengan adanya internet, kini siapapun
bisa ‘menulis’ di dunia maya. Sarana yang tersedia lumayan banyak, baik
yang gratisan maupun berbayar. Menulis di blog, kini jadi tren baru,
karena memberikan ruang yang cukup besar. Apalagi, tulisan di blog akan
tersimpan selamanya.
Jika dikelola dengan profesional, dan
dengan cara yang tepat, blog bisa menjadi bisnis yang menggiurkan. Ada
banyak contoh blog yang menjadi industri raksasa. Salah satunya
mashable.com. Mashable pertama kali diluncurkan pada tahun 2005 oleh
remaja berusia 19 tahun bernama Pete Cashmore. Pete mengisi blognya
dengan berbagai ulasan terkait teknologi. Pete mengupdate blognya
beberapa kali sehari.
Karena tulisan-tulisan di blog itu unik
dan selalu menawarkan hal yang baru, lama-lama mashable mulai dikenal
orang. Pembaca semakin banyak. Ketika pendapatan dari iklan mencapai
$3000 per bulan, Pete pun merekrut seorang penulis untuk membantunya.
Bertahun-tahun kemudian mashable menjadi raksasa dan dikelola layaknya
media massa profesional. Yakni punya Chief Operating Officer & Chief
Financial Officer, Chief Marketing Officer, Chief Strategy Officer,
Chief Technology Officer, dan punya Editor in Chief, Editorial Projects,
Editorial Director, Managing Editor dan sekitar 80 karyawan. Mashable
kini menjadi salah satu blog berpenghasilan tertinggi di dunia.
Di Indonesia, mulai banyak blog yang
dikelola dengan profesional dan sudah menjadi bisnis. Biasanya yang
dilakukan adalah memilih tema yang disukai dan secara berkala mengisi
blog dengan informasi atau ulasan yang menarik dan bermanfaat. Jika
pembaca blog sudah banyak, iklan akan datang dengan sendirinya.
Menulis buku
Jika menulis di blog merupakan metode
yang tergolong baru, bisnis dengan menulis yang tergolong konvensional
adalan menerbitkan buku. Ada dua pendekatan yang bisa dilakukan.
Pendekatan pertama, mengirimkan naskah ke penerbit terkemuka. Pendekatan
kedua, menerbitkan sendiri.
Pendekatan pertama tergolong
gampang-gampang susah. Jika tema yang dipilih menarik dan bisa dijual,
dan jika dipaparkan dengan mengalir, biasanya naskah akan disetujui
penerbit. Mengirimkan naskah ke penerbit sama sekali tidak membutuhkan
dana. Beberapa naskah buku yang diterbitkan penerbit Elex Media
Komputindo saya kirim melalui email. Naskah yang dikirim akan diperiksa
kelayakannya oleh editor. Biasanya waktu yang dibutuhkan sekitar 1-3
bulan.
Jika bukunya disetujui penerbit dan
layak terbit, kita tinggal menunggu royalti. Penerbit besar seperti Elex
biasanya memberikan uang muka. Selanjutnya, royalti akan diberikan dua
kali setahun, setiap bulan Februari dan Agustus. Tentu, royalti akan
semakin besar jika jumlah judul buku yang dicetak semakin banyak.
Apalagi jika bukunya laris dan dicetak berkali-kali.
Jika ingin menerbitkan buku sendiri
(istilah kerennya self publishing), bisa memanfaatkan sejumlah situs
yang menjadi semacam perantara. Situs ini yang menerbitkan buku, dan
biasanya dicetak berdasarkan pesanan calon pembaca. Jika punya dana
berlebih, bisa mencetak sendiri.
Bersama Dee, di tahun 2010 saya pernah menerbitkan kumpulan tulisan di blog Rumah Kayu.
Buku kami cetak 5.000 eks, dan untuk distribusi kami menggunakan jasa
pihak ketiga. Walau gak laris-laris amat namun kami bisa balik modal,
dan juga bisa mendapatkan ‘royalti’ masing-masing belasan juta rupiah.
Lumayan. (Kami berencana menerbitkan buku kedua dan ketiga. Sayang
karena (sok) sibuk rencana itu tetap tinggal rencana. Maunya sih jika
sudah pensiun dari kerjaan kantoran kami akan menekuni dunia penerbitkan
lebih serius, hehehe).
Buku digital
Selain cetakan, buku juga bisa dijual
dalam format digital. Dengan munculnya tablet dan smartphone, pasar buku
digital kini terbuka luas.
Saya sudah menjual buku digital selang
setahun terakhir di Kindle Amazon. Dan potensi bisnisnya sangat luar
biasa. Dengan mengerjakan di sela-sela kerjaan kantoran, setiap bulan
saya kini mendapatkan ratusan dolar dan poundsterling.
No comments:
Post a Comment