BANDA ACEH, KOMPAS.com - Gema suara Tambo (bedug khas
aceh) menggema menandai dibukanya Pekan Kebudayaan Aceh ke VI, yang
dilakukan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, di Taman Ratu
Safiatuddin, Jumat (20/9/2013).
Pembukaan PKA VI ini juga
diiringi pemukulan rapai pasee, sebuah alat pukul sejenis rebana dengan
ukuran raksana yang merupakan alat tabuh tradisional Aceh yang berasal
dari kawasan pesisir utara Aceh.
Dalam sambutannya, Presiden SBY
mengingatkan bahwa Aceh memiliki banyak peninggalan sejarah, mulai dari
dari sejarah kedaerahan hingga peninggalan tsunami yang bisa mengundang
wisatawan ke Aceh.
"Kebudayaan Aceh kini bukan hanya milik
orang Aceh, tapi juga milik bangsa Indonesia," kata SBY dalam sambutan
pembukaannya, Jumat (20/9/2013).
SBY juga menyatakan bahwa adat
serta kebudayaan Aceh memiliki 3 dimensi yang mencerminkan kehidupan
masyarakat Aceh, yakni dimensi mental simbolik, yang menggambarkan
kekhasan masyarakat Aceh dengan tata kehidupan sejak dulu hingga kini.
Kedua, dimensi sosial, dimana dimensi ini menggambarkan interaksi
masyarakat Aceh yang dinamis, dan ketiga, dimensi material, yang
mencerminkan khazanah Aceh yang sangat beragam.
“Dengan mengusung nilai tamaddun
dan nilai kebudayaan yang tinggi, mari membangun Aceh secara
bersama-sama demi kemajuan Aceh dan masyarakatnya,” ujar presiden.
Selain
itu, dalam pidatonya, Presiden SBY juga menyatakan sudah memenuhi dan
akan terus merespons beberapa hal yang diajukan Gubernur Aceh untuk
ditingkatkan kualitasnya, seperti perubahan status beberapa universitas
swasta menjadi negeri; pembangunan sejumlah rumah sakit rujukan di
kabupaten/kota dan; pembangunan rumah layak huni bagi kaum duafa dan
korban konflik.
“Sebagian usulan itu sudah direspons dengan
baik, dan sebagian lagi masih dalam proses, termasuk pembahasan beberapa
persoalan Aceh yang terkait dengan undang-undang pemerintahan Aceh,”
jelasnya.
Seusai membuka kegiatan Pekan Kebudayaan Aceh VI,
Presiden juga menyempatkan diri untuk berkunjung ke sejumlah stan
pameran dari kabupaten/kota dan menanam pohon Nagkadak, yang merupakan
pohon hasil perkawinan nangka dan cempedak.
Sementara itu,
Gubernur Aceh Zaini Abdullah mengatakan, perhelatan Pekan Kebudayaan
Aceh, bukan sekadar perhelatan yang menampilkan aneka budaya dari
seluruh daerah yang ada, melainkan juga merupakan refleksi dari
perkembangan pembangunan Aceh yang sudah dijalankan selama ini.
“Di
arena ini kita juga dapat melihat sebenarnya sudah sejauhmana
pembangunan berlangsung dan dinikmati oleh semua masyarakat Aceh,
sehingga ini juga menjadi evaluasi bagi pemerintah,” jelas Gubernur
Zaini. Pekan Kebudayaan Aceh sendiri sudah dilaksanakan sejak tahun
1958. Pagelaran PKA ini sendiri bertujuan untuk menggiatkan wisata di
Provinsi Aceh
No comments:
Post a Comment