Monday, 30 September 2013

Berbisnis dari Menulis? Kenapa Tidak?


Berbisnis dengan mengerjakan sesuatu yang disenangi? Tentu menyenangkan. Karena yang dilakukan merupakan hobi, ‘bisnis’ tidak terasa sebagai pekerjaan. Bisnis bisa dilakukan sambil bersenang-senang.
Salah satu potensi bisnis yang berangkat dari hobi adalah menulis. Selain relatif mudah (karena bagi mereka yang senang nulis, menulis itu memang amat sangat mudah), risiko bisnis juga kecil. Dan potensi keuntungan bisa berlipat ganda.
13805008151626012471Dengan makin majunya teknologi, ada beragam tipe bisnis yang bisa ditekuni, yang semuanya berawal dari kesenangan menulis. Apa saja itu?
Berbisnis di blog

Dengan adanya internet, kini siapapun bisa ‘menulis’ di dunia maya. Sarana yang tersedia lumayan banyak, baik yang gratisan maupun berbayar. Menulis di blog, kini jadi tren baru, karena memberikan ruang yang cukup besar. Apalagi, tulisan di blog akan tersimpan selamanya.
Jika dikelola dengan profesional, dan dengan cara yang tepat, blog bisa menjadi bisnis yang menggiurkan. Ada banyak contoh blog yang menjadi industri raksasa. Salah satunya mashable.com. Mashable pertama kali diluncurkan pada tahun 2005 oleh remaja berusia 19 tahun bernama Pete Cashmore. Pete mengisi blognya dengan berbagai ulasan terkait teknologi. Pete mengupdate blognya beberapa kali sehari.
Karena tulisan-tulisan di blog itu unik dan selalu menawarkan hal yang baru, lama-lama mashable mulai dikenal orang. Pembaca semakin banyak. Ketika pendapatan dari iklan mencapai $3000 per bulan, Pete pun merekrut seorang penulis untuk membantunya. Bertahun-tahun kemudian mashable menjadi raksasa dan dikelola layaknya media massa profesional. Yakni punya Chief Operating Officer & Chief Financial Officer, Chief Marketing Officer, Chief Strategy Officer, Chief Technology Officer, dan punya Editor in Chief, Editorial Projects, Editorial Director, Managing Editor dan sekitar 80 karyawan. Mashable kini menjadi salah satu blog berpenghasilan tertinggi di dunia.
Di Indonesia, mulai banyak blog yang dikelola dengan profesional dan sudah menjadi bisnis. Biasanya yang dilakukan adalah memilih tema yang disukai dan secara berkala mengisi blog dengan informasi atau ulasan yang menarik dan bermanfaat. Jika pembaca blog sudah banyak, iklan akan datang dengan sendirinya.
Menulis buku

Jika menulis di blog merupakan metode yang tergolong baru, bisnis dengan menulis yang tergolong konvensional adalan menerbitkan buku. Ada dua pendekatan yang bisa dilakukan. Pendekatan pertama, mengirimkan naskah ke penerbit terkemuka. Pendekatan kedua, menerbitkan sendiri.
Pendekatan pertama tergolong gampang-gampang susah. Jika tema yang dipilih menarik dan bisa dijual, dan jika dipaparkan dengan mengalir, biasanya naskah akan disetujui penerbit. Mengirimkan naskah ke penerbit sama sekali tidak membutuhkan dana. Beberapa naskah buku yang diterbitkan penerbit Elex Media Komputindo saya kirim melalui email. Naskah yang dikirim akan diperiksa kelayakannya oleh editor. Biasanya waktu yang dibutuhkan sekitar 1-3 bulan.
Jika bukunya disetujui penerbit dan layak terbit, kita tinggal menunggu royalti. Penerbit besar seperti Elex biasanya memberikan uang muka. Selanjutnya, royalti akan diberikan dua kali setahun, setiap bulan Februari dan Agustus. Tentu, royalti akan semakin besar jika jumlah judul buku yang dicetak semakin banyak. Apalagi jika bukunya laris dan dicetak berkali-kali.
Jika ingin menerbitkan buku sendiri (istilah kerennya self publishing), bisa memanfaatkan sejumlah situs yang menjadi semacam perantara. Situs ini yang menerbitkan buku, dan biasanya dicetak berdasarkan pesanan calon pembaca. Jika punya dana berlebih, bisa mencetak sendiri.
Bersama Dee, di tahun 2010 saya pernah menerbitkan kumpulan tulisan di blog Rumah Kayu. Buku kami cetak 5.000 eks, dan untuk distribusi kami menggunakan jasa pihak ketiga. Walau gak laris-laris amat namun kami bisa balik modal, dan juga bisa mendapatkan ‘royalti’ masing-masing belasan juta rupiah. Lumayan. (Kami berencana menerbitkan buku kedua dan ketiga. Sayang karena (sok) sibuk rencana itu tetap tinggal rencana. Maunya sih jika sudah pensiun dari kerjaan kantoran kami akan menekuni dunia penerbitkan lebih serius, hehehe).
Buku digital
Selain cetakan, buku juga bisa dijual dalam format digital. Dengan munculnya tablet dan smartphone, pasar buku digital kini terbuka luas.
Saya sudah menjual buku digital selang setahun terakhir di Kindle Amazon. Dan potensi bisnisnya sangat luar biasa. Dengan mengerjakan di sela-sela kerjaan kantoran, setiap bulan saya kini mendapatkan ratusan dolar dan poundsterling.

No comments:

Post a Comment