Monday, 7 October 2013

10 Tahun Lagi Indonesia Bisa Jadi Negara Maju

Keberhasilan Indonesia melewati capaian negara lain akan mengangkat harga diri negara dan bangsa. Capaian positif menjadi pemicu semangat anak bangsa untuk bekerja lebih baik lagi ke depan. Jika semua pihak mendukung, dalam 10-15 tahun ke depan, Indonesia bisa menjadi Negara yang sangat diperhitungkan di percaturan ekonomi global.
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan seringkali mengatakan, Indonesia tidak kalah dari negara lain dalam sektor ekonomi. Dahlan beralasan, hal ini dilakukan untuk menumbuhkan kebanggaan akan negara Indonesia atau biasa disebut nasionalisme. Keberhasilan Indonesia melewati capaian negara lain, akan mengangkat  harga diri negara dan bangsa. Dia yakin, capaian positif menjadi pemicu semangat anak bangsa untuk bekerja lebih baik lagi ke depan.
Dahlan memberikan gambaran, di bidang sawit, Indonesia sudah bisa mengejar Malaysia. Garuda Indonesia sudah mengalahkan Malaysia Airlines. Semen dan pupuk produksi Tanah Air sudah jauh di depannya. Di bidang pelabuhan, Indonesia sedang mengejar Malaysia dengan proyek PT Indonesia Port Corporation (Pelindo II). Tidak puas di situ, Dahlan berambisi Indonesia juga bisa mengalahkan negara dunia, tidak hanya tetangga dekat. Sektor apa saja yang Dahlan banggakan sebagai senjata Indonesia untuk mengalahkan capaian negara lain?

Perbankan

Di hadapan 5.000 mahasiswa baru Universitas Indonesia, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) membanggakan kinerja ekonomi Indonesia yang mengalahkan beberapa negara di Asia bahkan Eropa. Dahlan menceritakan capaian kinerja sektor perbankan nasional, bank BUMN seperti BRI dan Mandiri yang berhasil mencetak laba besar dan mengalahkan laba perbankan di Eropa. "Kita membayangkan pertumbuhan Indonesia. Saat ini saja, kita bisa terus tumbuh melampaui negara lain, misalnya pencapaian laba bank BRI yang besar mengalahkan laba perbankan di Eropa," ungkap Dahlan beberapa waktu lalu.
Dahlan mengatakan, perusahaan BUMN perbankan sudah diakui secara skala Asia Tenggara yang memiliki laba bersih tertinggi seperti Bank BRI memperoleh laba bersih sebesar Rp 18,5 triliun dan Bank Mandiri memperoleh laba sebesar Rp 14,5 triliun. "Perbankan kita menjadi raja di ASEAN," kata Dahlan. Dengan demikian, Dahlan mengingatkan kepada mahasiswa baru tersebut agar menjadi bagian pertumbuhan Indonesia dalam 10 mendatang karena 10 tahun mendatang Indonesia sudah menjadi negara maju.
Dahlan Iskan selama ini sangat optimis dan percaya diri dengan kemampuan yang dimiliki Indonesia. Salah satunya adalah kemampuan daya saing dan mengalahkan kawasan industri Singapura.
Dahlan menyebutkan, kawasan industri Indonesia khususnya Kawasan Berikat Nusantara (KBN) tidak akan kalah dengan kawasan industri di Singapura. Dalam penilaian Dahlan, KBN telah melakukan perubahan khususnya dalam pengelolaan wilayahnya. Dalam waktu yang tidak lama lagi, KBN bisa jadi me-ngalahkan kawasan industri Singapura.
Menurutnya, pembangunan rumah sakit khusus buruh akan menambah kualitas industri Indonesia. Rumah sakit buruh secara tidak langsung menjadi stimulus bagi produktivitas buruh. Sebab, kondisi kesehatan buruh akan lebih terjaga dan akses untuk mendapat layanan kesehatan juga lebih mudah.

Pertumbuhan ekonomi


Perekonomian Indonesia akan terus maju beberapa tahun ke depan. Menurut Dahlan, tahun lalu saja Indonesia sudah mengalahkan Belanda. Dia memprediksi tahun ini Indonesia akan mengalahkan perekonomian Spanyol. Dahlan menjelaskan, untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, Indonesia harus menghapus beberapa rintangan agar Indonesia maju. Salah satu di antaranya adalah birokrasi. "Kita memerlukan ba-nyak penyesuaian. Ekonomi kita akan besar. Kita harus menghapus hambatan di depan kita. Pertama adalah birokrasi," jelasnya.
Indonesia akan maju selama 15 tahun ke depan. Menurut Dahlan, walaupun elit dan politisi Indonesia tidak mau maju, Tanah Air akan terpaksa maju karena banyaknya desakan masyarakat untuk maju. "Seandainya elit dan politisi tidak mau maju karena mereka berkepentingan, biar mereka tetap merasa elit. (Jika) politisi kita juga tidak mau maju, Indonesia tetap bisa maju. Indonesia terpaksa maju," pungkas Dahlan.

Penerbangan

Maskapai penerbangan nasional Garuda Indonesia bisa mengalahkan Singapore Airlines. Namun ini bisa terjadi jika Garuda digabung menjadi satu dengan PT Angkasa Pura I dan PT
Angkasa Pura II berbentuk holding. "Kalau diizinkan oleh pemerintah, Garuda, PT Angkasa Pura I dan PT Angkasa Pura II digabung itu akan lebih cepat mengalahkan Singapore Airlines," ujar Dahlan.
Diakuinya, saat ini, Garuda masih sangat sulit mengalahkan Singapore Airlines, karena perusahaan Singapore Airlines digabung dengan Bandara Changi, Singapura. Bahkan, dalam perusahaan tersebut sudah ada berbagai macam lini bisnis seperti bisnis investasi dan bisnis properti. "Singapore Airlines itu perusahaannya jadi satu sama bandaranya," jelas Dahlan.
Untuk bisa bersaing, kata Dahlan, Garuda harus memiliki rute yang menghubungkan Singapura menuju Jakarta tanpa transit. Dengan rute tersebut Garuda sudah unggul satu poin. "Ya, walaupun Singapore Airlines tetap masih unggul tapi dengan rute langsung Singapura menuju Jakarta, Garuda bisa menang. Ya, jangan sampai 5-0 tapi 5-1," tegasnya.
Tidak hanya itu. Di udara, Indonesia juga tengah masuk dalam ketatnya persaingan penerbangan internasional. Dahlan menceritakan perkembangan dan pertumbuhan industri penerbangan dalam negeri yang telah mengalahkan beberapa negara di Asia dan Eropa. Dahlan menyebutkan, maskapai penerbangan pelat merah Garuda Indonesia yang kini telah mengalahkan maskapai penerbangan Malaysia dan Thailand. "Sekarang kita sudah mengalahkan Malaysia Airlines dan Thai Airways," ucapnya.

Migas

Pertamina sudah menjadi lambang negara. Maka dari itu, Dahlan berambisi, BUMN Pertamina untuk dapat mengalahkan Petronas milik Malaysia. Masalahnya, menurut Dahlan, pemerintah masih belum bisa menemukan jalan untuk Pertamina. Program-program Pertamina yang ada sekarang memang ambisius, tapi baru akan bisa membuat Pertamina masuk ke jajaran perusahaan minyak kelas regional. Masih jauh dari prestasi Petronas. Memang ada jalan pintas. 'Jalan tol' itu milik perusahaan luar negeri yang akan habis izinnya tahun 2017 nanti, yakni Blok Mahakam.
Dalam hitungan Dahlan, seandainya Blok Mahakam kembali sepenuhnya ke negara, dan negara menyerahkannya ke Pertamina, berapa laba Pertamina di tahun 2018? Dan tahun-tahun berikutnya? Berdasarkan perhitungan pihak Pertamina, laba yang akan diraup mencapai Rp 171 triliun. Saat ini, laba Pertamina baru sekitar Rp 25 triliun. Meski laba ini tertinggi di antara BUMN Tanah Air, namun masih jauh dibandingkan laba Petronas yang mencapai Rp 160 triliun.
Jadi jelas, sebenarnya Indonesia punya potensi  yang sangat besar untuk bisa bersaing di tatanan global. Namun, untuk mencapainya, tentu saja, bukan perkara gampang. Selain aturan atau birokrasi dipermudah,  kerja keras dari semua elemen adalah suatu keniscayaan. Jika tidak, kebangkitan ekonomi Indonesia , akan makin jauh panggang dari api.

No comments:

Post a Comment