Keberhasilan Indonesia melewati capaian negara lain akan
mengangkat harga diri negara dan bangsa. Capaian positif menjadi pemicu
semangat anak bangsa untuk bekerja lebih baik lagi ke depan. Jika semua
pihak mendukung, dalam 10-15 tahun ke depan, Indonesia bisa menjadi
Negara yang sangat diperhitungkan di percaturan ekonomi global.
Menteri
Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan seringkali mengatakan,
Indonesia tidak kalah dari negara lain dalam sektor ekonomi. Dahlan
beralasan, hal ini dilakukan untuk menumbuhkan kebanggaan akan negara
Indonesia atau biasa disebut nasionalisme. Keberhasilan Indonesia
melewati capaian negara lain, akan mengangkat harga diri negara dan
bangsa. Dia yakin, capaian positif menjadi pemicu semangat anak bangsa
untuk bekerja lebih baik lagi ke depan.
Dahlan memberikan gambaran,
di bidang sawit, Indonesia sudah bisa mengejar Malaysia. Garuda
Indonesia sudah mengalahkan Malaysia Airlines. Semen dan pupuk produksi
Tanah Air sudah jauh di depannya. Di bidang pelabuhan, Indonesia sedang
mengejar Malaysia dengan proyek PT Indonesia Port Corporation (Pelindo
II). Tidak puas di situ, Dahlan berambisi Indonesia juga bisa
mengalahkan negara dunia, tidak hanya tetangga dekat. Sektor apa saja
yang Dahlan banggakan sebagai senjata Indonesia untuk mengalahkan
capaian negara lain?
Perbankan
Di
hadapan 5.000 mahasiswa baru Universitas Indonesia, Menteri Badan Usaha
Milik Negara (BUMN) membanggakan kinerja ekonomi Indonesia yang
mengalahkan beberapa negara di Asia bahkan Eropa. Dahlan menceritakan
capaian kinerja sektor perbankan nasional, bank BUMN seperti BRI dan
Mandiri yang berhasil mencetak laba besar dan mengalahkan laba perbankan
di Eropa. "Kita membayangkan pertumbuhan Indonesia. Saat ini saja, kita
bisa terus tumbuh melampaui negara lain, misalnya pencapaian laba bank
BRI yang besar mengalahkan laba perbankan di Eropa," ungkap Dahlan
beberapa waktu lalu.
Dahlan mengatakan, perusahaan BUMN perbankan
sudah diakui secara skala Asia Tenggara yang memiliki laba bersih
tertinggi seperti Bank BRI memperoleh laba bersih sebesar Rp 18,5
triliun dan Bank Mandiri memperoleh laba sebesar Rp 14,5 triliun.
"Perbankan kita menjadi raja di ASEAN," kata Dahlan. Dengan demikian,
Dahlan mengingatkan kepada mahasiswa baru tersebut agar menjadi bagian
pertumbuhan Indonesia dalam 10 mendatang karena 10 tahun mendatang
Indonesia sudah menjadi negara maju.
Dahlan Iskan selama ini sangat
optimis dan percaya diri dengan kemampuan yang dimiliki Indonesia. Salah
satunya adalah kemampuan daya saing dan mengalahkan kawasan industri
Singapura.
Dahlan menyebutkan, kawasan industri Indonesia khususnya
Kawasan Berikat Nusantara (KBN) tidak akan kalah dengan kawasan industri
di Singapura. Dalam penilaian Dahlan, KBN telah melakukan perubahan
khususnya dalam pengelolaan wilayahnya. Dalam waktu yang tidak lama
lagi, KBN bisa jadi me-ngalahkan kawasan industri Singapura.
Menurutnya,
pembangunan rumah sakit khusus buruh akan menambah kualitas industri
Indonesia. Rumah sakit buruh secara tidak langsung menjadi stimulus bagi
produktivitas buruh. Sebab, kondisi kesehatan buruh akan lebih terjaga
dan akses untuk mendapat layanan kesehatan juga lebih mudah.
Pertumbuhan ekonomi
Perekonomian
Indonesia akan terus maju beberapa tahun ke depan. Menurut Dahlan,
tahun lalu saja Indonesia sudah mengalahkan Belanda. Dia memprediksi
tahun ini Indonesia akan mengalahkan perekonomian Spanyol. Dahlan
menjelaskan, untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, Indonesia harus
menghapus beberapa rintangan agar Indonesia maju. Salah satu di
antaranya adalah birokrasi. "Kita memerlukan ba-nyak penyesuaian.
Ekonomi kita akan besar. Kita harus menghapus hambatan di depan kita.
Pertama adalah birokrasi," jelasnya.
Indonesia akan maju selama 15
tahun ke depan. Menurut Dahlan, walaupun elit dan politisi Indonesia
tidak mau maju, Tanah Air akan terpaksa maju karena banyaknya desakan
masyarakat untuk maju. "Seandainya elit dan politisi tidak mau maju
karena mereka berkepentingan, biar mereka tetap merasa elit. (Jika)
politisi kita juga tidak mau maju, Indonesia tetap bisa maju. Indonesia
terpaksa maju," pungkas Dahlan.
Penerbangan
Maskapai
penerbangan nasional Garuda Indonesia bisa mengalahkan Singapore
Airlines. Namun ini bisa terjadi jika Garuda digabung menjadi satu
dengan PT Angkasa Pura I dan PT
Angkasa Pura II berbentuk holding.
"Kalau diizinkan oleh pemerintah, Garuda, PT Angkasa Pura I dan PT
Angkasa Pura II digabung itu akan lebih cepat mengalahkan Singapore
Airlines," ujar Dahlan.
Diakuinya, saat ini, Garuda masih sangat
sulit mengalahkan Singapore Airlines, karena perusahaan Singapore
Airlines digabung dengan Bandara Changi, Singapura. Bahkan, dalam
perusahaan tersebut sudah ada berbagai macam lini bisnis seperti bisnis
investasi dan bisnis properti. "Singapore Airlines itu perusahaannya
jadi satu sama bandaranya," jelas Dahlan.
Untuk bisa bersaing, kata
Dahlan, Garuda harus memiliki rute yang menghubungkan Singapura menuju
Jakarta tanpa transit. Dengan rute tersebut Garuda sudah unggul satu
poin. "Ya, walaupun Singapore Airlines tetap masih unggul tapi dengan
rute langsung Singapura menuju Jakarta, Garuda bisa menang. Ya, jangan
sampai 5-0 tapi 5-1," tegasnya.
Tidak hanya itu. Di udara, Indonesia
juga tengah masuk dalam ketatnya persaingan penerbangan internasional.
Dahlan menceritakan perkembangan dan pertumbuhan industri penerbangan
dalam negeri yang telah mengalahkan beberapa negara di Asia dan Eropa.
Dahlan menyebutkan, maskapai penerbangan pelat merah Garuda Indonesia
yang kini telah mengalahkan maskapai penerbangan Malaysia dan Thailand.
"Sekarang kita sudah mengalahkan Malaysia Airlines dan Thai Airways,"
ucapnya.
Migas
Pertamina
sudah menjadi lambang negara. Maka dari itu, Dahlan berambisi, BUMN
Pertamina untuk dapat mengalahkan Petronas milik Malaysia. Masalahnya,
menurut Dahlan, pemerintah masih belum bisa menemukan jalan untuk
Pertamina. Program-program Pertamina yang ada sekarang memang ambisius,
tapi baru akan bisa membuat Pertamina masuk ke jajaran perusahaan minyak
kelas regional. Masih jauh dari prestasi Petronas. Memang ada jalan
pintas. 'Jalan tol' itu milik perusahaan luar negeri yang akan habis
izinnya tahun 2017 nanti, yakni Blok Mahakam.
Dalam hitungan Dahlan,
seandainya Blok Mahakam kembali sepenuhnya ke negara, dan negara
menyerahkannya ke Pertamina, berapa laba Pertamina di tahun 2018? Dan
tahun-tahun berikutnya? Berdasarkan perhitungan pihak Pertamina, laba
yang akan diraup mencapai Rp 171 triliun. Saat ini, laba Pertamina baru
sekitar Rp 25 triliun. Meski laba ini tertinggi di antara BUMN Tanah
Air, namun masih jauh dibandingkan laba Petronas yang mencapai Rp 160
triliun.
Jadi jelas, sebenarnya Indonesia punya potensi yang sangat
besar untuk bisa bersaing di tatanan global. Namun, untuk mencapainya,
tentu saja, bukan perkara gampang. Selain aturan atau birokrasi
dipermudah, kerja keras dari semua elemen adalah suatu keniscayaan.
Jika tidak, kebangkitan ekonomi Indonesia , akan makin jauh panggang
dari api.
No comments:
Post a Comment