Tuesday, 8 October 2013

SDM, Potensi Besar Indonesia untuk Jadi Negara Kaya

Potensi paling besar yang dimiliki bangsa Indonesia untuk menjadikannya negara kaya bukan Sumber Daya Alam (SDA), melainkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang mencapai 240 juta jiwa. Petani Indonesia yang berjumlah 35 juta jiwa bahkan bisa jadi kelompok masyarakat kaya yang dapat dibanggakan.
Para narasumber diskusi buku "2015 Kita Kaya 


Demikian salah satu impian pengusaha sukses, Ricky Sutanto yang diungkapkannya dalam diskusi dan bedah bukunya berjudul “2015 Kita Kaya No. 5”, Kamis (5/03) di Bale Rumawat Padjadjaran, Jl. Dipati Ukur 35 Bandung. Hadir dalam acara tersebut Dekan Fakultas Sastra Unpad, Prof. Dr. Dadang Suganda, M.Hum., Ketua Forum Komunikasi Kelompok Besar Siliwangi Esa Hilang Dua Terbilang, Mayjen (Purn.) KPA Drs. H. Herman Sarens Sudiro, artis Yessy Gusman, dan sejumlah guru besar Unpad.
Pemilik Blossom Group ini mengandaikan, apabila petani diberikan satu hektar tanah dan enam ribu bibit singkong dengan produksi 20 kg per pohon yang dijual Rp 2.000 per kg, maka setiap tahunnya petani akan menghasilkan Rp 240 juta per tahun atau Rp 20 juta per bulan. “Dengan jumlah petani sebanyak 35 juta itu berarti kita membutuhkan 35 juta hektar lahan perkebunan, sementara di Indonesia ada sekitar 50 juta hektar lahan kritis. Mengapa pemerintah kita tidak melihat potensi itu?” kata Ricky di hadapan 200 peserta yang terdiri dari dosen dan mahasiswa.
Pria yang lahir di Bandung 59 tahun lalu itu juga menyarankan untuk menghapuskan Upah Minimum Regional (UMR) dan menggantinya dengan Gaji Hidup Layak (GHL). Dengan begitu, lanjut Ricky, kesejahteraan masyarakat yang bekerja sebagai petani, nelayan, guru, pegawai negeri, TNI dan Polri, serta kaum buruh yang bekerja di swasta dapat tercapai.
Guru Besar Fakultas Ekonomi Unpad, Prof. Dr. Ina Primiana Sagir yang hadir sebagai pembahas mengaku sangat mengapresiasi buku tersebut. Secara umum, menurut Prof. Ina, buku yang ditulis sebelum terpilihnya presiden dan wakil presiden pada 2004 lalu seharusnya dapat menjadi sumber inspirasi bagi rencana pembangunan Indonesia ke depan. “Sayangnya, mungkin mereka berpikir bahwa ide yang diajukan penulis buku ini hanyalah mimpi belaka dan lebih tertarik mendengarkan pendapat pihak asing yang belum tentu berpihak pada kepentingan rakyat Indonesia,” kata Prof. Ina.
Sementara itu menurut Kepala Pusat Penelitian Kebijakan Publik dan Pengembangan Wilayah Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat (LPPM) Unpad, Dr. Dede Mariana, M.Si., buku tersebut dapat menjadi oase di tengah sikap pesimisme masyarakat yang semakin menumpuk. “Meski saat ini terkesan mimpi, namun di masa datang bisa saja mimpi itu benar-benar terjadi,” kata Dr. Dede.
Pakar politik ini juga mengritik ide yang dilontarkan Ricky, seperti legalisasi perjudian yang diimpikan terwujud di Pulau Galang. “Isu semacam ini pernah juga dilontarkan, namun gagal, karena selalu dilihat dari perspektif agama,” kata Dr. Dede.
Ia juga mengritik penggunaan kata “kita” dalam judul buku tersebut. Menurutnya, kata tersebut berarti mengandung nilai kedekekatan antara penulis dan pembaca buku. Namun, nilai tersebut tidak terdapat dalam isi buku itu. Tokoh Satrio yang diceritakan, lanjut Dr. Dede, adalah orang yang memiliki modal finansial dan jaringan yang cukup kuat, sehingga dapat tetap bertahan meski dihimpit krisis. “Kenyataannya banyak masyarakat Indonesia yang tidak memiliki kemampuan seperti tokoh di dalam buku ini,” ujar Dr. Dede.
Motivator Andri Maadsa yang juga tampil sebagai pembicara mengatakan, jika ingin menjadi seseorang yang sukses, tidak cukup hanya dengan kemauan, tetapi harus pula dibarengi dengan tekad dan komitmen. Kedua hal ini juga, menurut Presiden Direktur Andri Communication Consultant, tidak cukup menjadikan seseorang sukses. “Seseorang perlu mencintai kegagalan. Thomas Alfa Edison bahkan harus mengumpulkan 5.000 kegagalan untuk kemudian sukses menciptakan lampu pijar. Jadi, jangan pernah takuti kegagalan,” papar Andri.

No comments:

Post a Comment