Banyak orang yang merasa malu dan tidak
bangga menjadi bangsa Indonesia. Kondisi perekonomian dan tingkah laku
elit dan politisi yang seringkali membuat ulah negatif terkadang membuat
orang minder mengaku sebagai rakyat Indonesia. Kita tidak bisa menutup
mata dengan kenyataan yang terjadi. Namun kita masih memiliki harapan
bahwa ternyata ada rasa kebanggaan jika kita melihat para ilmuwan
Indonesia yang menunjukan kehebatan mereka dan berkiprah di luar negeri.
Tahukah anda, negara kita ternyata
memiliki banyak sosok ilmuwan yang memiliki kecerdasan luar biasa.
Berbagai penelitian dan penemuan telah mereka lakukan. Hasil temuan
mereka pun mendapat apresiasi mengagumkan di negeri orang. Tulisan ini
sengaja dibuat untuk mengenal lebih dekat para ilmuwan, di mana mereka
justru lebih terkenal di negara lain ketimbang di negara kelahiran
mereka sendiri.
Seandainya negara kita bisa memberikan
suatu penghargaan atau apresiasi atas jerih payah yang telah mereka
lakukan. Para Ilmuwan ini adalah asset besar negara kita. Ilmu yang
mereka miliki seharusnya diturunkan kepada generasi penerus bangsa ini.
Sudah sepantasnya bila mendapatkan apresiasi atas temuan mereka yang
sangat bermanfaat. Lihatlah, di negara lain mereka justru mendapatkan
berbagai penghargaan atas keberhasilan mereka tersebut.
Berikut ini adalah sejumlah ilmuwan
Indonesia yang telah memberikan bukti atas usaha mereka dalam
menghasilkan sebuah temuan yang menakjubkan:
1. Prof . Dr. Mezak Arnold Ratag, Penemu Planetary Nebula Cluster.
Astronom
lulusan ITB Bandung ini namanya telah diabadikan di 120 Planetary
Nebula Cluster, termasuk Ratag-Ziljstra-Pottasch-Menzies dan
Ratag-Pottasch cluster, yang telah ia temukan. The International
Astronomical Union begitu menghargai karyanya pada Planetary Nebula yang
merupakan sebuah langkah maju yang besar dalam ilmu pengetahuan. Ia
juga menerima penghargaan tertinggi untuk kepeloporan kerjanya dalam
model iklim.
Prof. Mezak juga bekerja sebagai
Direktur Biro Meteorologi Bahasa Indonesia, Klimatologi dan Geofisika.
Selain itu ia juga peneliti dalam Biro Penerbangan dan Antariksa
Nasional.
Pada tahun 1988 Universitas Kerajaan
Belanda di Groningen, Rijksuniversiteit te Groningen membolehkan Mezak
untuk menempuh ujian doktoral (magister). Pada Juni 1991 Mezak Ratag
memperoleh gelar doktor (summos honoris) dengan disertasi yang berjudul
“A Study of Galactic Bulge Planetary Nebulae”.
Mezak telah mempublikasikan lebih dari
100 karya ilmiah nasional dan internasional. Ratusan Planetary Nebulae
(PN) baru telah ditemukannya. Temuan PN tersebut diterbitkan oleh
Observatorium Strasbourg. Lebih dari 100 international citations tentang
karya-karya ilmiahnya dapat dijumpai dalam berbagai jurnal, buku, dan
prosiding internasional.
2. Josaphat T.S Sumantyo, Penemu Radar 3 Dimensi
Dengan
totalitas dan dedikasinya di bidang antena, sensor, dan radar, membuat
Josh meraih berbagai penghargaan dari Chiba University, antara lain dari
Nanohana Venture Competition Award, Nanohana Competition Award hingga
Chiba University President Award.
Josh juga pernah meraih penghargaan The Society of Instrument and Control Engineers (SICE) Remote Sensing Division Award. Anggota dari Society of Instrument and Control Engineers (SICE)
sendiri adalah lembaga-lembaga besar seperti JAXA (lembaga antariksa
Jepang), NICT (Institut Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi
Jepang), NIES (Institut Nasional Studi Lingkungan), ISAS (Institut Ilmu
Pengetahuan Antariksa dan Astronotikal), universitas-universitas, serta
perusahaan-perusahaan besar perlengkapan antariksa Jepang mulai dari
Mitsubishi, Toshiba, dan NEC.
Ratusan paten milik Josh tersebar di 118
negara di dunia. Karya Josh di masa depan akan diaplikasikan di bidang
telekomunikasi, transportasi, penginderaan jarak jauh, kesehatan maupun
militer. 1200 unit Radar cuaca buatan Josh akan digunakan oleh
perusahaan Jepang Weathernews Corporation untuk mengirimkan informasi
prediksi cuaca 3 Dimensi. Informasi ini nantinya juga digunakan untuk
navigasi pesawat, kapal (alat transportasi massa) dengan lebih akurat.
Josh juga membuat radar anti bajak laut bagi kapal-kapal skala besar
Jepang, maupun radar-radar untuk mobil yang melewati daerah bersalju.
Riset Josh yang sangat bermanfaat dengan
kebutuhan Indonesia antara lain di bidang pemantauan pergerakan lempeng
serta pemantauan musibah dan manajemen bencana berbasis penginderaan
jarak jauh. Riset ini dapat digunakan memonitor pergerakan permukaan
bumi dengan akurasi milimeter, memonitor pergeseran permukaan bumi
sebelum tanah longsor terjadi, atau pergerakan sesar atau patahan.
Namun sayangnya, bukan Indonesia yang
memanfaatkan riset Josh, justru negeri Jiran lah yang menikmati hasil
penelitian ini. Riset ini kemudian menjadi salah satu bantuan teknologi
pemerintah Jepang kepada pemerintah Malaysia untuk memetakan
daerah-daerah rawan tanah longsor di Semanjung Malaysia yang proyeknya
akan dilaksanakan selama tahun 2011-2016, melalui program Official
Development Assistance (ODA).
3. Dr. Johny Setiawan, Penemu Planet Baru HIP 13044b
Dr.
Johny Setiawan merupakan lulusan doktor termuda di Albert-Ludwigs
Universitas, Greiburg, Jerman. Ia adalah satu-satunya ilmuwan non Jerman
yang menjadi Ketua Tim Proyek Max Planck Institute for Astronomy, di Heidelberg, Baden-Württemberg, Jerman sejak tahun 2003.
Profesinya sebagai seorang astronom
menuntutnya untuk sering melakukan kegiatan pengamatan dari ketinggian
2400 M di tengah gurun terpencil bersuhu ekstrim, di Observatorium La
Silla Chile, yang merupakan salah satu observatorium terbesar dunia di
belahan bumi bagian selatan.
Hasil temuannya yang menakjubkan
mendapatkan apresiasi dari para ilmuwan setempat. Terlebih saat ia
berhasil menemukan planet baru dari luar tata surya (exoplanet)
baru-baru ini. Yang lebih menimbulkan decak kagum terhadapnya adalah
karena ia telah banyak menemukan planet, mulai dari planet bernama HD
47536 b, HD 11977 b, HD 47536 c, HD 70573 b, HD 110014 b, hingga TW
Hydrae b. Ia juga mempublikasikan bahwa planet tersebut tak hanya
berasal dari luar sistem tata surya, tapi diperkirakan berasal dari luar
galaksi Bima Sakti. Planet itu diberi nama HIP 13044 b. Planet yang
jaraknya 2000 tahun cahaya dari bumi itu, masih bertahan hidup dan
diperkirakan yang masih tersisa dari fosil galaksi lain yang telah
punah, yakni fosil galaksi Helmi Stream, yang tersedot ke galaksi Bima
Sakti antara 6-9 miliar tahun lalu, dan berada di sebelah selatan
konstelasi Fornax.
Dr. Johny dan timnya berhasil menemukan
planet ini dengan menggunakan spektografi beresolusi tinggi FEROS, pada
teleskop MPG/ ESO yang bergaris tengah 2.2 m di observatorium La Silla
Chile. Dengan mengamati pergerakan radial bintang HIP 13044,
diperkirakan planet HIP 13044 b mengitari bintang induknya itu dengan
periode orbit 16,2 hari.
Nama Dr. Johny begitu terkenal di negeri
orang untuk bidang astronomi internasional. Mulai dari Time, New York
Times, BBC, National Geographic, atau Space.com. Penemuan Johny juga
telah dipublikasikan di Science, Nature, maupun Astronomy and
Astrophysics.
4. Dr. Warsito, Penemu Alat Pemindai (ECVT) 4 Dimensi
Dr. Warsito adalah seorang penemu yang mengembangkan teknologi pemindai atau Electrical Capacitance Volume Tomography (ECVT)
4 Dimensi pertama di dunia. Ilmuwan muslim dari Indonesia ini juga
sebagai pemilik paten ECVT yang didaftarkan di dokumen paten Amerika
Serikat. Teknologi tersebut kini dipakai oleh Badan Antariksa Amerika
Serikat atau National Aeronautics and Space Administration (NASA).
ECVT adalah satu-satunya teknologi yang mampu melakukan pemindaian dari
dalam dinding ke luar dinding seperti pada pesawat ulang-alik.
Teknologi ECVT ini ditemukan saat
Warsito melakukan studi akhir ketika menjadi mahasiswa S1 di Fakultas
Teknik Jurusan Teknik Kimia, Universitas Shizuoka, Jepang, tahun 1991.
Ketika itu Warsito ingin membuat teknologi yang mampu melihat atau
tembus dinding reaktor yang terbuat dari baja atau obyek yang opaque
(tak tembus cahaya).
Semasa sekolah Warsito yang kelahiran
Solo, 16 Mei 1967 ini merupakan siswa cemerlang. Ia pindah ke Yogyakarta
setelah diterima sebagai mahasiswa Teknik Kimia UGM. Namun karena
terbentur biaya ia gagal melanjutkan kuliahnya. Kemudian ia merantau ke
Jakarta dan mendapat beasiswa di Universitas Shizuoka, Jepang, 1987.
Tahun 1997 ia meraih gelar tertinggi akademik (S3). Pada 1999 Warsito
hijrah ke Amerika Serikat. Dengan riset tomografi yang dimilikinya,
Warsito menjadi satu dari 15 peneliti papan atas dunia di Industrial
Research Consortium, Ohio State University. Riset tersebut menjadi acuan
sejumlah perusahaan minyak raksasa di dunia seperti ExxonMobil, Conoco
Phillips, dan Shell.
Warsito
dipercaya menjadi pembicara utama dalam sejumlah forum ilmuwan dunia.
Momen yang tak terlupakan baginya adalah ketika ia mempresentasikan sesi
paripurna (plenary lecture) di Konferensi Internasional tentang Reactor
Engineering di Delft, Belanda pada tahun 1999. Sesi paripurna tersebut
merupakan konferensi besar yang dihadiri pakar dan professor dari
seluruh dunia. Ia merasa bahwa tak ada penghargaan yang lebih besar dari
itu dalam hidupnya.
Tahun 2003 - 2006 ia wara wiri Amerika -
Indonesia. Kemudian ia memutuskan kembali ke Indonesia. Ia
mengembangkan teknologi ECVT di Center for Tomography Research
Laboratory (CTECH Labs) yaitu sebuah laboratorium pada ruang berukuran 5
x 8 meter di sebuah ruko berlantai dua di Tangerang. Cita-cita Warsito
ingin membangun institusi riset yang tidak kalah dengan institusi riset
mana pun di dunia, dan itu adalah di Indonesia.
5. Dr. Eng. Eniya Listiani Dewi, Penemu Membran Sel Bahan Bakar
Dr.
Eng. Eniya Listiani Dewi, seorang peneliti madya pada Pusat Teknologi
Material, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). Doctor of
Engineering lulusan dari Waseda University Tokyo Jepang ini memilih
bidang Kimia Terapan, dan mendalami studi tentang polimer dan katalis
untuk fuel cell. Pada tahun 2003 ia mendapat penghargaan Mizuno Award,
dan Koukenkai Award dari universitasnya berkat hasil temuannya berupa
katalis fuel cell baru yang menggunakan unsur Vanadium.
Fuel cell adalah sel elektrokimia
semacam baterai atau aki, yang dapat mengkonversi sumber bahan bakar
(bisa berupa hidrogen atau hidrokarbon) menjadi listrik arus searah
(DC). Fuel cell bisa digunakan menyuplai listrik rumah tangga, mobil,
motor, dan lain-lain. Hasil temuan Dr. Eniya Dewi yang mutahir adalah
sebuah produk membran polimer untuk fuel cell yang lebih efisien dari
membran yang tersedia di pasaran. Produk membran itu dia namakan
ThamriON. Produk itu memiliki efisiensi lebih baik, karena mampu
mengurangi kebocoran hingga 50%. Dari sisi harga, ThamriON jauh lebih
bersaing. Bila membran Nafion keluaran DuPont dijual sekitar US$.1,000
atau sekitar Rp.9 juta per meter persegi, ThamriOn hanya seharga Rp.2000
per meter persegi. Nama ThamriON sendiri merupakan gabungan dari kata
‘Thamrin’ dan ‘Ion’, dipilih untuk mengabadikan alamat kantor Dewi,
Gedung BPPT yang terletak di Jl. MH Thamrin Jakarta Pusat.
Pada tahun 2009 metode penambahan
nanopartikel itu berhasil meraih penghargaan Asia Excellence Award dari
The Society of Polymer Science Japan (SPSJ). Tahun berikutnya, ThamriON
dipatenkan dan berhasil meraih penghargaan Inovasi HKI 2010 Award dari
Direktorat Jendral HKI.
6. Prof. Dr. Khoirul Anwar, Penemu sistem telekomunikasi 4G berbasis OFDM (Orthogonal Frequency Division Multiplexing).
Prof. Dr. Khoirul Anwar pemilik paten di Jepang atas sistem telekomunikasi 4G berbasis OFDM (Orthogonal Frequency Division Multiplexing) yang kini bekerja di Nara Institute of Science and Technology,
Jepang. Dia mengurangi daya transmisi pada orthogonal frequency
division multiplexing. Hasilnya, kecepatan data yang dikirim bukan
menurun seperti lazimnya, melainkan malah meningkat. Hasil penelitiannya
tersebut mampu menurunkan power sampai 5dB=100 ribu kali lebih kecil
dari yang diperlukan sebelumnya.
Tahun 2006 ia juga menemukan cara
mengurangi daya transmisi pada sistem multicarrier seperti Orthogonal
frequency-division multiplexing (OFDM) dan Multi-carrier code division
multiple access (MC-CDMA), yaitu dengan memperkenalkan spreading code
menggunakan Fast Fourier Transform sehingga kompleksitasnya menjadi
sangat rendah sehingga bisa mengurangi fluktuasi daya. Teknik ini
kemudian dipakai oleh perusahaan satelit Jepang.
Saat ini, Prof. Khoirul tinggal bersama
isteri dan 3 putranya di Nomi, Ishikawa. Ke-3 anaknya memenuhi formula
deret aritmatika dengan beda 1.5 tahun. Sukses di negeri orang tak
membuatnya lupa dengan tanah kelahiran. Suatu saat ia akan pulang ke
Indonesia setelah meraih banyak ilmu di luar negeri.
7. Dr. Yogi Ahmad Erlangga, Penemu rumus matematika berdasarkan persamaan Herlmholtz guna pencarian sumber minyak bumi.
Yogi
Ahmad Erlangga seorang ilmuwan muda Indonesia meraih gelar doktor dari
Universitas Teknologi Delft, Belanda pada usia yang terbilang muda, 31
tahun. Dia sangat mencintai matematika. Di negeri kincir angin itu, dia
dinobatkan sebagai doktor matematika terapan. Dan matematika itulah yang
melambungkan Yogi Erlangga ke perusahaan minyak raksasa dunia. Rumus
matematika yang dikembangkannya membuat ribuan insinyur minyak bisa
bekerja cepat. Akurasi tinggi.
Yogi berhasil memecahkan rumus
matematika berdasarkan “Persamaan Helmholtz”. Keberhasilan Yogi tersebut
merupakan tonggak penting bagi ilmu pengetahuan dan pengembangan
teknologi. Hasil temuannya dapat diterapkan dalam sejumlah bidang. Salah
satunya untuk mempercepat pencarian sumber-sumber minyak bumi. Ia mampu
memecahkan Persamaan Helmholtz yang rumit, setelah mendalaminya selama 4
tahun.
Dengan riset yang menghabiskan dana
hampir Rp. 6 milyar itu, ia berhasil mengembangkan metode perhitungan
lebih cepat. Penelitian Yogi adalah murni Matematika. Dia berhasil
mengembangkan suatu metode kalkulasi, yang memungkinkan sistem komputer
untuk menyelesaikan ekuasi krusial secara lebih cepat. Padahal,
persamaan krusial itu sulit diatasi oleh sistem komputer yang dipakai
perusahaan-perusahaan minyak. Penelitian Yogi itu didasarkan pada
“Ekuasi Helhmholtz”.
Menurut Yogi, Shell selama ini harus
menggunakan rumus Helmholtz berkali-kali. Bahkan, kadang-kadang harus
ribuan kali untuk survei hanya di satu daerah saja. Itu sangat mahal
dari sisi biaya, waktu dan hardware. Yogi punya persamaan matematika
dalam bentuk diferensial. Yang dilakukan Yogi untuk memecahkan rumus
Helmholtz itu adalah mengubah persamaan ini menjadi persamaan linear
aljabar biasa. Begitu didapatkan, maka ia pecahkan dengan metode direct
atau literasi.
Rumus matematika temuan Yogi itu juga
dipakai untuk teknologi keping Blue-Ray. Keping itu bisa memuat data
komputer dalam jumlah yang jauh lebih besar. Rumus itu juga mempermudah
cara kerja radar di dunia penerbangan.
8. Ir. R. Mulyoto Pangestu, Penemu Teknis Ekonomis Pembekuan Sperma Hewan.
Ir.
R. Mulyoto Pangestu, Dip. Agr. Sc, Dosen Fisiologi Reproduksi dan
Inseminasi Buatan Fakultas Peternakan UNSOED Purwokerto berhasil
menemukan metode pengeringan dan penyimpanan sperma yang sangat berguna
bagi para ilmuwan dan dokter di negara berkembang yang kekurangan biaya
untuk mengadakan peralatan pendingin. Peralatan cold storage untuk
menyimpan bahan organis biasanya membutuhkan nitrogen cair sebagai bahan
pendingin (coolant). Selain tangkinya mahal dan makan tempat, nitrogen
cair sangat berbahaya. Agar tetap cair, nitrogen jenis ini harus
disimpan di bawah suhu minus 196 derajat Celcius.
Hasil temuan Mulyoto justru merupakan
cara untuk mengeringkan dan menyimpan sperma dalam suhu ruangan karena
ia memakai jasa gas nitrogen. Yang luar biasa temuan Mulyoto ini
mengalahkan ratusan pesaingnya dari berbagai negara Asia Pasifik. Bahan
yang dipakainya sangat murah hanya sekitar Rp 2.500,-. Bahan yang
dipakai adalah 2 lapis tabung plastik mini (ukuran 0,250 ml dan 0,500
ml) yang disegel dengan panas (heat-sealed), kemudian dibungkus lagi
dengan aluminium foil. Sperma yang telah dikeringkan di penyimpanan
dalam suhu ruang, dapat bertahan bertahun-tahun dalam kondisi prima.
Sperma itu dapat dipakai untuk fertiliasi (pembuahan buatan) berikutnya.
Atas hasil penemuan itu Mulyoto meraih penghargaan tertinggi (Gold Award) dalam kompetisi Young Inventors Awards, yang diadakan majalah The Far Eastern Economic Review (FEER) dan Hewlett-Packard Asia Pasifik.
Mulyoto tidak mencoba metodenya itu
untuk sperma manusia karena ethics permit yang dimilikinya hanyalah
untuk hewan. Sperma yang sudah dikeringkan berasal dari mencit (mice),
marmoset (sejenis kera), dan juga wombat (binatang asli Australia).
Menurut Mulyoto, yang sudah digunakan untuk pembuahan adalah sperma
mencit dan marmoset yang mampu membentuk embrio. Bahkan mencit sudah
berhasil melahirkan anak mencit.
Temuan Mulyoto tersebut saat ini sedang
dalam proses dipatenkan di Australia. Paten temuan Mulyoto ini nantinya
menjadi milik Universitas Monash, namun namanya akan tercatat sebagai
inventornya.
Kiprah para ilmuwan
Indonesia ini di negeri orang sungguh sangat mengagumkan dengan
mendapatkan begitu banyak penghargaan. Seharusnya orang-orang hebat
seperti mereka mendapatkan apresiasi di negeri sendiri karena dengan
kecerdasan mereka lah nama Indonesia menjadi harum dan diperhitungkan di
dunia Internasional.
Masih banyak ilmuwan Indonesia yang saat
ini menuntut ilmu dan berkarir di berbagai negara di belahan dunia.
Mereka cenderung lebih memilih untuk menjalani kehidupan dengan profesi
mereka saat ini sebagai ilmuwan. Beragam alasan mereka untuk tidak
kembali ke tanah air, salah satunya adalah peran dan keahlian ilmuwan
sangat dihargai di sana. Selain itu kurangnya kesadaran perusahaan di
Indonesia untuk berkolaborasi dengan universitas atau lembaga penelitian
untuk menunjang riset mereka. Hebatnya di negara lain juga menyediakan
dana riset besar, akses buku dan jurnal penting, serta fasilitas riset
yang kondusif untuk inovasi riset dan teknologi. Semoga Indonesia bisa
belajar menghargai peran seorang ilmuwan seperti halnya negara lain
menghargai kecerdasan ilmuwan sekalipun mereka bukan warganegaranya.
No comments:
Post a Comment