Tak banyak tahu bila kemerdekaan bangsa ini atas pengorbanan dan
jerih payah para ulama kita. Mereka tidak hanya berjuang melawan
penjajah secara fisik, tapi juga harta benda. Tak hanya itu mereka pula
yang menyusun dan merancang konsep kemerdekaan Negara ini.
Untuk mengetahui lebih jauh, eramuslim menemui sejarawan Mansur Suyanegara. Inilah kutipannya:
Kolonialisme seolah tak pernah berhenti di negara-negara Islam, termasuk di Indonesia. Bagaiamana Anda melihat hal ini?
Perjuangan nasionalisme menentang penjajah itu tokohnya adalah ulama dan santri. Sehingga, Thomas S. Raffles, dalam bukunya The History of Java,
di situ menjelaskan ulama itu tidak melakukan kerjasama dengan sultan.
Bahkan tidak mungkin kaki tangan penjajah aman di Indonesia, kendati
jumlah ulama dan santri hanya sepersembilan belas dari populasi penduduk
di Jawa pada waktu itu. Jadi, adanya penjajahan itu dimulai 1494, dari
Paus Alexander ke VI. Paus inilah yang memberikan kewenangan kepada
kerajaan Katholik Portugis untuk menguasai belahan dunia timur, dan
kerajaan Katholik Spanyol menguasai belahan Barat. Lalu sampailah ke
Indonesia orang-orang Portugis itu pada tahun 1511 dengan menguasai
Malaka.
Dari mana kaum penjajah menguasai wilayah Islam?
Sejak itulah ada serangan dari kesultanan Demak terhadap Malaka.
Kenapa menyerang Malaka? Karena kuatnya Islam itu tergantung pada
penguasaan pasar dan pengusaan maritim. Karena Nabi sendiri, sejak umur
delapan tahun sebelum diangkat sampai menjadi Nabi seorang wirausahawan.
Di dalam Al-Qur’an sendiri banyak ayat yang berbicara tentang
perniagaan dan maritim. Di dalam Al-Qur’an ada 40 ayat yang berbicara
tentang maritim. Inilah yang tidak dikuasai para ahli sejarah pada
umumnya.
Mereka sering menggambarkan Rasulullah hanya dengan padang pasir dan
onta. Tidak ada orientasi pada kelautan. Padahal, Islam itu kuat karena
menguasai laut. Dan jazirah Arabia itu sendiri berarti wilayah yang
dikelilingi laut. Karena kita dikuasai sejarah Barat, informasi kelautan
itu hanya dimiliki Inggris.
Jadi mereka memakai metode Nabi Saw?
Inggris itu meniru Islam. Maka saya angkat kembali bagaimana kita
sebagai bangsa Indonesia yang mempunyai laut terbesar di dunia, tidak
ada negara yang punya laut seluas Indonesia, maka kalau perhatian pada
lautnya kurang, kita tidak tahu informasi sejarah Rasulullah menguasai
dunia.
Bukankah Indonesia dulu juga diperjuangkan para ulama kita?
Setelah Indonesia ini merdeka, ada dua kekuatan yang disepelekan
masyarakat. Setelah perang selesai, ada dua kekuatan, yaitu ulama dan
militer yang tidak dianggap berperan dalam menegakkan NKRI. Padahal
ulama dan militer adalah satu kesatuan. Karena PETA, pasukan bentukan
Jepang, sewaktu mengikuti Indonesia, yang terdiri atas 68 batalyonnya,
semuanya ulama. Jadi pada masa Jepang ulama diberi kesempatan untuk
memimpin organisasi kesenjataan (kemiliteran). Maka umat Islam mempunyai
kekuatan yang dahsyat. Saya katakan dahsyat, karena di kalangan NU
diberi kewenangan untuk membina 50 batalyon Hizbullah. Anda bisa
bayangkan ketika Proklamsi kekuatan militer dari Islam itu luar biasa
besarnya. Bung Karno sendiri ketika pidato Proklamasi tanggal 9 Ramadhan
1364 H/ 17 Agustus 1945, kalau tanpa dukungan ulama tidak akan berani.
Kenapa begitu?
Karena tanggal 6 dan 9 Agustus ada dua bom yang dijatuhkan AS di
Hiroshima dan Nagasaki. Tidak ada bangsa yang bisa menghancurkan bangsa,
yang sampai flora dan faunanya hancur mati, kecuali hanya AS. Itulah
kenapa Yahudi dianggap kejam. Padahal tidak pernah flora dan fauna
Yahudi yang dihancurkan. Tapi kalau AS, orang yang sedang sakit sampai
rumah sakitnya dihancurkan. Dalam kondisi demikian Jepang, tanggal 14
Agustus, bertekuk lutut. Lha kenapa Indonesia berani memproklamirkan
kemerdekaannya tanggal 17? Itu karena Bung Karno didukung oleh ulama.
Misalnya siapa dari ulama itu?
Umpamanya Syekh Musa, itu ulama dari Sukanegara, Cianjur Selatan.
Lalu dari Bandung ada Drs. Sosrokartono, kakaknya RA. Kartini. Lalu ada
Abdul Mukti dari Muhammadiyah, dan dari NU KH. Hasyim Asy’ari. Mereka
inilah yang memberi tahu bahwa Jepang tidak akan mengganggu Indonesia
lagi. Dan Hasyim Asy’ari waktu juga bilang bahwa presiden pertamanya
adalan Bung Karno, dan itu disetujui angkatan laut Jepang.
Bisa dijelaskan lebih lanjut?
Jadi ketika tanggal 10 Ramadhan tau 18 Agustus, Pancasila yang
merumuskan itu tiga orang. Yakni, KH Wahid Hasyim dari NU, Ki Bagus Hadi
Kusumo dari Muhammadiyah, dan Kasman Singodimedjo, juga dari
Muhammadiyah. Mereka itulah yang membuat kesimpulan Pancasila itu
sebagai ideologi, UUD 45 sebagai konstitusi. Kalau tidak ada mereka,
BPUPKI tidak akan mampu, walaupun diketuai oleh Bung Karno sendiri. Dari
situ pula Bung Karno diangkat jadi presiden, dan Bung Hatta sebagai
wakil presiden. Jadi negara ini yang memberi kesempatan proklamasi
seperti itu adalah ulama.
Dan ketika ada gerakan separatis APRA (Angkatan Perang Ratu Adil),
KNIL, RMS (Republik Maluku Selatan), lalu dibuat negara kesatuan. Itu
atas perjuangan dan usaha M. Natsir dari Masyumi dan Persatuan Islam.
Jadi kita bisa melihat sumbangan ulama itu sangat besar.
Sekarang ini ulama dilupakan?
No comments:
Post a Comment