tampilan AH-1 Super Cobra dipersenjatai dengan roket HYDRA 19,5 inci dan rudal antitank TOW. Profil Super Cobra yang ultra-slim
menjadikannya target yang sulit dibidik oleh kekuatan pertahanan udara
lawan, apalagi ketika ia merunduk ke dalam rerimbunan pohon.
KabarIndonesia - Perbatasan langsung Indonesia-Malaysia akan dipagari
dengan satu skadron heli tempur Bell AH-1W Super Cobra, selain dijaga
dengan tank-tank Leopard 2A6. "Kami akan tempatkan di Berau dan
Nunukan," kata Panglima Komando Daerah Militer (Pangdam) VI Mulawarman
Mayor Jenderal TNI Subekti, Selasa (27/3).Saat ini, Kodam VI Mulawarman sedang menyiapkan basis bagi skadron heli tersebut, katanya.
Super Cobra adalah helikopter buatan Bell, Amerika Serikat, dan pengembangan dari Huey Cobra yang berjaya di perang Vietnam.
Persenjataannya senapan mesin Gatling 20 mm, roket HYDRA, rudal Sidewinder untuk pertempuran udara, dan rudal penghancur tank Hellfire.
"Super Cobra ini adalah pilihan utama. Namun demikian, kami punya pilihan lain yang lebih bersahabat dengan keuangan, yaitu heli serbaguna Agusta Westland," kata Panglima yang pernah menjadi Asisten Perencanaan (Asrena) Kasad di Mabes TNI tersebut.
Heli tempur buatan Bell ini dihargai 11,3 juta dolar AS per unitnya, atau setara Rp 96 miliar. Untuk komplet satu skadron dengan 16 pesawat maka pemerintah menyediakan tidak kurang dari Rp 1,53 triliun. Semuanya belum termasuk dengan persenjataan yang digendong heli tersebut untuk menyerbu musuh.
"Harga ini dipantaskan dengan kemampuan jelajah hingga 510 km pada kecepatan maksimum 277 km per jam, kecepatan menanjak 8,2 meter per detik, dan bisa mengambang di udara pada ketinggian 3.720 meter," katanya.
Dengan berpangkalan di Nunukan yang berbatasan langsung dengan Malaysia, sebagai contoh Super Cobra hanya perlu beberapa menit untuk sampai di perbatasan dan menyelesaikan misinya.
Agusta Westland sedikit lebih murah. Heli tempur Agusta Westland AW 109LUH harganya 9 juta dolar AS, atau sama dengan Rp 76,5 miliar, per unit. Atau total Rp 1,22 triliun untuk satu skadron.
Selanjutnya, di darat akan ada 3 batalyon gabungan infanteri dan artileri yang memiliki persenjataan antitank yang dapat membidik tank dari jarak 6 km, serta Multiple Launch Rocket System (MLRS) Astros II buatan Brazil.
"Dengan amunisi roket aslinya, jarak tembaknya bisa mencapai 300 km, atau 70 km dengan amunisi roket lain," jelas Panglima Subekti.
Bersama tank-tank Leopard, seluruh persenjataan dan personel baru ini akan tersedia secara bertahap mulai tahun 2012 ini.
Menurut Panglima Subekti, ini akan sangat berdampak pada perimbangan kekuatan dengan negara-negara tetangga Indonesia, terutama yang berbatasan langsung di Kalimantan.
"Saat ini kita memang tidak memiliki musuh yang eksplisit, yang nyata. Tapi setiap hari kita dilecehkan di perbatasan dengan adanya patok yang digeser-geser," kata Pangdam VI Mulawarman Mayjen Subekti. (*)
No comments:
Post a Comment