Sesuai hasil kesepakatan KTT lima Menteri Luar Negeri negara-negara rumpun Melanesia dua bulan lalu di Noumea, New Caledonia, kini para petinggi dari negara-negara itu mulai berkunjung ke Indonesia. Kelima negara
Presiden
SBY kemarin (12/8/2013) di Istana Bogor, menerima kunjungan Perdana
Menteri Kepulauan Solomon, Gordon Darcy Lilo. Kunjungan itu layaknya
kunjungan kenegaraan umumnya, diwarnai sambutan hangat kedua pimpinan
pemerintahan, dilanjutkan pembahasan isu-isu
yang menjadi kepentingan bersama, seperti upaya peningkatan kerja sama
bilateral, termasuk di bidang ekonomi, dan pemanfaatan program-program
capacity building. Mereka juga akan bertukar pandangan tentang
perkembangan di kawasan Asia Tenggara dan Pasifik.
Usai pertemuan dengan Presiden Susilo Yudhoyono,
PM Lilo menyampaikan apresiasinya atas apa yang telah dilakukan
Pemerintah Indonesia terhadap Papua. Apresiasi positif itu lantaran
dia sudah melihat sendiri berbagai kemajuan di Papua seturut kesempatan
yang diberikan pemerintah Indonesia kepada delegasi negara di Pasifik
Selatan itu.
“Saya
cukup terkesan dengan kemajuan yang terjadi di Papua. Seperti yang anda
ketahui saya diberi kesempatan, kehormatan untuk mengunjungi Papua,” ungkapnya sebagaimana dilansir Antaranews.
Kesan
positif PM Kepulauan Solomon itu juga disertai harapan agar masyarakat
Papua dipersiapakn secara lebih baik, membangun kapasitas untuk hubungan
yang lebih baik dalam pembangunan.
Kehangatan di Istana Bogor itu jauh berbeda dengan pemberitaan media Australia sebelum kunjungan itu terjadi. Situs radioaustralia.net.au
misalnya, belum apa-apa sudah berprasangka buruk, bahwa kunjungan itu
bakal membahas isu penentuan nasib sendiri rakyat Papua Barat
sebagaimana aplikasi sebuah organisasi pro Papua merdeka (West Papua National Coalition for Liberation/WPNCL) yang pernah dibahas dalam KTT MSG di Noumea 21 Juni lalu.
KTT
memang sempat terpancing oleh gambaran negatif kondisi Papua yang
disampaikan wakil-wakil organisasi WPNCL dalam forum terhormat itu.
Untung saja para Menlu MSG mau bersikap obyektif, dengan menunda ambisi
WPNCL untuk menjadi anggota penuh MSG.
Kini,
setelah delegasi negara-negara MSG berkunjung ke Indonesia dan melihat
sendiri kondisi pembangunan dan perkembangan HAM di Papua, satu demi
satu kesan positif mulai mengalir. Dimulai dari PM Kepulauan Solomon.
Sebetulnya, kesan positif juga pernah dilontarkan oleh PM Papua Nugini,
Michael O’Neil awal Juni lalu ketika berkunjung ke Inonesia. Namun saat
itu KTT MSG belum berlangsung, dan belum punya sikap atas aplikasi
WPNCL.
Saya
kira, WPNCL atau organisasi apapun yang mendukung gerakan separatis
Papua harus siap-siap kecewa lantaran kondisi Papua yang mereka
deskripsikan dalam KTT di Noumea itu, adalah fitnah belaka.
No comments:
Post a Comment