Wednesday 25 September 2013

Jebret, Kekayaan Bahasa Indonesia di Sepak Bola



TEMPO.CO, Jakarta - Final piala AFF U-19 yang membawa Indonesia juara setelah mengalahkan Vietnam turut melambungkan kata "jebret". Kamus Besar Bahasa Indonesia belum mencatumkan kata "jebret". Lalu, apa itu "jebret"?

Jebret, Kekayaan Bahasa Indonesia di Sepak BolaEditor bahasa, Suhardi mengatakan "jebret" merupakan tiruan bunyi alias onomatope benturan dua benda keras. "Jebret", kata Suhardi, lebih cocok untuk tiruan sabetan seperti bulu tangkis, tapi sah untuk sepak bola. Reporter TV Inggris biasanya pakai kata 'bang'," ujarnya. "Jadi bahasa Indonesia lebih kaya."

"Jebret" dipopulerkan Valentino Simanjuntak, komentator di final piala AFF. Ia selalu meneriakkan "jebret" ketika tim nasional membuat gol. Valentino bahkan sering mengutip kalimat orang terkenal seperti Bung Karno. Gol kemenangan sekaligus juara Indonesia kemarin diiringi kalimat heroik Valentino. "Berikan aku seribu orang tua, niscaya akan kucabut Semeru dari akarnya. Berikan aku satu pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia"

Dalam kolom bahasa di Tempo, Suhardi pernah menulis soal kekayaan bahasa Indonesia dalam sepak bola. Sepak bola adalah olahraga keras--begitu banyak benturan tubuh antarpemain--bisa dimaklumi jika pertandingan sepak bola kerap diwartakan sebagai pertunjukan kekerasan. "Maka wartawan pun bebas bermain dengan kata-kata untuk melukiskan pertandingan, mengeksploitasi begitu banyak kata untuk menghasilkan efek tertentu."

Bahkan tindakan yang dilarang hukum negara dan agama, seperti mencuri, merampas (bola), menipu (wasit), merampok (kemenangan), dan membunuh (tim lawan), sah-sah saja terjadi di lapangan sepak bola. Kata-kata "tabu" pun, seperti mengangkangi dan memerawani, bisa muncul dalam berita olahraga. Misalnya, "Vieira memerawani gawang Buffon" (karena belum satu pun pemain lawan yang bisa menggetarkan jala Italia). Dan semuanya dihimpun menjadi susunan bahasa yang indah oleh para pewarta.

Lalu bagaimana "jebret" dan "jeger"? Suhardi menambahkan "jeger" dan "jebret" sangat mewakili emosi penonton yang sangat mengiginkan gelar AFF setelah 22 tahun. "Tak bermakna tapi orang bisa paham," ujarnya.

Bahasa jebret ini, ujar Suhardi, berbeda dengan bahasa Vicky Prasetyo, mantan tunangan Zaskia Gotik. Bahasa Vicky heboh karena menggunakan istilah seperti "harmonisasi", "kudeta hati", "labil ekonomi". dan lain-lain. Kata Suhardi, bahasa Vicky secara leksikal bermakna. "Tapi secara gramatikal kacau sehingga pendengar tak paham."

No comments:

Post a Comment