Dalam waktu kurang dari setahun, dua Perdana Menteri (PM) negara tetangga kita terguling dari kursi kekuasaan. Mereka adalah PM Papua Nugini Sir Michael Somare dan PM Vanuatu Sato Kilman.
Somare
terguling secara menyakitkan oleh penggantinya O’Neil ketika Somare (75
tahun) tengah menjalani perawatan kesehatan di Singapura Agustus tahun
lalu. Sedangkan Sato Kilman digulingkan oleh mantan Menteri Keuangannya
Moana Carcasses awal pekan ini, menyusul mosi tidak percaya dari
parlemen Vanuatu.
Yang
menarik, kedua tokoh yang terguling itu, adalah pendukung berat
ideologi Papua Merdeka. Dalam beberapa kesempatan, mereka tampil
terbuka mensponsori acara penggalangan solidaritas bagi kelompok
pendukung Papua merdeka di Papua Barat. Sementara para penggantinya
sekarang, tidak begitu besar memberikan perhatian kepada masalah Papua
merdeka.
Hal itu tampak dari pernyataan Deputi Perdana Menteri Vanuatu, Ham Lini kepada Vanuatu Daily (19/3/2013) yang antara lain mengatakan, bahwa
selama masa pemerintahan Michael Somare di PNG, masalah kebebasan Papua
Barat adalah salah satu prioritas dari negara-negara Melanesia. Tetapi
saat ini hanya sedikit perhatian yang diberikan kepada perjuangan rakyat
Papua Barat.
Pernyataan Ham Lini itu cocok dengan isi wawancara Radio Australia dengan profesor politik Asia Pasifik dari Selandia Baru, Prof. Jon Fraenkel (20/3/2013) yang antara lain memuji Indonesia telah berhasil membangun diplomasi di kawasan Pasifik.
Bukannya
tidak mungkin, hasil diplomasi Indonesia itulah negara-negara di Asia
Pasifik semakin obyektif melihat banyak hal positif yang telah dilakukan
Indonesia untuk memajukan Papua. Barangkali PNG lah yang paling
realistis. Perkembangan Vanuatu (sekitar 25 kilo meter dari perbatasan
RI-PNG) kalah jauh dari kemajuan Jayapura, bahkan Sentani.
Barangkali karena kecewa atas tergulingnya Somare dan Sato Kilman, sekelompok mahasiswa asal Papua di kota Makassar, Senin (25/3/2013) menggelar unjuk rasa di depan Monumen Mandala pembebasan Irian Barat, Jalan Jenderal Sudirman, Makassar.
Aksi
yang digelar bersamaan dengan isu kudeta SBY yang dilancarkan oleh
Ratna Sarumpaet dkk itu, mahasiswa Papua yang kuliah di kota Makassar
dengan Beasiswa dari Pemerintah Indonesia itu menuntut Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan wakilnya Boediono lengser dari jabatan. Jika tidak maka Papua akan merdeka.
No comments:
Post a Comment