Andaikan
waktu itu PSSI dalam keadaan baik baik saja, diurus dengan tanpa
mengundang kontroversi, hingga puncaknya Nurdin Halid dilengserkan oleh
masyarakat Sepakbola dengan cara yang tidak biasa.
Melalui
lika liku aneh yang menghiasi perubahan kepengurusan PSSI, maka pada
tahun 2009 terbentuklah PSSI yang dikomandani oleh Djohar Arifin, dengan
segala kekurangan dan kenaifannya dalam menjalankan roda Organisasi
yang juga tidak kalah amburadulnya.
Namun
masih ada hal yang positip yang dihasilkan, hingga kini kita memperoleh
manfaatnya, ketika pencanangan pembinaan Usia dini adalah merupakan
terobosan yang sangat baik dan menghapus seluruh program PSSI yang
sebelumnya.
Terutama
pembinaan Usia muda yang didasarkan kepada pembinaan secara Instan,
dengan proyek SAD yang penuh dengan birokrasi yang menghasilkan
kegagalan program, dan juga merekrut pemain langsung jadi dengan system
Naturalisasi.
SyStem
Instan ini yang sangat menyentuh hati nurani seluruh rakyat Indonesia,
yang berjumlah hampir 250 Juta manusia, seolah menafikan bakat dan
tumbuhnya manusia dan pemuda Indonesia yang ada, hanya memilih 11 orang
terbaik diantara begitu banyak pemuda, kenapa mesti frustasi dan memilih
mencari pemain yang sudah jadi, bahkan walau dengan Naturalisasi.
Muncullah
seorang pelatih yang memiliki pandangan keras dan meyakini banyaknya
talenta muda yang tersebar dan selama ini tak tersentuh oleh PSSI,
dialah seorang pelatih yang berhati singa, tanpa rasa takut membeberkan
dan menegaskan system kepelatihan untuk pembinaan Usia muda dengan
system recruiting langsung ke daerah2,
Keyakinannya
yang Anti terhadap proses instan termasuk Naturalisasi, jelas memiliki
tempat yang berseberangan dengan pengurus PSSI masa itu, yang dengan
tergantikan oleh Rezinm baru Djohar Arifin, maka didapuklah dirinya
untuk segera mengimplementasikan semua apa yang di obsesikannya.
Dengan
resmi menyandang pelatih U17 maka dengan segala daya upaya di susunlah
program perburuan pemain ke seluruh Indonesia dengan membawa TimNas U17
kedaerah daerah dan melakukan pertandingan sekaligus talent scouting
secara langsung dalam pertandingan.
Dengan
system itulah terjaring begitu banyak Talenta muda yang berdiam di
pelosok tanah air yang jauh dari jangkauan dan transportasi,
keterasingan yang jelas menghalangi dan memupuskan harapan serta talenta
yang ada.
Ketakberdayaan
masyarakat di pelosok daerah, jelas adalah kendala utama yang harus
dicarikan jalan keluarnya, Indra Syafri dengan gigih terus mengupayakan
semua dcengan cara dan jalan yang direkayasa sendiri, mengingat
keterbatasan pengurus PSSI masa Djohar Arifin.
Tanpa
upaya yang dilakukan oleh Indra Syafri dengan dukungan PSSI masa itu,
mustahil seorang pemain kampung yang tidak pernah terdidik dalam
sepakbola, tak pernah melakukan latihan rutin, hanya sekedar main saat
pertandingan, dapat tersaring dan masuk kedalam skuad TimNas.
Yang
nota bene adalah para pemain dengan sarat talenta dan keahlian yang
mumpuni, hanya 23 orang dari beratus ribu pesepakbola di Indonesia.
Yabes
Roni Malaifani adalah talenta luar biasa yang terlahir sebagai pemain
sepakbola yang sangat berbakat karena kelahirannya, hanya bermain pada
saat pertandingan tanpa ada bimbingan pelatih dan kepelatihan yang
normal.
Yabes
Roni adalah Pemain Tarkam yang bermain dengan naluri, yang kemudian
terjaring sebagai salah satu pemain yang berpotensi luar biasa bagi
TimNas U19 kali ini,
Bahkan
Yabes adalah andalan yang merupakan jagoan dan harapan seorang pelatih
Indra Syafri, untuk bisa menorehkan prestasi dan menjadi penentu bagi
TimNas U19 dalam melakoni kejuaraan Piala Asia AFC Cup U19 2013.
Indra
mengaku mendapatkan pemain di posisi penyerang ini dari ujung timur
kepulauan Indonesia. “Yabes, dia anak Nusa Tenggara Timur lahir di Alor,
saya langsung menemuinya di Alor. Dia calon pemain besar di masa depan
dan akan jadi kartu truf kami di event AFC,” tutur Indra, kemarin.
Yabes
adalah salah satu dari begitu banyak Muncul para pemain muda berbakat
dengan talenta-talenta bagus dalam skuad U-19 membukakan mata insan
sepakbola Indonesia bahwa negeri ini sebenarnya memiliki banyak mutiara
terpendam di daerah-daerah pedalaman se-Nusantara.
Indra Sjafri
hanyalah satu dari sekian banyak pelatih kawakan di Indonesia yang
menemukan mutiara tersebut. Melalui metode blusukan ke daerah-daerah
terpencil, perjuangan Indra akhirnya berbuah manis.
Sejak
dipercaya melatih Timnas U-19, pria yang dulunya berprofesi sebagai
instruktur pelatih PSSI ini mengaku telah mengunjungi 34 daerah
pelosok-pelosok se-Indonesia untuk menemukan pemain untuk memperkuat
Garuda Jaya.
Maka
jangan heran jika skuad Garuda Jaya besutan Indra mayoritas berasal
dari klub antah-berantah yang mungkin belum terdengar sebelumnya. Karena
demi sesuatu hal, maka Yabes tak tercantum dalam skuad U-19 yang
menjuarai AFF di Sidoarjo lalu.
Namun
kali ini Indra Syafri tak bisa di tawar lagi, Yabes menjadi ujung
tombak andalan dan merupakan salah satu opsi penyerang Timnas U-19
selain Muchlis Hadi Ning Syaifullah, Muhammad Dimas Drajad, dan Angga
Febriyanto Putra
Inilah
juga yang membedakan Indra dengan pelatih timnas sebelumnya. Jika
pelatih timnas yang lain hanya mengandalkan para pemain yang tenar lewat
media atau berasal dari klub-klub besar, maka Indra terus mencari
sampai ke pelosok negeri untuk mendapatkan mutiara yang masih terpendam.
Menurut Pelatih tim nasional Indonesia U-19, Indra Sjafri
mengatakan Indonesia mempunyai pemain kunci pada babak kualifikasi
Piala Asia U-19 pada 2014. Pemain tersebut, yaitu Yabes Roni Malafani.
“Yabes
kelahiran Pulau Alor, Nusa Tenggara Timur. Dia terpilih dari hasil
internal gim. Kemampuan perkembangan dia luar biasa. Dia bisa menjadi
kartu truft pada babak kualifikasi Piala Asia,” ujar Indra saat
berbicara dalam konferensi pers di Hotel Sultan, Jakarta, Senin
(7/10/2013).
Yabes
Roni Malafani merupakan salah satu dari empat pemain baru yang
didaftarkan berlaga pada babak kualifikasi Piala Asia. Selain Roni,
ketiga pemain lainnya yaitu, Dio Permana, Awan Setho, dan Angga
Febrianto Putra.
Yabes
Roni Malaifani, bertekad memberikan kontribusi terbaik bagi Merah
Putih. Yabes dipilih oleh Pelatih untuk mengisi kekosongan Striker yang
kemarin waktu AFF terdapat kelemahan dalam finishing. Yabes masuk dalam
daftar skuad Timnas U-19 untuk laga Kualifikasi Piala Asia 2014.
Yabes
terpilih dalam skuad berisi 23 pemain itu lewat seleksi internal yang
dilakukan tim pelatih, Sabtu lalu. Sebelum bergabung di Timnas U-19,
Yabes bermain di liga antar kampung (tarkam) di Nusa Tenggara Timur
(NTT).
Setelah
bermain di tim antar kampung, Yabes memperkuat klub Persap Alor. “Saat
bermain di liga tarkam, tidak ada latihan. Di sana langsung bertanding,”
ujar Kabes mengenang awal karier sepakbolanya
Sebagai
seorang pemuda dan masih panjang karier sepakbolanya, Yabes menyadari
masih menyadari banyak hal yang harus dia perbaiki.
“Passing control
masih kurang, tapi saya tidak patah semangat untuk terus belajar,” kata
Yabes saat ditemui di Hotel Sultan. Walaupun hanya memiliki latar
belakang bermain dari tim kampung, Yabes mengaku tidak minder. “Saya
tidak takut walau bermain di level internasional,” ùjar Yabes.
Indra Sjafri, berharap Yabes mampu memberikan yang terbaik dan bisa membawa perbedaan buat tim. “Selama latihan dia menunjukkan perkembangan luar biasa. Semoga saja, dia menjadi kartu truf kami,” kata Indra.
Indra Sjafri, berharap Yabes mampu memberikan yang terbaik dan bisa membawa perbedaan buat tim. “Selama latihan dia menunjukkan perkembangan luar biasa. Semoga saja, dia menjadi kartu truf kami,” kata Indra.
Yabes Pemain Tarkam Bersayap Garuda.
.
Merdeka ! Merdeka ! Merdeka !
No comments:
Post a Comment